Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Seni Lukis Dengan Rumus-Rumus

Komputer bisa menciptakan gambar-gambar seni. 70 karya seni komputer dari 11 seniman jerman di pamerkan di gedung bentara budaya yogya. seni ini lahir dari pusat riset industri-industri & dari pusat komputer. (sr)

28 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU memasuki ruang pameran, dua karya seni rupa berwujud gambar jaringan terdiri dari susunan kotak-kotak dan bulatan kecil menyambut mata. Cara penyusunan rapi, teratur, dan mengesankan. Beranjak sedikit dari depan pintu, beberapa gambar bentuk transparan mirip botol yang dilekuk-lekukkan, atau mirip gelas yang dipeyot-peyotkan langsung menarik perhatian. Lalu ada gambar kotak-kotak kecil diatur menurut rumus perspektif hingga mengesankan kotak-kotak itu beterbangan dalam suatu ruang. Ada pula lingkaran-lingkaran bersusun dan di dalamnya terdapat garis-garis potong-memotong. Atau cuma sekadar sketsa: garis linier hitam meluncur tak teratur, entah membentuk apa. Ke-70 karya seni komputer dari 11 seniman Jerman itu dipamerkan di gedung Bentara Budaya Yogyakarta, 21-28 Mei ini. Tak jelas awal mulanya, tapi dimulai tahun 1960-an di negara-negara maju, komputer yang banyak membantu efisiensi kerja manusia, ternyata bisa juga menciptakan gambar-gambar seni. Mereka yang suka mengutak-atik mesin berpikir itu, kemudian menyadari bahwa komputer bisa pula melahirkan lukisan-lukisan yang tak kalah dengan karya para pelukis ternama. Bukan cuma soal mencipta garis dan bentuk, mesin itu pun bisa menghasilkan komposisi warna yang menarik. Seperti bisa dilihat pada karya Pierre Cordier. Tumpukan bidang yang semakin kecil dan gradasi warna pada bidang itu, mirip sekali dengan karya-karya Josef Albers. Lalu sketsa lewat komputer yang dilakukan Herbert W. Franke, mengingatkan goresan ritmis Hans Hartung. Seni komputer tidak muncul dari kampus sekolah seni atau sanggar-sanggar seniman. Seni ini lahir dari pusat riset industri-industri dan dari pusat komputer itu sendiri. Pun senimannya bukanlah orang-orang dengan latar belakang pendidikan kesenian. Pierre Cordier yang karyanya ikut dipamerkan di Yogya ini, misalnya, berpendidikan ilmu politik dan administrasi. Yang lain-lain berpendidikan arsitektur, ilmu kimia, fisika, matematika, dan ilmu informatika. Soalnya ialah, memang mesin pintar ini bisa digarap oleh siapa pun, yang tak berpengalaman membuat gambar paling sederhana pun untuk melahirkan gambar-gambar "seni". Kekomplekan hasil gambar tergantung pada jenis komputer. Makin tinggi kemampuan mesin itu, makin besar pula kemungkinan menciptakan bentuk yang diinginkan. Garis lurus, garis lengkung, garis spiral, bidang segi empat, segi tiga, jajaran genjang, kubus -- bentuk-bentuk dasar geometris -- biasanya sudah dirumuskan pada pesawat komputer. Orang tinggal memberi masukan berdasar rumus yang telah ditentukan untuk menghasilkan bentuk tertentu. Penciptaan yang kemudian dimungkinkan ialah dengan mengubah variabel rumus. Misalnya, rumus garis lurus yang diubah variabelnya, ternyata menghasilkan garis patah-patah. Bila indeks variabel itu diubah sebelum layar komputer memperlihatkan bentuk, kira belum tahu bentuk yang akan muncul. Apalagi bila kemudian kita perintahkan komputer untuk memadukan dan mengubah sejumlah rumus garis, bidang, warna, dan lain-lain, yang muncul di layar komputer memang bisa membuat kejutan. Cara yang "mudah" dan cepat itu yang memungkinkan komputer menciptakan disain-disain bentuk untuk kepentingan industri dan arsitektur. Dan pada mulanya memang hanya gambar disain itu yang dikerjakan komputer. Untuk menciptakan botol yang unik, misalnya, cukup komputer itu diperintahkan membuat bagan botol yang diinginkan. Bentuk tiga dimensinya, gampang. Tinggal memutar bagan itu 360 derajat -- bentuk yang diinginkan plus volume yang dikehendaki ditemukan. Mau mengubah sedikit bentuk itu? Tak usah pusing-pusing. Cukup memberikan masukan pada komputer bagian mana yang mau diubah. Tentu saja, untuk jenis begini ini diperlukan pengetahuan matematika. Tapi bila sekadar hendak menghasilkan "seni", cukup mengubah variabel rumus. Maka itu siapa pun bisa menciptakan seni komputer. Bila dibandingkan antara karya seni komputer dan seni rupa yang biasa, memang tetap ada sesuatu yang membedakan. Terasa karya seni komputer begitu eksak, terasa sangat diatur, betapapun garis-garis yang muncul seolah dibuat ngawur. Keterbatasan (atau kelebihan?) ini agaknya yang membuat para pengamat seni rupa masih jual mahal. Mereka masih enggan memasukkan seni komputer ke dalam karya seni rupa. Misalnya saja, belum ada karya dari komputer yang dinyatakan sebagai karya empu (masterpiece). Tapi barangkali seni komputer memang harus dipandang secara lain. Tangan manusia, betapapun terampilnya, pasti tidak akan persis membuat bentuk elips, garis parabola, gradasi warna yang mempunyai sepuluh nuansa, misalnya. Sementara semua itu bisa secara persis dikerjakan komputer. Pada keeksakan bentuk dan warna itulah mungkin terletak "keindahan" seni komputer. Bagaimanapun karya-karya itu, toh, menambah pengalaman baru bagi mata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus