Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA PULUH SASTRAWAN BICARA Oleh: Subagio Sastrowardoyo (et al) Penerbit: Sinar Harapan, Jakarta, 1984, 190 halaman SUDAH jamak diketahui, diskusi kesenian dan kebudayaan di Teatcr Arena Taman Ismail Marzuki, Jakarta, cenderung jadi panggung teater. Yang dominan bukan masaiah yang didiskusikan, tapi gaya bicara para peserta. Walhasil, manfaat diskui, yang direncanakan dan dibiayai oleh Dewan Kesenian Jakarta, boleh dikata hilang begitu saja. Padahal, pembicara, tentunya, menyiapkan makalah dengan sungguh-sungguh, dan menghabiskan waktu berhari-hari. Akibatnya, makalah itu, yang mungkin saja bermutu, lalu dilupakan - bukan saja seusai diskusi, bahkan selama diskusi berlangsung. Mungkin ini sebabnya, soal kesenian yang dipermasalahkan selalu berulang dari itu ke itu saja. Maka, buku ini - merupakan kumpulan makalah 20 sastrawan dalam suatu pertemuan sastra pada 1983, yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta - setidaknya bermanfaat meluaskan daya jangkau pembicaraan. Juga bisa menjadi sarana menarik simpati masyarakat terhadap kesenian, menjadi sarana apresiasi. Setidaknya dari buku ini kita tahu bahwa Rendra sebenarnya belum berhenti pada sajak-sajak pamflet. "Ah, saya sungguh belum siap bicara mengenai proses yang sekarang ini sedang terjadi dalam diri saya," tulisnya. Dan ternyata proses penciptaan karya-karya novelis pemenang Hadiah Sastra ASEAN, Budi Darma, tidak sederhana. Dan tulisan Umar Kayam, lebih kurang memberikan gambaran suasana dan kondisi latar belakang ketika cerita-cerita pendeknya ditulisnya - baik lingkungan maupun suasana dalam diri pengarangnya. Buku ini jadi berharga, memang, bila kita masih percaya bahwa kesenian diperlukan adanya. Yaitu, di samping kegiatan mencipta, dibutuhkan pula media apresiasi yang sungguh-sungguh. Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo