Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Selamat Datang, Dakota

Film ini memberi konfirmasi: Hollywood telah melahirkan aktris Dakota Fanning yang wajib dipelihara agar bercahaya.

20 September 2004 | 00.00 WIB

Selamat Datang, Dakota
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

MAN ON FIRE
Sutradara: Ridley Scott
Skenario: A.J. Quinnell
Pemain: Denzel Washington, Dakota Fanning, Marc Anthony
Produksi: 20th Century Fox

Dakota Fanning adalah tubuh berusia delapan tahun dengan energi dan kompetensi seorang aktris berusia 30 tahun. Dalam tubuh kecil itu, telah lahir sebuah daya yang luar biasa.

Sebagai seorang anak yang dewasa untuk tubuhnya yang mungil dalam Uptown Girl bersama Brittany Murphy, maupun si kecil berusia delapan tahun yang "menasihati" soal karier dan persahabatan tokoh Joe Tribbiani (Matt Le Blanc) dalam serial Friends, Dakota Fanning memperlihatkan sebuah seni peran hanya dengan sorotan mata yang menampilkan kecerdasan.

Film Man on Fire adalah film Dakota Fanning. Tentu saja peran Denzel Washington sebagai seorang mantan pembunuh dalam operasi bawah tanah pemerintahan AS adalah jantung yang memompa darah film ini. Cresey (Denzel Washington) datang ke Kota Meksiko mengunjungi kawan lamanya (diperankan dengan baik oleh Christopher Walken) karena Cresey sudah "bosan dalam kehidupan". Dengan angka penculikan anak-anak orang kaya di Kota Meksiko yang diselenggarakan oleh organisasi kriminal—kerja sama antara polisi, jaksa, dan gangster—Cresey dengan enggan bersetuju menjadi bodyguard (pengawal) Lupita Ramos (Dakota Fanning), seorang anak berusia delapan tahun dari keluarga Samuel Ramos, pengusaha Meksiko terkemuka yang menikah dengan seorang wanita Amerika.

Elemen drama dalam film ini adalah hubungan Cresey dan Pita yang diawali dengan sikap dingin Cresey, yang bersikukuh hanya akan menjadi "bodyguard, dan bukan disewa untuk menjadi kawan", yang kemudian berkembang seperti seorang ayah kepada putrinya. Bagaimana pula peran ayah, Samuel Ramos (Marc Anthony), kepada Lupita? Dia ayah yang sialan (untuk tidak meluluhkan daya kejut film ini).

Lupita digambarkan sebagai seorang anak perempuan yang cerdas, lincah, sigap, dan berbakat renang (meski ayahnya lebih memaksakan anaknya untuk bermain piano). Perlahan-lahan, Lupita memecahkan "batu" di dalam tubuh Cresey. Cresey mengajari Lupita menjadi perenang hebat dan memenangi pertandingan sekolah, Lupita mengajari Cresey untuk hidup kembali sebagai manusia yang bahagia. Lupita adalah anak yang kuat. Dia menanggapi penolakan Cresey dengan hati yang luka dan menahan air mata yang tumpah; tetapi dia tahu Cresey "is a sad person" yang harus disembuhkan. Dan di sinilah Dakota Fanning menampilkan cahaya bakat yang luar biasa. Kali ini, Anda tak perlu menyaksikan ritual akting sungai air mata seperti lazimnya tokoh anak-anak dalam film-film drama orang dewasa. Dakota menampilkan sebuah penyajian yang matang dan pas. Tak lebih dan tak kurang.

Di sini, kita tahu, jika Dakota senantiasa dipegang oleh sutradara andal, dia tak akan berhenti sebagai artis kecil, tetapi—seperti Kirsten Dunst—Dakota layak dirawat dan dipelihara oleh tangan-tangan andal agar tumbuh menjadi aktris dunia yang akan datang.

Film Man on Fire berakhir dengan tragis dan menyajikan sebuah persoalan kronis di Meksiko masa kini. Persoalan sekutu polisi, jaksa, dan preman juga bukan hanya masalah Meksiko, tetapi menjadi kanker di banyak negara berkembang termasuk Indonesia.

Paruh akhir film ini merupakan bagian rancangan kesumat sosok Cresey karena penculikan Lupita yang keji. Ini sebetulnya bagian "man on fire", lelaki dalam api murka yang seperti seorang jango atau koboi yang berhasil melibas semua jaringan polisi dan gangster yang terlibat dalam penculikan tingkat tinggi itu. Seru, tapi terlalu mudah ditebak hasilnya. Bagaimanapun, film yang sangat layak tonton ini adalah perjalanan laga dan drama yang asyik. Denzel Washington, Christopher Walken, dan Dakota Fanning, sederetan garansi yang membuat kita tak merasa rugi dengan duit Rp 50 ribu. Tontonlah.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus