SURAT-SURAT POLITIK IMAM 'ALI Penghimpun: Syarifal-Radhi Penerbit: Pustaka Salman, Bandung, 1989, 78 halaman DINAMIKA REVOLUSI ISLAM IRAN: DARI JATUHNYA SYAH HINGGA WAFAT AYATULLAH KHOMEINI Penulis: M. Riza Sihbudi Penerbit: Pustaka Hidayah, Jakarta, 1989, 210 halaman KEDUA buku ini berisi dokumentasi sejarah politik dua daulah (negara) Islam klasik dan modern. Buku pertama, dokumentasi 75 surat politik Imam 'Ali, yang diambil dari bab ketiga Nahj al-Balaghah, buku klasik yang ditulis dengan sastra tinggi. Selain surat, Nahj al-Balaghah memuat dokumentasi pidato, ungkapan filosofis, dan petuah Imam 'Ali, Si Pedang Allah yang diterima kaum muslim Suni sebagai khalifah terakhir dari Khulafa' al-Rasyidun. Anehnya, kitab Nahj al-Balaghah dirujuk kaum Syii sebagai sumber ideologis paham Syiisme. Bahkan ajaran inilah, di bawah tafsiran Ayatullah Khomeini, berubah menjadi ideologi revolusioner, sehingga mendasari berdirinya negara Republik Islam Iran. Padahal, kita akan tahu, tak satu kata pun 'Ali menyebut-nyebut soal Syiisme di buku itu. Yang dibicarakan di 75 surat, soal perang, instruksi militer, sistem pemerintahan, administrasi keuangan, perjanjian, teguran pada sejumlah penguasa bawahannya yang lalai, dan tentang wasiat menjelang kematiannya. Kepada Mu'awiyah, musuh utamanya, 'Ali menulis 13 surat. "Tampaknya, Anda sedang menuju ke puncak penyesalan dan kekafiran," tulisnya di surat nomor 30. Sebelumnya, Mu'awiyah menuntut Khalifah 'Ali mengusut kematian Usman ibn Affan, khalifah sebelumnya. Tapi tuntutan yang tak terpenuhi itu mengakibatkan perang antara kelompok Mu'awiyah dan 'Ali di Siffin. Ali tewas dengan tragis bersama sejumlah tentaranya. Di wasiat terakhir kepada putranya, Hasan dan Husein, ketika ia ditikam Abdurrahman ibn Muljam, 'Ali menyatakan pemihakannya, "Kalian mesti berkata benar dan berbuat baik, serta berpihak pada kaum lemah teraniaya (mustadh'afin), dan menentang kaum zalim." Wasiat ini kelak dikembangkan Imam Khomeini, ke teori antidominasi negara-negara adikuasa. Dengan itu ia berhasil menggalang kekuatan revolusiner menentang penguasa zalim, Syah Reza Pahlevi. Lalu Republik Islam Iran terus berkembang dengan segala dinamikanya, seperti ditulis pengamat muda berbakat, M. Riza Sihbudi. Ahmadie Thaha
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini