Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Para Pemenang Perkusi Amadeus

Yayasan Musik Amadeus menggelar konser perkusi. Ajang pertunjukan komposer dan musikus perkusi meningkatkan kemampuan.

19 Februari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI dentang lonceng gereja dari tubular bell, disambut dengingan lembut dan perlahan dentingan triangle dan marimba serta pukulan timpani dan snare drum. Sesekali vibraphone dan xylophone menimpali bersamaan dengan snare drum dan pukulan tubular bell. Menimbulkan kesan misteri, menelusuri sebuah ruang sunyi. Sesekali komposisi terdengar kompleks. Demikian sekelumit komposisi berjudul Dialektika, Dualitas, Kontra karya Arya Pugala Kitti dan Lucy Freia. Komposisi ini mengeksplorasi kemungkinan tonalitas instrumen perkusi. Dialektika, Dualitas, Kontra adalah pemenang Indonesia Percussion Ensemble Composition Competition (IPECC) 2022 untuk kategori kelompok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komposisi ini dimainkan setelah konser dibuka dengan komposisi berjudul Novena karya James Swearingen yang diaransemen ulang oleh I Nyoman Trieswara Minartha. Selanjutnya komposisi berjudul Restrained terdengar agak menekan. Karya Andre ini menggambarkan keadaan seseorang dalam keadaan tertekan. Snare drum menjadi pilihan komposer untuk mewakili keadaan orang tersebut dan instrumen perkusi menggambarkan situasi yang mengekangnya. March16th merupakan karya Jeremia Saputra yang mendeskripsikan perjuangan, ketegasan, estafet. Jeremia menyodorkan pola mars yang ditonjolkan dalam komposisinya, ada semangat yang kian menebalkan musiknya. Karya ini menjuarai komposisi untuk kategori solo composition.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komposisi Kenopsia karya Regina Budiyanto Sutisno menjadi juara pertama untuk kategori solo composition di IPECC sekaligus tema konser perkusi. Karya ini seperti menggambarkan suasana kesunyian, mengunjungi memori atau kenangan atas keramaian atau suasana menyenangkan di suatu tempat yang kita terbiasa, kita kenal. Tapi ketika kita kembali tak akan sama seperti dulu. Ada nada-nada yang mengantar telinga seperti tengah menempuh perjalanan ke tempat yang ia tinggalkan. Ada nuansa kesedihan, dari nada-nada minor.

Di bagian kedua konser, penonton disuguhi olahan musik yang lebih santai dan lebih riang. Amadeus Percussion Ensemble (Ampere) memainkan komposisi yang mengajak penonton bergoyang meski di tempat duduk. Dari komposisi berjudul Blue Samba karya Murray Houllif yang dimulai dari ketukan perlahan snare drum, tamborin berkulit, kayu tiktok, dan woodblock, tepuk tangan penonton ikut mengiringi, baru kemudian terdengar vibraphone dan xylophone mengalun. Nada-nada tinggi dari bellyra mengimbuhi sesekali berdenting. Lebih mengasyikkan ketika tekanan pukulan disatukan bersamaan, terpatah-patah. Komposisi yang rileks.

Adi Schober, musikus asal Austria yang menjadi pemain perkusi di sejumlah orkestra dan festival, tampil secara solo memainkan berbagai perkusi di panggung. Ia memulainya dengan tepukan jimbe, lalu memukul drum, menjelajah semua yang ada di panggung. Dia sejak umur 6 tahun mempelajari perkusi hingga kuliah perkusi performance di Hochschule für Musik und darstellende Kunst Wien dan Konservatorium der Stadt Wien.

Konser Perkusi bertajuk Kenopsia di Goethe Institut, 11 Februari 2023. Yayasan Musik Amadeus Indonesia/Daniel Simampo

Penampilan Ampere memainkan lagu-lagu James Bond mengasyikkan. Medley lagu tema detektif 007 ini dimainkan dengan melodi dari vibraphone dan xylophone serta ditebalkan dengan pukulan snare drum, yang membuat beberapa penonton menggoyangkan kepala.

Yang lebih menyenangkan adalah komposisi Mambo Africano karya Alice Gomez dan Marilyn Rife, yang mengundang beberapa penonton naik ke panggung dan memainkan perkusi. Diawali dengan pukulan jimbe dan vibraphone dalam tempo agak cepat dan intens. Makin lama menjadi makin meriah dengan pukulan dan ketukan yang lebih bertenaga tapi tetap enak dinikmati. Konser ditutup dengan komposisi Suite for Solo Drum Set and Percussion Ensemble yang lebih meriah dan energetik dari pukulan drum set.

Grace Soedargo, pendiri Yayasan Musik Amadeus Indonesia, melihat belum banyak konser khusus perkusi. Selama ini perkusi hanya melekat pada orkestra sehingga performance kemampuan musikusnya tidak terlalu terlihat. Adanya kompetisi dan konser ini menjadi wadah bagi musikus untuk menyalurkan bakat dan meningkatkan kemampuan. “Perkusi ada di setiap orkestra, cuma skill-nya perlu dinaikkan lagi. Ini imbasnya ke orkestra lagi supaya lebih berwarna, tidak asal pukul,” ujar Grace. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus