Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Selamat tinggal, keterbelakangan !

Pengarang: soedjatmoko (jakarta): bappenas, 1978 resensi oleh: s.i. poeradisastra. (bk)

11 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NATIONAL POLICY IMPLICATIONS OF THE BASIC NEEDS MODEL Oleh: (Dr.) Soedjatmoko Terbitan: Bappenas, 7 Maret 1978 43 halaman, mimeograph ukuran kwarto. BUKU kecil ini adalah suatu cetak ulang dengan sedikit perubahan dari-pada kertas-kerja yang diajukan kepada seminar tentang 'Implikasi Contoh Hajat-hajat Pokok' yang diselenggarakan oleh Dewan Nasional Penasihat Kerjasama Pembangunan, Belanda pada tanggal 24 Pebruari 1978 di Den Hagg, Nederland. Penulisnya di sini telah tampil tidak saja sebagai seorang sarjana ilmu-sosial yang mencoba secara obyektif meninjau perkembangan dunia ketiga dari luar melainkan juga sebagai seorang cendekiawan yang menyembul dari kancah pergolakan kesulitan dunia ketiga itu sendiri. Ia bertolak dari sudut pendirian seorang patriot dan demokrat yang hadir di tengah-tengah pergumulan tersulit tanah-airnya. Dan karena tanah-airnya sendiri merupakan integral daripada dunia tersebut, maka pembahasannya tidak saja sederhana dan mudah dipahami, melainkan juga getaran himbauannya jelas dirasakan. Namun permasalahannya sedemikian rumit, keadaan dunia ketiga sendiri demikian beragam, di dalam sumber bantuan alam dan persediaan tenaga-kerja dan kader pembangunannya, sehingga dengan sendirinya tidak semua pertanyaan dapat terjawab dengan tuntas. Tak Terjawab Dalam pada itu karangan ini telah memenuhi fungsinya sebagai suatu cetakan-biru (blue-print) bagi suatu peralihan yang tak mengagetkan dan berangsur-angsur. Dengan cermat pengarang menyoroti berbagai masalah seperti makanan, gizi, penempatan tenaga-kerja, kesehatan, perumahan, pendidikan, komunikasi, kebudayaan, riset, teknologi, pemerintahan, hukum, dinamika politik dan implikasi ideologi, transformasi desa, bahkan land-reform yang biasanya dihadapi dengan segala emosi dan keberpihakan. Tapi ia berhasil mendekati segala persoalan tersebut dari sudut pembangunan masyarakat (community development) yang rasionel-logikal dengan melepaskan diri dari keterlibatan pertentangan politik yang cenderung untuk mewarnai kebanyakan pembahasan demikian. Terasa sekali di sini pengalamannya sebagai seorang diplomat, seorang empu di dalam memberikan acuan-acuan kata kepada pikiran-pikirannya. Ia berhasil mengungkapkan secara netral kritiknya terhadap misalnya kecenderungan anti-demokratik pada pihak para penguasa sebagian dunia ketiga di dalam keinginan mempercepat penerapan sesuatu pola pembangunan. Dalam pada itu penulis membiarkan tak terjawab berbagai persoalan, seperti pembentukan modal nasional untuk membiayai pembangunan, kekurangan bahan-baku dan bahan bakar, kekurangan ketrampilan teknik dan kecakapan managerial, ledakan penduduk dan ketakmerataan persebaran penduduk, bagaimana mengatasi kecenderungan-kecenderungan birokratik, penyalahgunaan dana pada elite baru barisan pimpinan berbagai negeri dunia ketiga. Pembangunan industri di berbagai negeri atau daerah yang kekurangan tenaga, juga mekanisasi pertanian merupakan prasyarat bagi peninggian GNP dan produktivitas per kapita. Tapi tabungan nasional kerapkali dihambat oleh ketidakstabilan moneter, bahkan kadang-kadang dirongrong oleh kecenderungan inflatoire yang menahun. Padahal gerak serentak pembangunan yang hendak dipercepat biasanya justru berpaku dengan ledakan penduduk, harapan perbaikan nasib yang melambung dan ketaksabaran pada masyarakat luas serta urbanisasi spontan ke kota-kota besar yang telah terlalu kepadatan penduduk, tapi kekurangan perumahan dan lapangan kerja. Kesulitan lain adalah, bahwa negeri-negeri sedang berkembang biasanya mewarisi pertentangan sosial yang tadinya hanya potensial dan terpendam, menjadi gawat oleh vakum yang ditinggalkan oleh elite asing sebelum tercapainya kemerdekaan nasional serta keinginan elite baru untuk mendesakkan kehadirannya yang terlambat. Patut dipuji ketajaman pandangan prospektif pengarang yang menegaskan perlunya memperkecil perbedaan kota dan desa dengan mempolakan suatu perkembangan desa yang akan membuat suatu urbanisasi tidak seberapa menggiurkan lagi. Tapi memang di dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat desa yang dipolakan, lagi-lagi rintangan utamanya adalah kekurangan modal. Padahal kesediaan negara-negara donor kepada komitmennya kerap-kali diragukan, bahkan kerap mengecewakan. Dalam pada itu meski pun pada umumnya masyarakat desa bekerja sangat keras, tapi biasanya produktivitasnya terlalu rendah. Demikianlah industri rumah-tangga atau koperasi kerap kali ditempatkan di dalam kedudukan yang sulit di dalam perebutan pasar dengan hasil industri kota dan barang-barang impor. Ini dibuktikan oleh seringnya industri rumah-tangga atau perusahaan kecil desa gulung tikar, karena biaya produksinya tak lagi sebanling dengan harga pasar. Hal-hal lain sayang kurang disorot penulis. Betapa pun konsep yang di ajukan penulis sangat berharga untuk memancing suatu pemikiran yang lebih terperinci berdasarkan perbedaan regional di dunia ketiga yang sangat beragam. Untuk Afrika dan negeri-negeri Arab yang intensitas sinar mataharinya sangat tinggl, disampmg tenaga anginnya yang melimpah, penggunaan tenaga sinar matahari dan angin paling penguntungkan. Sedangkan bagi Indonesia, Filipina, dan Oseania, listrik pasang surut laut adalah yang paling murah. Memang konsep 'Contoh Hajat-hajat Pokok' (Basic Needs Model) bukanlah suatu pola yang beku. Tulisan Soedjatmoko ini merupakan contoh yang baik tentang bagaimana seharusnya seorang cendekiawan mengintegrasikan diri dengan jamannya dan pergumulan dunianya. Pada tempatnya kita ajukan harapan kepada penulis untuk menerbitkan bukunya ini di dalam bahasa Indonesia. S.I. Poeradisastra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus