Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Sanja di Antara Kepala yang Bergelantungan

Film detektif yang gelap dan tegang karya terbaru Edwin. Berlatar pedalaman perbatasan Malaysia-Indonesia.

4 Agustus 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Karya terbaru Edwin dari Palari Films, menghadirkan film bergenre horor thriller.

  • Berlatar di pedalaman Kalimantan di perbatasan Indonesia-Malaysia.

  • Edwin membangun kisah yang mengantarkan keseruan dan kengerian.

NUN di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan, tersebutlah sebuah desa rekaan yang dikepung kabut dan sejumlah keganjilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Syahdan, Inspektur Polisi Dua Sanja Arunika (Putri Marino dalam penampilannya yang terbaik) mendapat laporan bahwa ada kepala dan tubuh jenazah dua orang yang berbeda. Hanya dalam waktu singkat Sanja dan kolega barunya, Brigadir Polisi Kepala Thomas Martinus (Yoga Pratama), menghadapi kasus serupa: kepala demi kepala yang bergelantungan atau tergeletak di hutan. Tak bisa tidak, mereka berhadapan dengan pembunuh berantai yang mengerikan. Misteri kematian ini juga diiringi kisah mistis yang diembuskan Bujang (Yudi Tajudin) tentang Ambong, hantu komunis yang dipercaya melindungi mereka yang didera nestapa. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lukman Sardi (kiri) dalam Kabut Berduri. Netflix

Sanja dan Thomas tak hanya mendapati kesulitan karena serangkaian kematian itu terjadi begitu cepat dan sulit menentukan tersangka dengan segera lantaran hasil pemeriksaan forensik yang minim. Mereka juga diganggu oleh kecurigaan masyarakat Dayak terhadap polisi dan situasi internal politik antarpolisi. Kendala ini pun ditambah dengan masalah perbatasan Malaysia dengan Indonesia. Tapi yang paling unik dari beberapa lapisan cerita ini adalah bagaimana sutradara Edwin dan penulis skenario Ifan Ismail bisa meramu semua persoalan “duniawi” yang kasatmata dengan hal-hal mistis yang sulit diverifikasi secara rasional.


Kabut Berduri

Sutradara: Edwin
Skenario: Ifan Ismail dan Edwin
Pemain: Putri Marino, Lukman Sardi, Yoga Pratama
Produksi: Palari Films


Pada menit-menit pertama film ini, kita sudah dicengkeram oleh warna kelabu, putih kabut, dan suasana biru yang mengingatkan kita pada serial True Detective yang terkemuka. Kamera Gunnar Nimpuno menangkap bangunan desa fiktif ini dengan visualisasi yang impresif: Nanga Jugam (dari bahasa Iban yang berarti Sungai Beruang) yang dipagari kabut. Kabut adalah simbol sekaligus kenyataan sehari-hari yang dihadapi Sanja yang bekerja di dunia maskulin; sebuah dunia yang memandang dia dengan sebelah mata hingga, “Sanja merasa harus membuktikan kemampuannya terus-menerus,” kata Edwin dalam wawancara.

Meski ini sebuah genre “baru” bagi Edwin, “Sejak kecil saya sudah mengikuti film dan serial crime sebagai hiburan,” tuturnya. Dia selalu ingin mencoba menggarap genre ini. Ternyata Edwin berhasil membuat sebuah film yang naratif dan penuh teka-teki khas kisah detektif, tapi tetap menggenggam jejak khasnya: karakter yang kuat dengan segala jejak masa lalu yang penuh darah.

Sanja, misalnya, perempuan yang merasa harus bekerja dua kali lipat lebih keras daripada koleganya dan sesekali masih terseret masa lalu yang gelap. Begitu pula tokoh Thomas, polisi dari suku Dayak yang selalu merasa berada dalam dilema sosial. Belum lagi tokoh seperti Inspektur Polisi Dua Panca (Lukman Sardi) dan Bujang yang tampil meyakinkan seperti sudah menjadi bagian dari jagat itu. Para pemain tampil bagus tanpa cacat.

Tapi itu semua juga ditunjang keberhasilan world-building, jagat yang dibangun Edwin dan timnya untuk membuat kita percaya bahwa ada kepala-kepala yang bergelantungan yang menjadi titik awal cerita.

Kiki Narendra dalam Kabut Berduri. Netflix

Menggarap sebuah film detektif dengan target mengetahui whodunnit (siapakah pembunuhnya) tak selalu menjadi pilihan populer bagi sineas Indonesia. Sebab, ini adalah genre yang sangat sulit (selain komedi). Dalam hal ini, Edwin berhasil bercerita tanpa beban “pesan”, kecuali pesan agar film ini digarap dengan serius, meyakinkan, dan setia pada perkembangan karakter tokoh-tokohnya.

Pada akhir film, saya ingin mengikuti kelana Serse Sanja menyelesaikan kasus berikutnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Âİ 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus