Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tari piring merupakan identitas budaya masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Tari piring menjadi salah satu jenis kesenian yang berkembang di hampir setiap nagari, yaitu pembagian wilayah administratif yang setara dengan desa/kelurahan di Sumatra Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan scholar.unand.ac.id, tari piring berasal dari Kabupaten Solok, tepatnya di Desa Saniangbaka, Kecamatan X Koto Singkarak, yang biasanya dimainkan oleh dua orang bahkan bisa lebih dari tujuh orang penari. Lantas, apa saja properti tari piring?
Sejarah Tari Piring
Melansir laman Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), tari piring diperkirakan sudah ada sejak abad ke-12 ketika masyarakat Minangkabau masih menyembah dewa-dewa. Tari piring kala itu ditunjukan sebagai tari persembahan atas hasil panen yang melimpah dan meminta perlindungan dari marabahaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan menggunakan piring, mereka membawa sesaji sembari menari dan meliuk-liuk. Tari piring tersebut selanjutnya berkembang hingga di zaman kerajaan, seperti Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit meskipun dengan pemaknaan yang berbeda.
Setelah Islam masuk Sumatra Barat, tari piring tidak serta-merta ditinggalkan, tetapi tujuannya mulai berubah. Tari tradisional tersebut kemudian digunakan sebagai hiburan semata dalam acara-acara kerajaan, hajatan, pernikahan, atau bahkan hanya untuk dipertontonkan sebagai pertunjukan.
Properti Tari Piring
Mengacu pada journal-stiayappimakassar.ac.id, terdapat tiga properti dalam tari piring, meliputi:
1. Piring
Piring dalam tarian menjadi perlengkapan utama. Selain itu, dalam gerakan tari piring, piring merupakan objek utama dalam seni pertunjukan.
2. Busana
Dalam tari piring, busana yang dikenakan penari dibedakan oleh jenis kelaminnya, yaitu:
1. Busana Penari Laki-Laki
- Baju guting Cina (rang mudo), yaitu baju dengan lengan cukup lebar dan memiliki hiasan. Hiasan tersebut dinamakan sebagai hiasan missia atau rende emas.
- Saran galembong, yaitu celana yang berukuran cukup besar di tengah. Celana yang dikenakan penari pria tersebut mempunyai warna yang sama dengan baju rang mudo.
- Sisamping dan cawek pinggang, yaitu kain yang dililitkan di pinggan penari dengan panjang hingga lutut.
- Deta (daster), yaitu kain penutup kepala yang menggunakan bahan dasar kain songket berbentuk segitiga.
2. Busana Penari Perempuan
- Baju kurung, yaitu busana yang dikenakan penari dan terbuat dari kain satin dengan beludru.
- Kain songket.
- Tikuluak tanduak balapak, yaitu penutup kepala perempuan Minangkabau yang bentuknya menyerupai tanduk kerbau.
- Selendang songket, yaitu kain yang dipakai di bagian tubuh sebelah kiri.
- Aksesoris berupa kalung gandang, rambai, dan subang atau anting.
3. Alat Musik
Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan tari piring adalah saruni, saluang, bansi, rabab, dan sebagainya. Alat musik tersebut berfungsi sebagai pengiring.
Gerakan Tari Piring
Gerakan tari piring pada dasarnya, yaitu penari membawa dua piring di atas kedua telapak tangan, sambil mengayunkan kedua piring dengan cepat yang diselingi hentakan piring menggunakan dua cincin yang dipakai pada jari. Pada tahap akhir, penari biasanya akan memecahkan piring ke lantai dan melakukan tarian di atas pecahan piring tersebut.
Gerakan lainnya pada tari piring meliputi gerakan dasar pencak silat, gerakan bungo kembang, gerakan tupai bagaluik, dan gerakan alang babega. Beberapa tari piring juga menyajikan gerakan manusia sehari-hari, seperti gerakan buai anak, malinjak piriang, malunya, bagolek, basing, mangompu suto, buai, dan menyembah lalok.
Pola Lantai Tari Piring
Pola lantai merupakan garis-garis di lantai yang dilalui oleh penari atau garis lantai yang dibuat oleh formasi penari. Pada tari piring, pola lantai secara garis besar terdiri dari dua, yaitu garis lurus yang memberikan kesan lembut, tetapi juga lemah, serta garis lengkung yang berhubungan dengan unsur magis atau keagamaan.