Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-zaim uchrowi

Penulis : voltaire jakarta : pustaka jaya, 1989.

25 November 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CANDIDE Penulis: Voltaire Penerbit: Pustaka Jaya, Jakarta, 1989, 179 halaman SURATAN TAKDIR Penulis: Voltaire Penerbit: Pustaka Jaya, Jakarta, 1989, 138 halaman SI LUGU Penulis: Voltaire Penerbit: Pustaka Jaya, Jakarta, 1989, 117 halaman CANDIDE, Zadig, dan Si Lugu. Revolusi Prancis mengenalkan tiga nama ini pada pembaca Indonesia. Dalam rangka ulang abad kedua revolusi ini, karya sastra Voltaire -- Candide, Suratan Takdir, dan Si Lugu -- diterjemahkan. Agaknya, karena Voltaire -- nama aslinya Francois Marie Arouet -- sering dianggap sebagai tokoh yang karyanya ikut mengilhami tercetusnya Revolusi Prancis. Bagi pemerhati sastra, boleh jadi tulisan Voltaire ini lebih merupakan dongeng ketimbang karya sastra. "Struktur hikayat-hikayat Voltaire amat sederhana," tulis Ida Sundari Husen, penerjemah ketiga buku ini, dalam kata pengantar. Jangan harapkan ada jalinan kata yang memukau. Juga kisah yang mengiris hati -- kecuali sedikit pada Si Lugu. Atau dorongan berkontemplasi. Yang ada, seperti halnya dongeng, justru kisah-kisah fantastis. Misalnya, semua tokoh yang "terbunuh" hidup kembali. Juga berada di Eldorado, yang butir debunya pun batu-batu permata. Juga keserba-kebetulanan. Itulah Voltaire. Tapi ketidak-peduliannya pada cara berkisah inilah yang justru menjadi kekuatan Voltaire. Ia lalu bisa mengkonsentrasikan diri untuk bagaimana bisa menuangkan pikiran sebanyak mungkin. Hasilnya: karya sastranya menjadi semacam risalah filsafat. Pada Candide, misalnya, terdapat dialog, "Untuk apa dunia ini diciptakan?" Jawabnya, "Untuk menjengkelkan kita." Sedang kisah Suratan Takdir habis-habisan menyokong kepasrahan -- jabariyah, determinisme. Voltaire juga tak menutupi sikapnya sendiri yang mengejek agama. Baik Kristen (dan Katolik) maupun Islam. Ia mengisahkan para rohaniwan gereja yang haus seks. Juga mencemooh orang Moor muslim yang berebut dayang-dayang lalu mencabik-cabiknya, "sementara orang itu tetap menjalankan salat wajib lima kali atas perintah Muhammad." Bagi sebagian orang, Kristen maupun Islam, pengisahan Voltaire dapat menyinggung perasaan. Yang pasti, Voltaire punya ruang khas tersendiri pada dunia sastra. Zaim Uchrowi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus