Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Rehal-saur hutabarat

Pengarang: wolfgang clauss saarbruken: verlag breitenbach publisher, 1982.(bk)

19 Januari 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ECONOMIC AND SOCIAL CHANGE AMONG THE SIMALUNGUN BATAK OF NORTH SUMATRA Oleh: Wolfgang Clauss Penerbit: Verlag breitenbach Publisher, Saarbrskn, 1982, 265 halaman BUKU tentang perubahan sosial dan ekonomi etnis tergolong langka. Sebagian sebabnva, konon, para ahli di sini lebih suka mengaji soal-soal "besar", dan abstrak. Tapi, untunglah, satu dua orang asing masih tertarik meneliti ihwal lokal, yang partikularistis itu. Buku ini semula disertasi Clauss di Fakultas Sosiologi Universitas Bielefeld, Jerman. Disusun berdasarkan penelitian cukup lama setahun tinggal di Desa Huta Mariah, Simalungun, Sumatera Utara. Berisi lima bab, disertai pula dengan ringkasan dan kesimpulan, buku ini tampil setelah diedit oleh, antara lain, Prof.Dr. Hans-Dicter Evers, yang juga banyak meneliti tentang Indonesia. Simalungun memang puak yang unik. Dari semua orang Batak, pada zaman dahulu hanya Simalungun yang telah mengembangkan struktur-struktur politik yang mirip suatu negara. Inilah puak Batak, yang mengenal beberapa kerajaan kecil. Dan meski etnis homogen, terdapat kelas-kelas masyarakat yang tajam. Ada tiga stratifikasi: kelas aristokrasi (nasituhan), orang kebanyakan (parutna), dan budak (jabolon). Adapun pola kekuasaan lebih bersifat piramidal ketimbang hierarkis. Kemudian Belanda datang, dan menguburkan aristokrasi itu. Penjajah ini juga membuat perubahan sosial ekonomi yang besar: dari bertani tradisional, kawasan Simalungun menjadi daerah perkebunan besar. Terjadi ekonomi pasar. Dan migrasi. Kita tahu, ke sinilah datang orang Batak Toba, Mandailing, dan bahkan orang Jawa, sebagai kuli kontrak. Dan Simalungun menjadi daerah yang plural - semacam "Indonesia mini" di masa prakemerdekaan. Keunikan itulah agaknya yang mengundang para peneliti. R. William Liddle, ahli ilmu politik dari Ohio State University, misalnya, meneliti selama 17 bulan (Januari 1963-Juni 1964) di Simalungun. Ia menunjukkan bahwa semua perbedaan etnis itu juga menerbitkan perbedaan pilihan partai politik. Terjadi polarisasi politik yang sangat diwarnai oleh kelompok-kelompok primordial. Dengan studi kasus inilah, Liddle kemudian dalam bukunya Ethnicity, Party, and National Integration (Yale University Press, 1970), memberi kita perspektif: dari yang lokal, yang subnasional, lantas "membayangkan" yang besar integrasi nasional. Studi Clauss, memang, tidak sedalam Liddle. Tapi Clauss memberi kita kelengkapan dimensi sosial dan ekonomi dari masyarakat Simalungun yang unik dan berubah itu hampir 20 tahun setelah penelitian Liddle. Ditunjukkan, misalnya, ekonomi pasar telah merusakkan kehidupan desa. Banyak orang Simalungun tak suka bekerja di sawah. Adalah kemerdekaan yang ideal jika menjadi buruh upahan. Orang suka merentekan uang Kebebasan ekonomi individu mendapat nilai tinggi. Semangat menolong saudara yang miskin pun memudar. Yang unik, dari buku Clauss ini, ialah bahwa ia menyajikan dalam bab tersendiri "rekaman suara" mereka yang diteliti. Dengan tujuan menambahkan dimensi "subyektif" pada analisa penelitian yang obyektif, dalam Bab V inilah, kita mendengar suara Pak Guntur, misalnya, tentang mengapa penduduk meninggalkan rumah adat dan membiarkannya punah. Saur Hutabarat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus