Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Memahami perjuangan tetap awet muda lewat film dokumenter Don't Die: The Man Who Wants to Live Forever.
Proyek Blueprint ala Bryan Johnson yang menimbulkan pro dan kontra.
Sutradara film menyebut konsep awet muda Bryan Johnson lebih manusiawi.
TEPAT pukul 04.30, jutawan Amerika Serikat Bryan Johnson beranjak dari tempat tidurnya. Ia bergegas menuju kamar mandi di rumah mewahnya untuk menyalakan lampu putih berkekuatan 10 ribu lux dan bebas sinar ultraviolet ke arah tubuhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa menit kemudian, Bryan menenggak tiga pil yang terdiri atas heme iron 10 miligram, elemental iron 75 miligram, dan vitamin C 250 miligram. Selanjutnya, ia memakai alat terapi berbentuk earphone yang punya manfaat menstimulasi beragam saraf hingga kesehatan paru-paru dan jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah itu, ia menenggak pil lagi, tapi dengan jumlah yang fantastis, yakni 54 butir. Puluhan butir pil itu terdiri atas beragam kandungan, termasuk herbal seperti ashwagandha atau ginseng India, akar jahe, ekstrak kunyit dan lada hitam, serta senyawa lain.
Lalu, Bryan mengkonsumsi segelas minuman yang ia beri nama green giant, yang terdiri atas bubuk chlorella, asam amino kompleks, kreatin, peptida kolagen, dan lainnya. Sesuai dengan namanya, tampilan minuman tersebut berwarna hijau gelap
Tak lupa ia memakai topi khusus selama enam menit sebagai bagian dari terapi rambut yang ia lakukan. Selanjutnya, bos beberapa perusahaan teknologi itu berolahraga. Dalam waktu lebih-kurang 60 menit, ia bisa melakukan 35 macam gerakan.
Jika sudah, ia akan beristirahat sembari menyantap makanan rendah kalori yang terdiri atas potongan sayur, buah, dan biji-bijian. Setelah bersantai dan makan siang, Bryan melanjutkan berolahraga dengan sebuah alat terapi yang dipakai di otot perut. Hebatnya, jika dipakai selama 30 menit, alat terapi itu setara dengan 20 ribu kali sit-up.
Film dokumenter Don't Die: The Man Who Wants to Live Forever. Dok. Netflix
Rentetan peristiwa tersebut adalah kegiatan Bryan sehari-hari yang diangkat dalam sebuah film dokumenter produksi Netflix berjudul Don't Die: The Man Who Wants to Live Forever. Film ini bercerita tentang upaya Bryan Johnson, seorang pengusaha sukses di bidang teknologi yang berambisi awet muda.
Selain kegiatan olahraga, terapi, dan diet ketat makanan tak boleh lebih dari 2.000 kalori per hari, Bryan dipantau secara khusus oleh puluhan dokter dan tenaga medis. Mereka bertugas mengawasi kondisi organ-organ dalam Bryan, dari otak, hati, ginjal, paru-paru, jantung, kulit, hingga penis dan rektum.
Belum lagi prosedur rumit pertukaran plasma total yang diklaim punya andil besar menjaga kualitas usia tubuh Bryan. Dalam prosedur ini, cairan plasma total Bryan akan diambil seluruhnya, lalu diganti dengan albumin murni, hingga protein yang ditentukan pada plasma darah seseorang. Tujuan prosedur plasma darah ini adalah demi membuang racun dari dalam tubuh.
Bryan menyebut proyek awet mudanya itu Project Blueprint. Berkat proyek ambisius itu, Bryan berhasil menyulap dirinya yang pernah berbadan gempal menjadi atletis penuh otot bak seorang atlet.
Pria 47 tahun itu mengklaim kini punya tubuh lebih muda. Sebagai contoh, kulit yang ia sebut seperti orang pada usia 28 tahun, jantung seperti usia 37 tahun, dan kapasitas paru-paru layaknya remaja 18 tahun.
Demi mencapai mimpinya bisa hidup panjang umur, Bryan harus merogoh kantong dalam-dalam, tepatnya US$ 2 juta atau sekitar Rp 32 miliar setiap tahun untuk membiayai proyeknya itu.
Film dokumenter Don't Die: The Man Who Wants to Live Forever. Dok. Netflix
Dalam film dokumenter itu, Bryan mengklaim dirinya mendirikan Rejuvenation Olympics atau sebuah komunitas yang menggunakan alat tes khusus untuk mengukur tingkat penuaan biologis seseorang. Berbekal Proyek Blueprint yang sudah ia lakukan selama dua tahun terakhir, ia mengaku bisa memperlambat laju penuaan pada tubuhnya.
Menurut hitungan Bryan, tubuhnya sukses mengurangi laju penuaan hingga 0,64 tahun untuk satu tahun kalender. Artinya, tubuh Bryan hanya mengalami penuaan 7,5 bulan setiap tahun. "Rejuvenation ini bukan hanya tentang hidup lebih lama, tapi juga tentang memahami realitas dengan cara baru," katanya dalam film.
Don't Die: The Man Who Wants to Live ForeverRilis: 1 Januari 2025Durasi: 88 menit Sutradara: Chris Smith Pemeran: Bryan Johnson Skor:6,2/10 (IMDb) Pilihan menonton: Netflix |
Banyak pihak yang kagum atas konsistensi dan capaian Bryan. Mereka menganggap apa yang dilakukannya merupakan langkah revolusioner memperpanjang usia manusia.
Namun, di sisi lain, banyak juga orang yang menghujat proyek Bryan yang dianggap memainkan usia. Menurut sebagian orang, apa yang dilakukan Bryan tak lebih dari sifat sombong manusia melawan takdir dan ketentuan Tuhan. Terlebih bagi kaum konservatif, yang menganggap perjalanan manusia dari lahir sampai mati adalah satu paket kehidupan yang harus dijalani.
Sementara itu, di mata sejumlah ilmuwan, beragam terapi yang dilakukan Bryan belum tentu punya khasiat klinis memperlambat laju usia tubuh. Mereka membutuhkan penelitian mendalam untuk menentukan kebenaran klaim Bryan tentang pengurangan laju penuaan. Bagi para ilmuwan, percobaan yang dilakukan Bryan masih teramat mentah.
Film dokumenter Don't Die: The Man Who Wants to Live Forever. Dok. Netflix
Belum lagi anggapan bahwa prosedur awet muda yang ditawarkan Bryan sejatinya hanya bisa diakses oleh orang-orang kaya raya mengingat betapa besar biaya yang harus digelontorkan. Walhasil, tidak ada keadilan dalam sistem kesehatan yang ditawarkan.
Namun Bryan pernah mengatakan bahwa apa yang ia lakukan hanyalah sebuah cara mengubah gaya hidup. Menurut dia, sudah seharusnya manusia lebih selektif dalam memilih makanan hingga memprioritaskan jam tidur yang sesuai dengan tubuh.
Lagi pula membuat tubuh menjadi lebih sehat bukanlah sebuah tindakan salah atau jahat. Baginya, menjadi sehat dan panjang umur terasa lebih bersyukur ketimbang tak berbuat apa-apa dan sekadar menanti ajal datang.
"Kita sudah kecanduan hal-hal yang mempercepat kematian kita. Saya hanya ingin memberikan pilihan untuk manusia agar hidup lebih lama dan lebih sehat," ucapnya.
Film dokumenter Don't Die: The Man Who Wants to Live Forever. Dok. Netflix
Sutradara film Don't Die: The Man Who Wants to Live Forever, Chris Smith, justru setuju atas cara pandang Bryan. Menurut Chris, sejatinya apa yang dilakukan Bryan dalam memperpanjang usia bukanlah hal yang mengerikan.
Sebab, menurut Chris, alih-alih melihat rangkaian prosedur medis yang mahal dan menyeramkan, ada baiknya masyarakat menengok inti konsep yang ditawarkan Bryan. Sebab, apa yang ditawarkan Bryan tentang hidup sehat sangatlah sederhana, yakni memperbaiki gaya hidup, makan sehat, tidur teratur, dan berolahraga. "Hal itu tidaklah menakutkan," kata Chris.
Secara kualitas, Chris layak diacungi jempol. Dia mampu memvisualisasi kecanggihan bioteknologi dengan baik. Ia juga sukses meramu penjelasan ilmiah dengan rinci lewat penuturan berbagai ahli dan ilmuwan tentang tubuh Bryan.
Sayangnya, Chris kurang berani mengeksekusi kritik terhadap klaim Bryan seperti konsep usia biologisnya. Termasuk pertanyaan besar apakah benar Bryan bisa mencapai usia 200 tahun dengan hitung-hitungan usia biologis ala proyek Blueprint. ●
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo