Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Sebuah Paket Cantik Berwarna Perak

Kisah tentang seorang lajang yang harus menentukan antara karier dan cinta.

25 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cinta SilverSutradara: LanceSkenario: Salman AristoProduksi: RexinemaPemain: Restu Sinaga, Luna Maya, Rima Melati, Catherine Wilson

Bandara bukan hanya tempat pesawat datang dan pergi. Ia juga menjadi sebuah tempat mengejar waktu; menemui ketepatan dan memburu sebuah tujuan.

Di bandara, suara-suara itu menyerbu dirinya. Di usia yang ke-35, Levi Syahbahtiar (Restu Sinaga) teringat kata-kata sahabatnya: "Kesepian bukan ketika kita sendirian, tetapi ketika kita bahagia dan tak bisa berbagi." Lalu ada ucapan mantan pacar: "Kamu tidak akan pernah berubah, sekalipun hujan warna-warni."

Film Cinta Silver menyatakan dirinya sebagai sebuah film dewasa. Artinya, para tokohnya adalah mereka yang sudah berusia di atas 30-an dan sudah memiliki tanggung jawab. Dan pemuda urban seperti Levi sukses dalam karier (dia seorang pemimpin redaksi majalah gaya hidup) hingga dia mendedikasikan 24 jam untuk "kawin" dengan ponselnya. Peran ponsel itu mengalahkan Cecilia Ariani atau Sisil (Luna Maya), penulis dan model, dan juga Jessa (Catherine Wilson). Penulis? Sisil gemar mengamati orang-orang selama perjalanannya. Katakanlah, selain model, dia juga seorang penulis jurnal.

Kemudian ada lagi satu tokoh penting: Bunda (Rima Melati), yang khawatir dengan kehidupan bujang sang putra, sementara kedua adik putrinya sudah menikah semua. Sang Bunda rewel. Sang Bunda banyak tanya, dan sang Bunda bahkan pura-pura sakit dan banyak permintaan agar si anak yang lupa kawin ini memilih Sisil untuk menjadi istrinya.

Sebetulnya inilah bagian sosiologi yang menarik karena anak-anak Indonesia, setua apa pun, memang masih harus "ikhlas" dengan intervensi orang tua, mulai dari pilihan pasangan, perkawinan, hingga gaya hidup berkeluarga. Namun, film ini kemudian lebih memilih penggarapan sinematik dari sisi visual. Lance, seorang sutradara yang sebelumnya dikenal sebagai sutradara iklan, memperlakukan subyek sekaligus menjadi obyek. Mereka pelaku dan mereka harus indah. Pemotretan di lokasi indah seperti Tegal Alang di Bali, dengan sudut-sudut rekaman yang menyejukkan mata, kemudian menjadi dominasi seluruh film. Banyak sekali adegan indah, dan kita bertanya tentang makna. Sisil seorang model dan penulis, tapi kita tak pernah diberi tahu apa isi tulisannya dan apa pula makna Sisil bergeletakan di lantai dengan buku-buku yang disusun sedemikian rupa hingga, ketika kamera merekamnya dari atas, kita mulai bertanya apakah ini sebuah klip video atau fotografi salon yang bergerak.

Selebihnya, strategi sang ibu untuk mempertemukan Levi dengan Sisil menjadi sebuah bagian yang menyegarkan. Sebetulnya penulis skenario Salman Aristo menunjukkan bakatnya untuk menulis dialog yang gergeran (ingat lincahnya film Brownies dan Catatan Akhir Sekolah). Dalam film ini, adegan-adegan lebih banyak soal keindahan dan hubungan segitiga Levi, Sisil, dan Jessa. Sayang, meski produser Erwin Arnada menyatakan film ini ditujukan untuk segmen dewasa, sutradara dan penulis skenario tampak tak berani menggambarkan sebuah romantisme yang memang sudah "dewasa". Luna dan Restu dengan penampilan yang wajar dan pas seharusnya bisa dipercaya untuk terjun ke dalam visual romantik yang menunjukkan mereka memang tengah melangkah pada percintaan dewasa. Kedewasaan tentu bukan dinyatakan dengan pencapaian usia atau pernyataan sineas dan produsernya, melainkan dari bagaimana mereka mendefinisikan kedewasaan itu dengan gambar.

Tetapi mungkin saja ini pandangan dari (sutradara) dan (penulis skenario) lelaki yang sering menyadari emosinya pada perempuan belakangan. Levi akhirnya mengejar Sisil ke bandara, sebuah tempat ketika hati segera memutuskan masa depan. Sisil, yang menjauhinya karena Levi tak bisa memutuskan masa depan, sudah siap pergi hingga akhirnya dramatisasi itu terjadi. Levi memanggil Sisil menggunakan airphone.

Kata cinta silver ternyata bukan hanya berarti cinta perak. Silver adalah singkatan dari Sisil My Lover. Kalau sudah begini, entah bisa dikatakan ini cinta dewasa atau remaja, karena mereka yang jatuh cinta selalu toh kembali menjadi "remaja". Di bandara itu, cinta "dewasa" itu digambarkan dengan hujan butiran perak. Kenapa warna cinta (dan warna layar) serba perak, kita tak pernah paham. Mungkin sutradara Lance mulai memperlakukan adegannya bukan hanya sebagai paket keindahan, tetapi juga rangkaian kisah yang berarti. Dan jika penulis skenario Salman Aristo yang sebetulnya sangat berbakat itu lebih berani mengeluarkan "kebandelannya", film ini akan jauh lebih punya greget.

Evieta Fadjar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus