Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Selasa sore yang edan dari lynch

Sebuah film miniseri di tvri yang layak ditonton, yang tahun lalu mendapat perhatian besar dari pemirsa di amerika, kanada, eropa, dan australia. twin peaks sutradara: david lynch skenario: mark frost dan david lynch pemain: kyle maclachlan, michael ontkean, joan chen, piper laurie produksi: worldvision enterprises inc.

18 Juli 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUNIA David Lynch adalah dunia jungkir-balik. Ia adalah satu dari sedikit sutradara Amerika yang keluar dari rel Hollywood dan menerjemahkan seni dengan bahasa film yang unik. Tidak mudah melupakan film Lynch seperti Blue Velvet, Wild at Heart, serta The Elephant Man. Semua karyanya selalu menyorot sisi paling gelap dan ganas dari manusia. Kini, melalui TVRI, kita bisa menikmati karya Lynch terbaru berjudul Twin Peaks, yang ditayangkan tiap Selasa malam sejak dua pekan lalu. Inilah serial terkenal yang tahun silam meledak di Amerika, Kanada, Eropa, dan Australia, hingga mampu menduduki peringkat pertama dalam ramu pendapat penonton. Inti ceritanya itu sendiri seolah-olah hanya cerita pembunuhan biasa. Seperti dalam Blue Velvet, Lynch membuka film ini dengan pemandangan desa, kali ini Desa Twin Peaks di perbatasan Kanada dan Amerika yang indah, hijau, harmonis, dan ramai oleh kicau burung. Dan kemudian seorang pekerja pabrik penggilingan kayu menemukan tubuh wanita muda yang tergeletak di pinggir sungai. Tubuh yang sudah tak bernyawa dan berwarna biru itu bernama Laura Palmer, seorang siswa SMA yang cantik dan dikenal sangat ramah dan banyak kawan. Cerita pun menggelinding. Ketika Nyonya Palmer yang panik menelepon suaminya, tiba-tiba Sheriff Harry Truman (Michael Ontkean) muncul di muka Tuan Palmer. Dan tiba-tiba saja Nyonya Palmer sudah menjerit. Adegan antara wajah Tuan Palmer dan kedatangan Sheriff Truman serta shot telepon yang menyuarakan jeritan Nyonya Palmer adalah bahasa film khas Lynch. Ia tidak akan menggunakan bahasa Hollywood yang verbal ketika memberitahukan kematian anak pasangan Palmer. Demikian pula ketika suara kepala sekolah SMA Twin Peaks yang menembus lorong-lorong kelas yang disambut dengan jeritan tangis kawan-kawan Laura, bukanlah suatu adegan klise yang hanya bisa dibuat oleh sutradara kelas Lynch atau Jonathan Demme (The Silence of the Lambs). Twin Peaks yang ramah mulai terlihat suram. Teman Laura satu sekolah menghilang keesokan harinya dan ternyata jadi korban pemerkosaan. Maka, ketika agen FBI Dale Cooper (Kyle Maclachlan) datang, kita menghela napas sementara. Kebetulan Cooper sedang menangani kasus pembunuhan misterius setahun silam di desa lain. Untuk sementara, penonton dibiarkan beranggapan bahwa pembunuhan-pembunuhan ini ada hubungannya dengan peristiwa pembunuhan Laura Palmer. Di sini Lynch sengaja mengajak penonton menuju satu skema yang kelihatannya begitu sederhana, yakni kisah pembunuhan masal. Apalagi, seperti dalam Blue Velvet dan Wild at Heart, Lynch lantas menampilkan karakter-karakter ganjil yang membuat bulu roma merinding. Ada Log Lady, seorang wanita tua yang senang berbincang-bincang dengan sepotong kayu yang selalu digendongnya ke sana-kemari ada tokoh spiritual yang tinggal di lantai bawah rumah sakit yang mengaku mengetahui pembunuh Laura Palmer ada gadis cantik dan kaya bernama Audrey Horne yang tersenyum girang ketika mendengar Laura Palmer tewas ada pelayan hotel yang tua dan tuli yang tenang-tenang melihat Cooper tertembak lantas ada polisi bertubuh tegap yang mudah menangis sesenggukan setiap kali melihat darah. Pada awal serial film ini, karakter-karakter ganjil tersebut memang cukup relevan dengan jalan cerita. Dalam setiap episode, secara perlahan Lynch mengungkap borok setiap orang di desa Twin Peaks yang menyebabkan cerita yang awalnya tampak sederhana menjadi ruwet. Soalnya, setiap orang ternyata mempunyai persoalan besar. Seorang gadis cantik yang naif pada awal film ternyata adalah seorang pelacur. Seorang penjaga pompa bensin yang ganteng, beristrikan wanita yang gemar membuka tutup gorden jendela setiap menit, ternyata berhubungan gelap dengan seorang pelayan kafe. Dan pelayan kafe yang cantik ini mempunyai suami yang senang menyiksa istrinya. Lynch memang seorang seniman yang merasakan pentingnya mengungkapkan sisi kebinatangan setiap manusia. Tapi setelah beberapa episode, keganjilan Lynch mulai mengadaada hingga ketegangan yang telah dibangunnya dengan baik mulai menguap. Mungkin Lynch sengaja menyibukkan diri dengan tokoh-tokohnya yang nyentrik karena ia ingin menunjukkan sisi lain manusia yang selalu kelihatan suci dan murni, atau sebaliknya. Lynch menolak menggambarkan tokoh-tokohnya secara hitam-putih. Bagi lynch, setiap manusia yang baik pun memiliki sifat binatang buas, dan setiap orang jahat memiliki segisegi kemuliaan. Dalam menyajikan konsep sisi gelap manusia ini, Lynch hampir melupakan misteri pembunuhan Laura Palmer. Jadi, siapakah pembunuh gadis malang itu? Siapakah Laura Palmer sebenarnya? Apakah ia memang seorang gadis polos seperti yang selalu dikatakan orang-orang sedesanya? Yang manakah kekasih Laura yang sebenarnya? James yang bermotor atau Bob yang bertemperamen tinggi? Lynch akan membuat penonton tersesat dalam skema yang telah dibuatnya dalam puluhan episode pertama. Dan seperti gaya Lynch yang khas, pada akhir cerita ia akan menjungkirbalikkan teori yang telah dibangunnya. Percayalah, penonton TVRI akan terkesiap dan menikmati Selasa sore yang edan. Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus