Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Seniman putih di tengah ketoprak

Pantomin prancis, andre pradel bersama ketiga pelawak bharata main di gedung wayang orang bharata, pada pertunjukkan ketoprak. masing-masing dapat pengalaman. (ter)

13 Maret 1982 | 00.00 WIB

Seniman putih di tengah ketoprak
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PARIS bagi saya terlalu kecil," kata Andre Pradel, 53 tahun. Maka ia scjak 20 tahun yang lalu berkeliling: India, Kanada, Meksiko, Afrika, Asia. Dan Senin pekan lalu pemain pantomim Prancis itu mendarat di gedung Wayang Orang Bharata, di daerah Senen, Jakarta hanya saja, tak seperti seminggu sebelumnya, ketika Pradel berpantomim di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, di gedung Bharata ia tak sendirian. Pihak Kedubes Prancis sebelumnya menanyakan, bisakah Pradel ikut main di sini. "Karena mempunyai iktikad baik, ya kami perbolehkan," tutur Aris Mukadi, 30-an tahun, pimpinan pertunjukan di Bharata. Mula-mula dikira si Pradel ini mau main sendirian. Ternyata, oh, toko seniman Prancis itu juga ingin main ketoprak bersama grup di situ. "Lha, ya, lalu . kami masukkan dalam adegan lawakannya," tutur Aris pula, yang juga hadir ketika Pradel membuka lokakarya di Institut Kesenian Jakarta. Dan itu semua dipersiapkan tanpa latihan bersama. Di gedung Bharata itu, setelah adegan pertama lakon Kembang Ceplok Ungu, satu kisah Kerajaan Banten melawan Kompeni, Pradel pun muncul. Memang pertama kali permainan tunggal: tiga nomor pantomim, agaknya untuk memperkenalkan apa-siapa tamu itu kepada penonton. Nomor pertamanya, Rambut, menggambarkan bagaimana rambut bisa ditegakkan seperti sebuah tongkat. Lantas bagaimana itu rambut ditegakkan di telapak tangan, di punggung telapak tangan, di ujung jari, di ujung hidung. Tentu saja semua itu berhasil dengan sangat bagus, karena rambutnya itu sebenarnya tiada. Memangnya ada rambut sebesar tongkat, meski rambut Pradel sekalipun? Tapi mengapa penonton "percaya" bahwa tongkat itu rambut? Pada awalnya si Pradel memang mencabut sesuatu dari kepalanya. Nomor kedua Koboi. Ia menunggang kuda, ia melemparkan laso menangkap entah apa. Mungkin bison yang besar, karena si Pradel tertarik-tarik setelah lasonya mengenai sasaran. Tapi, ternyata laso itu menangkap sesuatu yang untuk melihatnya pun Pradel harus mendekatkan matanyz ke lantai--dan untuk memungutnya cukup dengan dua jari. Sesuatu yang begitu kecil. Mungkin semut: Patung adalah nomor yang paling mengundang "ger". Si Pradel memerankan seorang pematung yang sedang memahat wujud wanita telanjang. Nah, bagaimana dia harus membentuk bagianbagian tubuh yang sensitif, itulah yang mau tak mau memaksa penonton terbahak. Dan ketika mematungkan lelaki telanjang, tawa pun meledak riuh sewaktu Pradel dengan tangannya menggulung-gulung tanah liat membentuk sesuatu yang panjang. Tapi sekali lagi tawa meledak, setelah ternyata yang dibayangkan penonton keliru. Pradel memasang benda panjang bulat itu sebagai kumis si patung. Maka jalan ke arah permainan bersama terbuka. Patut dipuji si perencana urutan ini --yang tak lain Mas Aris, wong Suroboyo asli itu. Tiga pelawak Bharata pun, memerankan pembantu tokoh cerita malam itu yang bernama Bagus Buang, lalu pada muncul. Diperankan Aris sendiri, Tubi dan Karno. Mereka berkain, berbelangkon, beriringan Terdepan Aris--berpantomim pula. Seperti membuka pintu satu ruang, lantas masuk. Membuka pintu lagi, masuk ke ruang yang lebih sempit. lBegitu seter hngga ia masuk ke lubang yang hanya bisa didiami dengan duduk merunduk. Kedua temannya di belakang sebentar-sebentar memberi komentar--dalam bahasa Jawa. "Ngapain anak ini. Sedang kumat apa. Padahal baru malam Selasa, Iho, ini," begitu kira-kira terjemahannya. Yang bikin "ger": Aris nekat berpantomim meski sudah dikomentari yang bukan-bukan -- sedang kedua temannya merusak ruang imajiner itu dengan kedua tangannya. "Pantomim itu mudah. Sebelum kita bisa bicara kan berpantomim juga namanya," kata Aris. "Dan di Bharata ini hal itu tidak asing. Misalnya kalau Bima harus melakukan adegan membabat hutan, padahal tak ada hutan di panggung, apa yang dilakukannya." Maka, ketika si Pradel tiba-tiba menyuruk masuk dan bergabung, dengan gaya koboi, langsung salah seorang dari tiga pelawak itu pasang aksi seperti koboi juga. Mereka, Pradel dan salah seorang, duel. Pradel pun melarikan diri naik kudanya. Ketiga pelawak ngejar, menyambar kuda masing-masing. Bedanya, yang mereka tunggangi itu kuda lumping imajiner. Membisu Ketika si Pradel pura-pura menyetir mobil, langsung ketiga pelawak numpang di belakang. Mereka tetap berdiri lurus. Pradel memberi isyarat duduk. "O, iya, lupa kalau ada mobilnya, ya?" kata salah seorang. Kontras antara yang imajiner dan yang nyata itu banyak mengundang tawa. "Yang berat, mas, justru untuk 'mengasuh' dia itu," kata Aris pula. Dalam permainan bersama itu memang terlihat, ketiga pelawak Bharata sengaja mengembangkan saja apa ulah Pradel. Sebab Pradel tak kenal ketoprak, bukan? Tapi justru itulah yang menyenangkan. Bekas dekorator panggung itu, yang suka memetotkan mulutnya, berhasil mengajak ketiga pelawak bersama-sama mengocok perut penonton. Meski dari awal sampai akhir orang Prancis itu cuma membisu. Bagi orang Bharata sendiri bukan pertama kalinya mereka menampung orang luar untuk main bersama. Meski kali ini memang benar-benar orang luar negeri, yang memberi mereka tambahan pengalaman. Sudah sering Ateng, Iskak dan Suroto--pelawak-pelawak kita--nimbrung bermain ketoprak. Sedang bagi Pradel sendiri, tokoh kesenian Barat yang hampir selalu dianggap berjenis "internasional", pengalaman ini sangat berharga, seperti diakuinya. Ia akan bisa bercerita, nanti: "Di sana saya sudah bermain bersama para seniman teater rakyat Indonesia."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus