Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Selamat jalan, kak nanny

Perintis senam dan balet indonesia telah pergi sebelum karya agungnya untuk menyambut pon xiii selesai. tapi namarina, yang ia dirikan 37 tahun silam, akan tetap hidup.

14 Agustus 1993 | 00.00 WIB

Selamat jalan, kak nanny
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
NAMA Nanny Lubis identik dengan dua hal. Yang pertama adalah sekolah balet dan senam Namarina. Yang kedua adalah kerja keras yang tak pernah selesai. Itulah sebabnya salah satu pelopor senam dan balet di Indonesia ini, pada hari-hari terakhirnya, masih duduk di tengah ruang senamnya untuk mengawasi murid- muridnya sampai kemudian ia diangkut ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). ''Saya tak kuat lagi,'' katanya dua bulan silam. Tubuh Nanny yang selalu kelihatan segar dan tegap itu baru belakangan ketahuan digerogoti kanker paru-paru. Tapi justru saat-saat terakhir itulah yang menggambarkan sosok Nanny Lubis yang jelas. Bahkan, di tempat tidur RSCM, dengan tangan diinfus, ia masih sibuk membicarakan bagaimana para pengajar Namarina bisa menyelesaikan penataan gerak senam untuk pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIII bulan depan. Meski akhirnya Nanny meninggal dunia Senin pekan silam, ia tampak masih hidup. Itu disebabkan oleh semangat tinggi yang diembuskan selama 37 tahun di sekolahnya di Jalan Cimahi, Jakarta. Tahun 1956, ketika video aerobik Jane Fonda atau Cindy Crawford masih belum dikenal, Nanny sudah memikirkan bagaimana membuat anak Indonesia menjadi penari yang baik dan sehat. Lahir sebagai Anistasia di Tegal 67 tahun silam, dia tumbuh sebagai anak yang doyan menari dan olahraga. Sempat menjadi atlet lempar cakram, Nanny, bersama Tanneke Burki, menyalurkan kegandrungannya terhadap seni tari dengan berguru pada instruktur balet Puck Meyer, tahun 1930-an. Melihat bakatnya, Meyer mengusulkan kepada Nanny kecil agar suatu hari membuka sekolah balet. Setelah melalui pendidikan di Singapura, Jepang, Jerman, dan Teacher's Training Course Ballet di London, Nanny memang menjalankan petuah gurunya. Ia mendirikan Yayasan Namarina tahun 1956, yang belakangan menjadi usaha perseorangan. Namarina adalah sebuah kalimat Tapanuli yang berarti ''dipersembahkan kepada ibunda''. Berkat kerja keras dan disiplin Nanny itulah Namarina maju pesat. Dengan 1.500 murid balet dan senam di bawah bimbingan 27 instruktur di tiga tempat di Jakarta, agaknya Namarina bukan saja sekolah balet tertua yang didirikan orang Indonesia, tapi juga yang terbesar. Farida Feisol, penari dan creative director sekolah balet Sumber Cipta, menyatakan kekagumannya kepada Kak Nanny demikian panggilan akrabnya dalam memberikan pengetahuan tentang balet kepada sejumlah besar muridnya. Apa kelebihan Namarina? Salah satu kelebihannya, menurut Koreografer dan Penari Sardono W. Kusumo, adalah karena Namarina tidak hanya menyediakan pendidikan senam dan balet, ''tapi, yang lebih penting, Namarina juga menjadi tempat senam dan balet pendidikan''. Ia menambahkan bahwa pendidikan senam di masa kini juga bisa dilakukan pada tingkat tertentu melalui video Jane Fonda. ''Tapi senam dan balet pendidikan hanya bisa melalui proses yang diajarkan lewat sekolah semacam ini,'' kata Sardono. Karena targetnya yang jelas dan memberikan pendidikan yang terkonsep inilah Namarina bisa menjaring banyak murid. Apa yang dikatakan Sardono tentang Nanny Lubis, pencipta sendratari balet Joko Tarub, memang menarik. Meski Namarina menghasilkan nama besar seperti Maya Tamara, Berthi Tilarso, dan Deddy Luthan, tampaknya ambisi Nanny bukan sekadar mencetak bintang panggung. ''Tujuan Mami mendirikan sekolah tidak muluk. Sebatas bisa menyehatkan murid-muridnya dan meningkatkan apresiasi seni saja sudah cukup, katanya,'' ujar Maya Tamara, anak bungsu Nanny, yang kini menjadi creative director Namarina. Tapi, yang disebut ''tidak muluk'' itu pun sebetulnya sangat berat. Selain seorang pekerja keras, Nanny dikenal sebagai seorang perfeksionis tulen. Meski tak menari di panggung sejak tahun 1960, ia tetap seorang pengajar yang keras, dari persoalan prinsip sampai soal yang paling kecil dalam pertunjukan. Dalam penggunaan point shoes sepatu balet yang memungkinkan penari berdiri dengan ujung kaki misalnya, Nanny tak ingin gegabah. Ia hanya memperbolehkan penggunaan sepatu itu bagi muridnya yang sudah mencapai tahun keempat. Sesuai dengan metode yang pernah diterimanya, penggunaan point shoes yang terlalu dini bisa mengakibatkan kerusakan pada bentuk tubuh sang penari di kemudian hari. Mungkin karena dedikasinya, Ketua Ikatan Pelatih dan Pengajar Balet itu sering diminta menatar para pelatih balet dan guru- guru senam Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi). Ketatnya Nanny dengan metode dan pakem balet serta senam juga mendorongnya mendirikan Namarina Dance Academy (NDA) tahun 1983, yang mensyaratkan muridnya harus sudah mencapai tingkat senior. Metode yang dipakai sesuai dengan kurikulum yang digunakan sekolah balet RAD (Royal Academy of Dancing), London. Maka, setiap ujian, murid NDA ini akan mengikuti ujian dari penguji RAD yang khusus datang ke Jakarta. Mereka yang lulus berhak memperoleh sertifikat yang berlaku secara internasional. Nanny pergi sebelum kerja kerasnya selesai. Penataan gerak senamnya yang akan dipentaskan saat Pembukaan PON belum selesai. Tapi, seperti dikatakan Sardono, ''Nanny telah menciptakan sebuah sistem, dan yang lain tinggal menjalankan dan mengisinya.'' Leila S. Chudori dan Bunga Surawijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus