Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Serba Putih Dan Serba Ratu

Pierre Balmain, 64, perancang busana yang pernah merancang untuk ratu sirikit dan ratu nagako mengadakan pameran di Jakarta. Balmain menampilkan warna lembut dengan garis sederhana. (ils)

6 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MONSIEUR Balmain ada di Jakarta! Dan Hotel Borobudur InterContinental pun sesak seperti pasar. Pierre Balmain -- si perancang busana untuk ratu-ratu --memamerkan kreasi-kreasinya selama dua hari pertengahan April kemarin. Terdiri dari 68 potong pakaian untuk Musim Semi di Paris -- meskipun udara Jakarta mulai panas menyengat. "Di tahun 1946, saya berada di New York," demikian Balmain membuka peragaan pakaiannya. "Waktu itu saya masih sangat asing tentang Amerika. Saya dibawa ke suatu ruangan yang penuh oleh nyonya-nyonya sekitar 900 orang. Di Waldorf Astoria waktu itu seperti saya berhadapan di ruang ini dengan nyonya sekalian, nyonya-nyonya yang cantik yang gemar mode." Rolls Royce Pun Datang Tepuk tangan yang keras menyambut pidato pendek dari orang Perancis yang berbahasa Inggeris ini. Balmain, Seorang humas yang baik untuk dirinya sendiri, karena dia lebih senang berhadapan sendiri dengan publiknya. "Ya, mengapa saya harus malu?" katanya kepada TEMPO. Tambahnya lagi: "Bahasa bukan handikap untuk saya. Juga, saya ini bukan golongan pemalu seperti teman-teman saya Yves St. Laurent atau Pierre Cardin. Banyak yang selalu malu berhadapan dengan publik dan tidak berani berhadapan dengan pers." Umurnya sudah 64 tahun. Tubuhnya masih tegap, berpakaian rapi tapi sederhana. Rambutnya mulai menipis. Enak diajak ngomong, Balmain juga senang begadang. Untuk usianya itu, Balmain tetap memperlihatkan semangat yang hampir tak pernah kenal lelah. Gairahnya untuk mencipta -- seakan-akan dia dikejar waktu -- retap tinggi sehingga dia sanggup mengeluarkan beberapa koleksi dalam tempo satu tahun. Ketika umurnya 18, Balmain belajar arsitektur. Tapi hanya dua tahun saja. Rupanya dia lebih berbakat untuk merancang baju. "Tidak banyak beda untuk seorang arsitek dan seorang perancang baju bukan?" ujamya. Dan namanya mulai menonjol ketika Balmain selama seminggu merancang busana Puteri Marina dari Yunani yang akan menikah dengan Duke of Kent. Waktu itu ia masih bekerja untuk Molynent. Pada usia 30 tahun, Balmain telah membuka salon di Paris. Namanya semakin menanjak ketika Ratu Sirikit, dari Muangthai memesan Balmain untuk menciptakan baju-bajunya dalam perjalanan resmi ke luar negeri di tahun 1960. Setelah itu, nyaris setiap tahun Balmain selalu datang ke Bangkok. Di tahun 1975, Ratu Nagako dari Jepang meminta Balmain untuk menyiapkan seluruh busana buat kunjungan kenegaraan Ratu ke AS. Waktu itu, semua gambar rencana, bahan dan sulaman didatangkan dari Perancis dan Balmain membuat seluruh busana Ratu Nagako di Tokyo. "Dan saya tidak pernah membayangkan bisa sampai Jakarta, setelah berkali-kali ke Bangkok, Tokyo, Manila, Singapura dan beberapa tempat lainnya di Asia," kata Balmain. Ini berkat Pierre Martinet yang duduk sebagai General Manager Hotel Borobudur, yang kenal Balmain sejak dia -- Martinet -- bekerja di Inter-Continental Kabul. "Saya mendapat kehormatan bisa membantu Yayasan Borobudur," katanya lagi. Dan atas kerjasarna Hotel Borobudur, UTA dan pabrik rokok John Players, dana Restorasi Borobudur tambah 15 juta rupiah. Sementara harga karcis untuk malam gala, Rp 100.000 satu meja 4 orang yang dekat catwalk, Rp 4.000 seorang untuk makan siang dan Rp 2.500 untuk melihat rancangan Pierre Balmain sambil minum teh sore hari. Tidak menikah, Balmain kini mempunyai peranan luas dalam usaha yang menggunakan namanya. Tidak kurang 13 butik menjual karya-karyanya secara eksklusip dan 7.000 tempat penjualan toko ternama yang menyajikan barang-barang pelengkap pakaian (accessories) memakai namanya. Banyak yang menganggap, nama Balmain adalah cenderung ke barang-barang mewah yang hanya bisa dimiliki oleh lapisan atas. Mengingat besarnya nama Balmain, adalah patut kalau Hotel Borobudur sampai menjemput Balmain dengan sebuah Rolls Royce pinjaman. Milik orang bisnis kaya Hasyim Ning, yang selama sejak 1974, selalu menyimpan Rolls Royce-nya di garasi saja. Warna Kerajaan Ciptaan-ciptaannya banyak terpengaruh oleh dunia ketimuran. Mungkin karena ini, ratu-ratu dari Asia juga gemar memesan baju dari Balmain. "Tidak ada ketentuan-ketentuan yang pasti bagaimana inspirasi itu datang, tapi boleh dikatakan bahwa dunia Timur banyak mempengaruhi saya dalam hal mencipta baju-baju yang saya rancang," ujarnya. Inspirasi datang tiba-tiba saja ketika dia sedang pergi ke suatu negara, bertemu dengan orang kaya atau rakyat di jalanan, baik itu di Marakesh ataupun di Afrika Selatan. Beberapa tahun yang lalu dalam sebuah interviu di BBC, seorang perancang baju Inggeris -- muda dan namanya cukup terkenal karena rok mini -- berkata kepada Balmain: "Tuan Balmain, anda mendisain hanya untuk wanita-wanita tua dan kaya." Balmain dianggap terlalu konservatif dan wanita-wanita itu jadi semakin tua tampaknya. "Saya tidak membalas tanggapannya ini. Hanya fikir saya, Ratu dari Muangthai memang kaya sekali, beliau juga sudah berumur, tapi siapa sih yang semakin muda?" Banyak memang perancang baju generasi muda membuat baju yang bisa dibeli semua kalangan di butik mereka. Nanti malam ada pesta, beli saja baju baru sore harinya. Malam hari di pesta, baju barunya itu kena anggur merah yang tertumpah, tapi dia tidak peduli. Besok toh bisa beli baju baru lagi, karena harganya tidak begitu mahal. "Itulah bedanya dengan langganan saya," ujar Balmain, "langganan saya tidak akan begitu ceroboh tingkah lakunya sampai menumpahkan anggur di bajunya." Baju-baju Balmain yang dipertunjukkan di Jakarta (juga Singapura dan Bangkok) berdasarkan warna-warna lembut, dengan garis-garis yang sederhana, tanpa meninggalkan keelokan. Sebagian besar ciptaannya untuk musim semi, diborong oleh warna putih, krem. "Saya yakin bahwa warna putih (maksudnya broken white) adalah warna yang terbaik untuk malam hari. Mungkin karena saya begitu senang mendisain orang-orang dari kerajaan dan putih adalah warna kerajaan. Putih, krem, warna asli dari kayu itu adalah warna pokok saya. Baru warna lainnya." Berikut ini beberapa patokan dan langkah-langkah Balmain untuk masa depannya, yang dinyatakannya ketika mengadakan konperensi pers dengan wartawan ibukota. -- Baju ciptaan saya banyak dititikberatkan kepada si pemakainya, bukan ke baju. Saya tidak senang dengan potongan baju yang begitu menyolok yang bisa mengalahkan kepribadian si pemakainya. Harapan saya, hendaknya seseorang memakai baju itu akan tambah berwibawa. Jangan harapkan dari saya potongan-potongan yang eksentrik, yang menonjolkan seks. Saya tidak senang akan hal itu. -- Haute couture (busana prima) adalah sari dari segala sari dalam suatu ciptaan. Saya tidak bermaksud untuk meninggalkan busana prima untuk kemudian pindah ke ready to wear (baju jadi massal). Saya sangat puas kalau menciptakan busana prima. Soalnya sekarang, siapa nanti yang bisa menandingi saya, setelah saya tiada? Rasanya, sulit untuk dipercaya akan ada seorang perancang muda yang mempunyai semangat sama seperti saya ketika berumur 30 tahun dan berani mempertaruhkan seluruh modalnya untuk rumah mode Balmain. Busana prima lambat atau cepat akan mati, karena tampaknya tak ada lagi yang memiliki keberanian seperti Christian Dior, Cocco Channel, atau Balenciaga. Dan saya bangga, Paris tetap sebagai pusat dari mode dalam kurun waktu yang langgeng tampaknya. Bukan di Roma, London atau tempat lain. -- Meskipun begitu, saya juga sudah siap untuk baju jadi massal. Langganan saya untuk busana prima masih sekitar 1000 orang, tapi melihat masa depan keadaan ekonomi, jumlah orang yang membelanjakan uangnya untuk busana prima pasti makin sedikit. Juga karena pemasaran baju jadi massal cukup luas arenanya. Dan saya kira, industri baju jadi massal atau lebih tepat dikatakan better cloths collection (kumpulan baju-baju apik) mempunyai masa depan cemerlang. Tapi ini tidak berarti saya meninggalkan busana prima. -- Rasanya, saya tinggal seorang diri sekarang. Dan tidak enak menjadi orang hari kemarin. Coba bayangkan, Patoux meninggal di tahun 1931, Nina Ricci pensiun di tahun 1950, Lanvin meninggal di tahun 1947, tapi nama-nama mereka hingga kini masih abadi, tetap hidup di balik karya orang lain. Nama kami sudah jadi merek dagang. -- Juga jangan coba seorang perancang baju jadi massal pindah ke perancang busana prima. Sebaliknya bisa, asal dengan langkah penuh perhitungan. Jangan seperti Yves St. Laurent karena ingin menjual baju jadi massal, potongan baju yang sama (yang seharga AS$3.000) dia jual AS$200 untuk baju jadi massal. Dia membunuh dirinya sendiri dan akhirnya Laurent kembali ke busana prima. Selama ini, saya banyak melihat perancang-perancang muda terkenal cuma satu musim saja atau satu tahun dan tidak lebih. Cepat muncul dan cepat pula menghilang nama mereka. -- Mode di Indonesia saya lihat banyak yang menggemari model keras baik dalam potongan maupun warna. Tentang batik, sama seperti sutera Muangthai, saya memiliki juga dalam butik saya di Paris. Lebih baik untuk koleksi butik saya dan bukan untuk kumpulan busana prima. Tapi batik seperti milik kenalan lama saya Iwan Tirta, mahal sekali. Batiknya memang indah sekali, tapi orang tak akan percaya kalau dikatakan yang mahal adalah bahannya dan celakanya mereka mengira saya yang menipu mereka dengan harga mahal. Bagi penduduk Jakarta -- terutama nyonya-nyonya ibukota yang selalu dari hotel ke hotel lain mengadakan arisan -- rupanya kurang suka akan model-model Balmain yang lembut, feminin dan sopan itu. Tapi sambutan akan lain ketika Balmain mengeluarkan warna merah menyala atau potongan baju yang sedikit berani. Rupanya wanita kita lebih cenderung untuk memamerkan baju yang lain dari yang lain, ketimbang menonjolkan kepribadiannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus