CEMARA (Kumpulan Cerpen) Oleh: Hamsad Rangkuti Penerbit: Grafiti Pers Cetakan 1, 1982, 185 halaman YANG terpenting, melalui 20 cerpen ini Hamsad mencoba mendekatkan kita dengan suka-duka masyarakat lingkungan kita. Ada yang kocak. Misalnya, Penyakit Sahabat Saya, atau 1000? 500! 1000!. Ada yang menegangkan seperti Senyum Seorang Jenderal Pada 17 Agustus Perhiasan Musuh Petani. Ada pula yang menyentuh dan mengharukan: Petani itu Sahabat Saya, serta Cemara sendiri. Kecuali variatif, mengundang rasa ingin tahu dan merangsang kita untuk menceritakan isinya kepada orang lain bisa jadi cerpen Hamsad pun memberikan tendens. Dalam Nyak Bedah, umpamanya. Hamsad -- disertai permohonan maaf kepada pembaca di seluruh tanah air, karena terpaksa menggunakan bahasa lokal Betawi -- menyiratkan betapa modernisasi merusakkan tradisi betapa pabrik roti menggeser penjualan nasi uduk, dan walkman memencilkan seorang dari yang lain. Sementara dalam Cemara, Mariam, seorang pekerja pabrik kaus, meninggal gara-gara rambutnya masuk ke mesin pintal. Perihal gaya dan bahasa, Hamsad boleh dikata lincah, jernih dan sopan. Ia selalu menyertakan 'saya' yang bertindak sebagai 'kamera' yang menyorot jalan cerita. Cuma ada kalanya sang kamera tampak kurang yakin, lantas menutupinya dengan berbagai repetisi bukan cuma pengulangan kata, tapi juga kalimat. Sering pengulangan itu justru membuat cerpennya utuh, bagus. Pengulangan adegan kehujanan dan masuk ke dalam toko, misalnya, membuat Cemara tampil sebagai cerpen yang padu. Tapi penyebutan berulang-ulang nama perempuan yang sama dengan judul lagu -- dalam Petani Itu Sahabat Saya -- menunjukkan bahwa Hamsad khawatir pembacanya tak percaya akan daya pikat 'Aryati'! Eka Budianta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini