Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Raja Charles III mengungkapkan duka citanya kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Ungkapan duka raja baru Inggris itu disampaikan di halaman Instagram resmi The Royal Family pada Rabu, 5 Oktober 2022, satu jam lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya dan istri saya sangat sedih mendengar hilangnya nyawa dan korban luka pada pertandingan sepak bola di Malang pada 1 Oktober 2022. Saya menyampaikan rasa duka saya kepada Anda, keluarga yang ditinggalkan, dan masyarakat Indonesia pada waktu yang sangat sulit ini. Charles R," demikian tulisan yang diketikkan di atas layar biru itu. Ia menyebut istrinya, permaisuri Camilla.
Pesan Raja Charles III untuk Presiden Jokowi
Pada keterangan unggahannya, admin akun media sosial milik keluarga kerajaan Inggris itu menuliskan, "Sebuah pesan dari Raja kepada Presiden Indonesia menyusul bencana stadion sepak bola baru-baru ini."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unggahan penuh simpati ini langsung direspons netizen asal Indonesia. Kebanyakan mengungkapkan rasa terima kasih kepada raja berusia 73 tahun ini. "Thank you your majesty," tulis Siska Khair, dokter kecantikan langganan selebritas. "Matur nuwun King," tulis @richa***. "Makasih Opa Charles ucapannya," tulis @sultan***.
Tragedi Kanjuruhan menyita perhatian seluruh dunia lantaran menjadi salah satu insiden sepak bola paling mematikan sepanjang sejarah. Menurut perhitungan Arema FC, jumlah korban tewas mencapai 187 orang dan luka-luka ratusan orang. Adapun versi kepolisian, hingga hari ini, jumlah korban tewas 131 orang. Dengan jumlah ini, Indonesia berada di urutan kedua setelah tragedi sepak bola di Peru pada 1964.
Tragedi Kanjuruhan bermula ketika Arema FC kalah melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2 - 3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Melihat kekalahan klubnya, suporter Arema FC yang disebut Aremania menyerbu ke lapangan. Masuknya suporter ini dikejar petugas yang terdiri dari polisi dan tentara. Mereka memukul dan menendang hingga situasi kocar-kacir.
Di sisi lain, masih banyak penumpukan puluhan ribu penonton yang berada di tribun dan terjebak di dalam stadion. Sebagian polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun hingga menyebabkan mata perih, sesak napas, dan kepanikan. Akibatnya, penonton berebut keluar. Celakanya, pintu stadion dikunci. Penonton berusaha menjebol tembok ventilasi untuk keluar. Sebagian lainnya terinjak-injak.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.