TAHUN pelajaran mendatang tidak lagi dimulai 1 Januari. Menteri
P&K lewat surat keputusannya telah merubahnya menjadi pada
minggu ketiga bulan Juli. Ini semua orang sudah tahu. Tapi yang
patut dipertanyakan adalah: Apa yang akan dilakukan selama
program perpanjangan tahun ajaran, 1978/1979?
Tidak cukup dengan hanya program yang memang sudah disiapkan
oleh Badan Penelitian Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
(BP3K), Departemen P&K merasa perlu melokakaryakn program
perpanjangan itu akhir Oktober lalu. Pokoknya tiap sekolah dari
TK sampai SLTA, kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof.
Darji Darmodiharjo pekan lalu, sudah memperoleh buku petunjuk
untuk mempersiapkan program perpanjangan tahun ajaran itu.
Paling tidak ada empat aspek langkah penyempurnaan Program
Peningkatan Mutu, Program Pendidikan Moral Pancasila, Program
Pembinaan Generasi Muda dan Program Ketrampilan dan Pengabdian
Masyarakat.
Sebelum keempat aspek tersebut dijejalkan kepada para murid
selama program perpanjangan yang makan waktu enam bulan itu,
Desember ini akan diadakan tes untuk tingkat SD sampai SLTA.
"Tes ini merupakan penilaian yang sifatnya diagnostik," kata
Moegiadi, Sekretaris BP3K. "Dengan demikian kita bisa mengetahui
dulu lokasi pengetahuan si murid. Dari situlah para guru
berangkat dengan program-programnya," tambah Dr Kasmiran Wuryo,
Sekretaris Ditjen PDM.
Begitu lengkapnya petunjuk yang dibikin BP3K untuk para guru itu
sehingga tes untuk menilai daya serap murid itu mencakup mulai
dari persiapan dan penyusunan tes, pelaksanaan tes dan analisa
hasil sampai cara bagaimana menentukan nilai untuk tes tersebut.
Sedangkan bahan tes tidak diberikan dari pusat. Melainkan
dikumpulkan dari soal-soal yang sudah diajarkan pada sekolah di
setiap propinsi yang kemudian distandarisasikan. Soal-soal
itulah yang dipakai untuk tes oleh sekolah-sekolah di
masing-masing propinsi. Biaya untuk tes Desember itu sebanyak Rp
1,3 milyar untuk SD dan Rp 450 juta untuk sekolah lanjutan
seluruh Indonesia, sudah disediakan pemerintah.
Gara-Gara Daoed?
Setelah lokasi pengetahuan murid diketahui melalui tes tersebut,
maka para guru akan memberikan program pengayaan bagi murid yang
sudah menguasai bidang studinya. Dan memberikan program
perbaikan bagi murid yang belum menguasai bidang studinya.
Bahkan baik program pengayaan maupun program perbaikan, BP3K
sudah memberikan petunjuk untuk setiap bidang studi di setiap
tingkat pendidikan. Lengkap dengan jadwal Evaluasi Belajar Tahap
Akhir (EBTA) tingkat akhir sekolah umum yang akan berlangsung
bulan April, dan bagi SLTA kejuruan pada bulan Pebruari.
Teoritis memang lengkap. Tapi cukupkah waktu yang hanya 6 bulan
itu untuk memasukkan keempat aspek tersebut ke kepala para
murid? Nampaknya untuk aspek peningkatan mutu pun kemajuan
prosentase daya serap yang bisa dicapai murid dalam waktu yang
singkat itu belum bisa digambarkan. "Memang kami tidak punya
target," ucap Moegiadi. Itu sebabnya Sekretaris BP3K tersebut
menyebutkan guru sebagai unsur yang menentukan berhasil tidaknya
program perpanjangan tahun ajaran itu. Apalagi diakui, kelompok
murid yang harus diberikan program perbaikan (karena kurang
menguasai bahan pelajaran) jumlahnya akan lebih banyak dari pada
kelompok yang cukup diberikan program pengayaan.
Tapi tindakan merubah tahun ajaran sebenarnya bukan barang baru.
"Sudah disiapkan lebih dua tahun lalu. Kalau baru sekarang
diputuskan pelaksanaannya, itu soal keberanian saja. Jadi, bukan
gara-gara Daoed Joesoef jadi menteri P&K," kata Daoed Joesoef,
beberapa waktu yang lalu kepada TEMPO.
Waktu itu tersedia beberapa pilihan tahun ajaran diundur 1 bulan
setiap tahun berarti makan waktu 6 tahun, diundur setiap 2 bulan
berarti makan waktu 3 tahun atau diundur 6 bulan yang bisa
dilakukan sekaligus dalam 1 tahun. Yang dipilih oleh menteri P&K
yang baru itu adalah yang terakhir. Dan murid sekolah pun yang
mestinya mendapat libur panjang Desember ini terpaksa akan
memperolehnya bulan Juni dan Juli tahun depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini