KERUGIAN APA YANG DIDERITA DUNIA AKIBAT KEMEROSOTAN KAUM
MUSLIMIN
Oleh: Abul Hasan Ali Al-Hasany An-Nadawy
Penerjemah: Abu Laila & Muhammad Tohir
Penerbit: PT Al-Ma'arif, Bandung, cet. I 1983, 371 halaman.
INILAH contoh "buku Ikhwanil Muslimin": cerdas, galak, berbicara
dengan banyak contoh namun selalu secara umum, dan sangat
sugestif. Abul Hasan An-Nadawy bukan orang Mesir, negeri
Ikhwanil Muslimin. Namun dapat dipahami bila ulama Lucknow ini,
India, yang menulis dalam bahasa Arab dan menerbitkan karyanya
ini untuk pertama kalinya di Mesir 1950, mendapat sambutan
hangat misalnya dari ulama besar Ikhwan Seyd Quthub seperti yang
dicantumkan di awal buku.
Betapapun, karya ini -- juga judulnya yang serupa pamflet --
merupakan salah satu penerusan buku Amir Syakib Arselan (Suriah,
meninggal 1946) seperti Mengapa Kaum Muslimin Mundur, Sedang
Yang Lain Maju yang populer itu. Namun yang paling terasa
sebenarnya kecamannya terhadap peradaban Barat yang memakan tak
kurang dari empat bab, dan yang mengingatkan pada Leopold Weiss
Mohammad Asad (Islam at the Crossroads), yang berpusat pada
kesimpulannya bahwa agama Eropa bukanlah Kristen melainkan
Materialisme "yang diperhalus".
Cukup meyakinkan adalah telaahnya tentang kemerosotan
agama-agama dan budaya-budaya dunia di sekitar kelahiran Nabi
Muhammad. Sedang yang diberikannya secara implisit namun kuat
adalah jawaban dari pertanyaan yang menjadi judul buku.
Kemerosotan Islam itu menyebabkan tidak berfungsinya 'pemberi
roh dan pengaruh' ke dalam peradaban dunia yang kini dikangkangi
Barat yang mata duitan dan kebingungan. Tak heran bila buku ini
ditutup dengan dua bab tentang 'Kebangkitan Dunia Islam' dan,
menarik, "Kepemimpinan Dunia Arab' yang dijadikan tumpuan
harapan.
Hal terakhir di atas agaknya disebabkan oleh saat ditulisnya
buku yang masih di masa kiprah Ikhwanul Muslimun yang modern dan
militan itu, empat tahun sebelum dibubarkan -- untuk kedua
kalinya -- oleh Jamal Nasser. Alias sebelum langkah-langkah yang
hebat itu mengalami -- setidaknya -- godaan berbagai pertanyaan
untuk perenungan kembali. Betapapun umat Islam, kata Syaikh
Nadawy, "satu-satunya umat yang dianggap sebagai lawan Barat dan
saingannya dalam meraih pimpinan". Dunia, tentunya, hanya dapat
diselamatkan dengan kebangkitan mereka.
Semuanya jelas. Yang tetap kurang jelas, seperti bahkan dari
Syakib Arselan, )ustru jawaban pertanyaan kunci ini: mengapa
sebenarnya dunia Islam merosot. An-Nadawy, yang membahas soal
ini dalam 2 bab, memperkirakan abad VIII atau IX H. (XV atau XVI
M.) sebagai "akhir abad kegiatan, kreasi dan penemuan keilmuan",
sementara abad sesudahnya "awal masa penjiplakan Eropa". Tapi
mengapa?
Disebutnya masa perpindahan dari kekuasaan Khulafa Rasyidin ke
kekuasaan Daulat Umaiyah di abad I H., sebagai awal masa
berkuasanya para khalifah yang tidak bertakwa, berbareng dengan
"sangat sedikitnya perhatian kepada ilmu yang praktis dan
bermanfaat" (ilmu-ilmu kealaman), tidak menjelaskan soal. Justru
di masa dinasti-dinasti "yang foya-foya" itu ilmu-ilmu
ketabiban, teknik, astronomi, bahkan "teori evolusi Ibn Khuldun"
(yang konon mendahului Darwin yang justru diganyang dalam buku
ini) berkembang.
Benarkah dunia Islam mundur karena ditutupnya pintu ijtihad?
Bagaimana bila ijtihad semarak, bila ia tak lebih dari semangat
kembali ke "dalil-dalil asli" dan pola hidup abad VII Masehi?
Syu'bah Asa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini