Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Tidak ada menjadi ada

Festival lagu keroncong di tim, jakarta, diikuti 7 peserta asli. dimenangkan oleh ok bintang jakarta. ok cakti bhakti sebagai juara ii dan ok tetap sehat sebagai juara iii. (ms)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FESTIVAL kroncong tahun lalu masih diikuti oleh dua buah orkes 'gaya baru' dan 9 buah 'asli'. Tapi festival tahun ini - 14 s/d 17 Desember di TIM -- terasa menyedihkan. Peserta Asli hanya 7, sementara Gaya Baru nihil. Sebagaimana juga kelompok musik pop, riwayat kelompok OK sama saja. Tak pernah bisa bertahan lama. Apabila bapak cukong sudah tidak memelihara lagi, ambyarlah mereka. Suhardjono, pembicara tunggal dalam diskusi yang menyertai festival tersebut, melemparkan kertas kerja yang berjudul 'Keroncong Asli Dalam Bentuk Dan Penyampaiannya'. "Kita tidak usah heran kalau para pemain orkes keroncong sering pindah-pindah. Di mana ada bayaran tinggi di situ mereka bermain, sebab dapur mereka harus berkebulkebul," katanya. Biasa. Senang Hati Mengaku dahulunya lebih gemar orkes Hawaian, Suhardjono menyarankan agar DKJ suka mensponsori pementasan OK di TIM. Baginya, setelah jungkir-balik latihan, orang-orang itu tidak cukup hanya nongol dalam festival yang setahun sekali. Ia sama sekali tidak heran akan begitu sedikitnya pengikut Festival, sementara begitu banyak nama perkulnpulan OK terdengar di Jakarta. 'Janan kaget," ucapnya. "Seorang bisa merangkap jadi pemain di beberapa OK. Mustahil kalau di Jakarta ini benar-benar ada 45 Orkes Keroncong." Ia mengingatkan, sejak Zaman Festival Gambir, keroncong hanya beredar dengan akrab di angan dan telinga orang-orang gaek, dengan sedikit peserta. Terhadap uraian ini musikus Slamet Abdul Syukur segera bereaksi: "Kesan saya, setelah mendengar uraian saudara, OK itu seperti musik pensiunan. Kayaknya para pemain itu mempunyai rasa rendah diri." Babak penyisihan lomba dihadiri hampir hanya oleh kerabat pemain. Mereka sajalah yang gigih menembus hujan 14 Desember itu. 7 orang juri kemudian menggugurkan salah satu peserta. Yang lain masuk ke dalam babak final dengan mutu yang rata-rata lebih bagus dari tahun yang lalu. Barangkali ini yang boleh dianggap sedikit menggembirakan. Kemajuan tersebut terutama sekali terasa pada aransemen. Mereka tidak hanya memperllatikan intro atau koda. Semua finalis berbenah dengan apiknya. OK Cakti Budhi Bakti, meskipun biluan dan pemainnya loyo, toh menggarap ar.lnselnerl yang kuat untuk lagu wajib Keroncong Fajar Pagi. Ia didukung biduan kawakan Masnun Satoto yang telah berduet dengan sopan sekali. Sementara itu si manis Wiwiek Sumbogo dari OK Irama Betawi menyanyikan Keroncong Tanam Padi dengan bantuan biola yang meyakinkan. Meskipun orkes yang disebut belakangan ini bermain sangat teknis, penampilannya menarik. Mereka mengenakan baju warna merah dengan peci dan celana krem. Tidak Lebih Dari Pesta OK Irama Eka tak tanggung-tanggung mengeluarkan Totok Salmon. Itu lho juara Bintang Radio dan TV jenis Keroncong tahun silam. Kelompok ini pakai surjan merah, plus blangkon. Sayang sekali tidak kompak: hanya mengandalkan pemain flut, sementara yang lain-lain tak mendapat bagian merata. Disambung dengan OK Bintang Jakarta pimpinan Budiman yang bermain sangat santai. Kalau beberapa pemain kelompok lain sampai melotot menghadapi partitur, karena terlalu kepengin main baik, Bintang Jakarta itu tenang-tenang saja. Pembagian kerjanya bagus, sementara urat-urat mereka tetap kendor. Rasanya jiwa keroncong yang mat-matan tak terlepaskan kendati mereka sedang diadu. Meskipun si kebaya biru Sri Widadi, biduanita utamanya, terasa agak mundur dibanding malam penyisihan, OK ini memberi kesan paling meyakinkan. Sidang juri yang terdiri dari Netty Herawati, Adikarso, Isbandi (Ketua) Achmad S, Abdul Gani, lDr. Liberty Manik dan Sarjono, kemudian menetapkan Bintang Jakarta sebagai pemenang 1. Nilai yang dikumpulkannya hanya satu angka di atas pemenang ke-II yakni OK Cakti Budhi Bhakti. OK Tetap Sehat menduduki juara III, sementara pemenang harapan berturut-turut adalah Irama Eka, Irama Betawi dan Irama Selecta. Dibanding keputusan juri tahun lalu yang banyak menimbulkan kasak-kusuk, kali ini selera juri dan penmton klop. Dalam pada itu OK Tetap Sehat pantas dicatat karena konon pemain-pemainnya gabungan OK Tetap Segar dan Senang Hati. Tia Suseno, biduanitanya yang menonjol, masih berusia 17 tahun. Jelas belum tua kan. Wajahnya ayu, suaranya bersih. Ia tidak tenggelam dalam duet dengan jago tua Mulyono. "Saya sebetulnya senang nyanyi pop," kata Tia. "Nyanyi keroncong sulit, selain harus sopan juga banyak lekuk-lekuknya." "Festival ini tidak lebih dari pesta saja. Menyelenggarakan yang semula tidak ada menjadi ada," kata Slamet Abdul Syukur, Komite Musik DKJ. Lalu katanya: "Keroncong sebenarnya tidak usah tergantung dari pesta. Belum ada sebuah festival pun yang bisa memuaskan semua pihak. Ini hallya sebuah sorotan saja, sebab tanpa festival pun keroncong sudah subur."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus