DINAMIKA KAUM SANTRI
Oleh: Slamet Effendy Yusuf, Mohamad Ichwan Syam, dan Masdar
Farid Ma'udi. Penerbit: CV Rajawali, Jakarta, 1983, 236 halaman.
PERGOLAKAN dalam tubuh Nahdlatul Ulama (NU), yang memuncak pada
awal Mei 1982 dengan pengunduran diri Ketua Umum PB NU Idham
Chalid (dan kemudian dicabut lagi), mengguncang sekali
organisasi tersebut. Kemelut ini lebih mempercepat proses
pemikiran, terutama di kalangan warga muda NU, mengenai
eksistensi NU. Gagasan pokoknya: NU perlu kembali pada citra
semula, sewaktu didirikan pada 1926, sebagai organisasi sosial
keagamaan.
Buku ini, yang diangkat dari keprihatinan itu, menuding bahwa
keterlibatan langsung NU dalam politik telah menghilangkan
identitasnya yang asli. Pergeseran orientasi telah membuat
organisasi itu mundur bahkan membahayakan kehidupan NU. Setelah
mengkaji perkembangan tersebut, maka ketiga penulis buku ini
mencoba membuat proyeksi tentang apa yang bisa terjadi pada NU
di masa depan.
Mungkin karena berangkat dari rasa keprihatinan itu, buku ini
berpihak. Ia terasa kurang mengkaji mengapa dan sejauh mana
keterlibatan NU dalam politik. Ia tidak mencoba memahami, paling
tidak untuk memperlengkap bahan, sayap politik NU: para politisi
praktis yang dijadikan kambing hitam kemunduran NU.
Buku ini juga kurang memberikan informasi dasar mengenai peta
bumi NU dewasa ini yang niscaya penting untuk pembaca awam.
Pesantren dan ulama mana saja yang menjadi tonggak utama NU?
Berapa banyak lembaga sosial yang dianggap "milik" NU? Bagaimana
proses pembuatan keputusan dalam organisasi ini? Golongan atau
pribadi mana yang dikategorikan dalam politisi praktis?
Bagian kedua buku ini, yang meliputi lebih dari sepertiga jumlah
halaman, adalah kutipan tulisan di berbagai media massa mengenai
kemelut dalam NU. Bagian ini memang melengkapi. Tapi tidakkah
lebih baik halaman ini diisi dengan informasi dasar yang lebih
bermanfat bagi para pembaca?
Sebagai studi awal, buku ini cukup lumayan. Mudah-mudahan bisa
diikuti dengan suatu studi yang lebih mendalam, yang lebih
impartial.
Susanto Pudjomartono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini