Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGI Hemzairil, posisi barunya bagaikan "kursi panas". Setidaknya untuk tiga bulan ke depan. Kepala Divisi Portofolio Investasi dan Perencanaan PT Pertamina ini baru saja diangkat menjadi Direktur Utama PT Pertamina Saving & Investment (PSI). Oleh Widya Purnama, Direktur Utama Pertamina, ia ditugasi memberesi anak perusahaan Pertamina yang kebobolan dana Rp 240 miliar itu.
Menurut Hemzairil, investasi PSI di Bank Swansarindo Internasional?kini berubah menjadi Bank Persyarikatan?dan PT Goro Batara Sakti, yang tak jelas juntrungannya, harus dibereskan dalam tempo tiga bulan. "Ini bukan tugas, melainkan musibah," tuturnya kepada Tempo, pekan lalu. Sepekan sebelumnya, Widya Purnama mengumumkan skandal keuangan di PSI, anak perusahaan Pertamina di sektor pengelolaan dana investasi.
Anak perusahaan yang berdiri pada 18 Juni 2002 ini tidak bisa mempertanggungjawabkan investasinya yang tersangkut di Bank Persyarikatan dan PT Goro. Lucunya, direksi PSI, yang dipimpin Hasan Bashori, mengaku tidak mengetahui investasinya berupa deposito senilai Rp 60 miliar berubah menjadi penyertaan modal di Bank Persyarikatan. Hanya Rp 30 miliar yang tercatat sebagai deposito. Dalam hitungan Pertamina, dananya di bank yang identik dengan ormas Muhammadiyah ini mencapai Rp 180 miliar.
Selain itu, Rp 40 miliar tersangkut di PT Goro Batara Sakti, yang memiliki usaha perkulakan Goro. Investasi itu diluncurkan Rp 20 miliar pada Oktober dan November tahun lalu. Pertamina menuding Lulu Harsono, bekas Direktur Utama Bank Swansarindo dan penasihat Bank Persyarikatan, sebagai biang keroknya. Ia dinilai memanfaatkan dana PSI untuk membeli Bank Swansarindo dan membesarkan PSI.
Sejak mengumumkan skandal investasi itu, Widya Purnama bergerak cepat. Selain mencopot Hasan Bashori sebagai Direktur Utama PSI, ia juga mengganti jajaran komisaris yang semula bernama Yayasan Tabungan dan Pegawai Pensiunan Pertamina. Hilda Zaenal dan Suprijanto pun digantikan Mustiko Saleh, Wakil Dirut Pertamina, dan Benny dari divisi hukum.
Hemzairil menjelaskan, setumpuk dokumen dari investasi PSI sudah di tangannya. Tapi ia belum bisa melakukan analisis, baru tahap pemetaan. Karena itu, ia mengaku belum bisa menjelaskan bagaimana deposito PSI berubah menjadi penyertaan modal tanpa sepengetahuan pemilik dananya, atau berapa yield (hasil investasi) sehingga PSI mau menanamkan modalnya di bank kecil macam Swansarindo. "Saya belum ada pendapat," tuturnya.
Rencananya, manajemen PSI mengadakan rapat umum pemegang saham (RUPS) pada pekan ini dengan dua agenda: menunjuk penasihat keuangan PSI dan rencana kerja audit investigasi. Komisaris Utama PSI, Mustiko Saleh, juga menjamin investigasi atas skandal investasi PSI di Bank Swansarindo dan PT Goro hingga tuntas. Namun, soal perubahan deposito menjadi penyertaan modal juga menjadi pertanyaan besar bagi Mustiko. "Kami investigasi terus," katanya.
Mantan Direktur Keuangan Pertamina, Ainun Na'im, juga mengaku tidak mengetahui banyak skandal investasi PSI. Alasannya, ia tidak duduk di manajemen. "Sebaiknya ditanyakan kepada komisaris atau pengawasnya," ujarnya. Namun, Lulu Harsono, yang disebut-sebut sebagai biang kerok investasi PSI itu, punya jawaban. Menurut dia, tidak benar direksi PSI tidak mengetahuinya. Mereka mempunyai catatannya, dan persetujuan investasi ini melalui proses berjenjang.
Apalagi manajemen PSI sebelum Hasan Bashori mempunyai komitmen dengan Bank Persyarikatan. Sebab, PSI deposan terbesar di sana. "Saya memperkenalkan konsep Bank Persyarikatan ke PSI. Saya katakan bank ini cikal-bakal bank lokal terbesar karena punya captive market. Karena itu, PSI tertarik," kata Lulu.
Meski begitu, ia menolak disebut dalang skandal investasi ini. Perannya tak lebih dari fasilitator. Selebihnya menjadi risiko bisnis manajemen PSI, termasuk soal yield-nya. "Definisi skandal itu apa?" katanya. "Uangnya hilang atau tidak, ada yang bawa lari tidak, ada yang dapat manfaat tidak. Buktikan dulu, dong."
Sumber Tempo di lingkungan penyidik Pertamina membisikkan, tuduhan pembobolan ini sebenarnya terlalu prematur. Sebab, dari data-data yang ada, kasus investasi PSI ini kemungkinan tak lebih dari masalah investasi yang tidak hati-hati. Ini lebih mirip investasi kategori high risk dengan harapan mendapat high profit. "Ini bisnis biasa," ujarnya. "Saya kira belum bobol." Ia memperkirakan butuh waktu satu bulan untuk menuntaskannya.
M. Syakur Usman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo