Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-a.margana

Jakarta : miswar, 1990.

27 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GERAKAN MAHASISWA DAN POLITIK KAUM MUDA ERA 80-AN Penulis: Denny J. A. Penerbit: Miswar, Jakarta, 1990, 150 halaman DAHULU kegiatan mahasiswa diwarnai demonstrasi. Kini, kegiatan lebih banyak berupa diskusi. Bukan karena mode yang lagi meng- gejala. Situasi politik dahulu (tahun 1966 sampai 1978) memang memungkinkan para mahasiswa turun ke jalan dan malang-melintang di lapangan politik praktis. Perubahan tersebut menyebabkan pergeseran orientasi mahasiswa. "Kaum muda sebelumnya berorientasi elitis, yaitu menjadi kekuatan penekan yang mengontrol praktek-praktek politik sang aktor kekuasaan," tulis Denny J.A., aktivis mahasiswa dalam bukunya. Dalam sejarah gerakan mahasiswa, prestasi politik tertinggi pernah diraih Angkatan 66 yang dianggap mampu menyumbang bagi perubahan politik nasional. Sementara itu, gerakan 1974 (- Malari) dan 1978 dinilai kurang sukses. Memang, ketika itu partisipasi politik kaum muda selalu diidentikkan dengan politik praktis menggugat struktur kekuasaan lewat aksi massa atau tuntutan sloganistis. Ini dimungkinkan karena ormas mahasiswa bisa menggerakkan kaki tangannya di kampus dan dewan mahasiswa. Setelah turun NKK/BKK, organisasi ekstra kampus tak bisa mengulurkan tangannya. DM dibubarkan dan diganti dengan organisasi yang lebih "jinak". Mahasiswa pun digiring untuk lebih banyak bergulat dengan SKS. Pasca NKK/BKK diwarnai suasana apatisme politik. Ruang yang tersedia tinggal aktivitas intelektual. Peluang ini pula yang kemudian dimanfaatkan untuk menumbuhkan kelompok studi. Dan situasi ini digambarkan serupa dengan sebelum kemerdekaan. Menghadapi pemerintah kolonial yang represif, kaum muda pribumi memulai gerakan dengan membuat kelompok studi seperti Per- himpunan Indonesia (Hatta), Kelompok Studi Umum (Soekarno), dan Kelompok Studi Indonesia (Soetomo). Bedanya -- dalam kegiatan politik -- kelompok studi mahasiswa kini lebih memilih isu lokal. Mereka aktif dalam protes memper- soalkan kasus tanah di Badega, Kacapiring, Kedungombo, dll. Dan partner yang dipilih pun bukan lagi elite politik. Mereka lebih banyak bergandeng tangan dengan LSM (lembaga swadaya masyarakat). Buku ini bisa menjadi catatan kegiatan mahasiswa dengan analisa yang sederhana. A. Margana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus