Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Emak Ingin Naik Haji
Sutradara: Aditya Gumay
Skenario: Adenin Adlan, Aditya Gumay
Pemain: Aty Kanser, Reza Rahadian, Niniek L. Karim, Didi Petet Produksi: Mizan Productions dan Smaradhana Pro
Deretan perahu parkir di tepi pantai. Dua sosok berjalan di dekat situ. Emak menuntun Zein melangkahkan kakinya yang patah berpenyangga tongkat. ”Emak, kita pergi naik perahu saja, yuk?” anak lelakinya pasrah. Mata perempuan berkeriput itu memandang jauh ke laut, lalu membalas, ”Meski raga Emak tidak bisa melewati samudra itu, hati Emak sudah lama ada di situ.” Adegan yang sangat menyentuh.
Keinginan Emak (Aty Kanser) untuk berhaji sudah lama terpendam. Perempuan 61 tahun ini sering menatap lukisan karya Zein (Reza Rahadian) di ruang rumah kayu sederhana mereka. Kepada Zein, Emak juga sudah menyampaikan kerinduannya untuk pergi beribadah ke Rumah Allah di Mekah. Harapannya terlihat tak pernah putus di film yang disutradarai Aditya Gumay ini.
Sampai suatu ketika niatnya bulat. Emak, yang sehari hari berjualan kue, menyerahkan uang recehan kertas dan logam, total Rp 5 juta, ke teller bank. Wajahnya tersenyum, optimistis membuka rekening haji. Dalam hitung hitungan, uangnya itu hanya seperenam dari total biaya keberangkatan naik haji, Rp 30 juta. Bila dikalkulasikan ke umurnya (tentu tanpa inflasi), jumlah ini baru akan tercapai ketika ia menginjak usia 86 tahun.
Film berdasarkan cerpen karya Asma Nadia yang pernah dimuat di majalah Noor pada pengujung 2007 ini sarat kritik. Ia memotret realitas hidup di masyarakat sekitar kita. Cerita diimbuhi dengan subplot yang saling berjalin, yaitu cerita orang kaya yang bisa naik haji dan umrah berkali kali, serta pengusaha kaya yang berniat naik haji demi mendapat gelar haji untuk bekal pemilihan kepala daerah.
Didi Petet berperan sebagai Haji Saun, saudagar kaya pemilik kapal. Berumah gedongan, juga mobil mentereng, di kampung nelayan, ia dan keluarganya dapat memilih kapan berumrah atau naik haji. Bahkan bisa setiap tahun. Dan boleh jadi Emak pun beruntung karena setiap kali itu pula ia menerima order besar: membuat ratusan kue sebagai suguhan tamu—sambil bertanya di dalam hatinya, kapan gilirannya tiba. Dia berseru dalam salat dan doa.
Zein pun berusaha mewujudkan impian ibunda tercintanya yang tulus dan penuh kebaikan itu. Ia mengisi kupon undian naik haji sampai nekat ingin… merampok. Ups! Tapi ia terhalang oleh masa lalunya. Duda beranak satu ini pun masih dipusingkan oleh mantan istrinya, Ziah (Helsi Herlinda). Belum lagi kecelakaan yang membuatnya cedera.
Film ini tak hanya renyah dan segar oleh bumbu komedi keluarga. Kehadiran Didi Petet sangat berperan di sini. Namun Aty Kanser, yang biasanya berperan sebagai pembantu atau orang kesusahan, pun tak selalu mengundang iba. Celetukannya yang spontan dan polos dengan Reza bisa memancing tawa penonton.
”Saat casting, saya menemukan chemistry di antara mereka,” kata Aditya, sang sutradara. Dan di film ini kita menemukan Aty pertama kalinya selama puluhan tahun di dunia akting berperan sebagai tokoh utama. Sedangkan Reza adalah sosok yang bukan antagonis seperti dalam film Perempuan Berkalung Sorban. ”Saya beradaptasi dengan lingkungan untuk mempelajari karakter,” kata Reza, yang tinggal di rumah kayu tempat pengambilan film selama dua minggu.
Namun kaitan dari tiga keluarga baru ditemukan menjelang akhir film. Penonton dibiarkan bingung oleh kehadiran Joko (Aswin Fabanyo), istri Joko (Henidar Amroe), dan Yanti (Cut Memey), sekretaris Joko, sampai terjadinya sebuah adegan dramatis.
Sang penulis cerpen, Asma, mengaku kagum dengan skenario Adenin Adlan dan Aditya Gumay. ”Bagus mengadaptasi dari cerpen ke skenario,” katanya. Menurut dia, ending di film berbeda dengan cerpen karangannya. Ia berniat meluncurkan buku Emak Ingin Naik Haji setelah beredarnya film yang diproduksi Mizan ini.
Martha Warta Silaban
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo