Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Serba-serbi Women From Rote Island, Pencapaian Penghargaan hingga Sumbangan

Women From Rote Island menguak sisi lain tentang gambaran keindahan Rote

3 Maret 2024 | 17.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Film Women from Rote Island. Dok. Bintang Cahaya Sinema/Langit Terang Sinema

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Women From Rote Island menguak sisi lain tentang Rote, film ini menampilkan realitas kekerasan seksual hingga pemasungan. Film yang menceritakan   kisah perjuangan para perempuan.  Film ini bertolak belakang dengan gambaran keindahan Pulau Rote. Cerita yang ditayangkan lekat dengan permasalahan sosial, dikutip dari Antara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Women From Rote Island mengajak penontonnya untuk menyaksikan kisah keluarga Mama Orpa (Linda Adoe) yang kehilangan suaminya berjuang untuk mendapat keadilan untuk anaknya yang mengalami kekerasan seksual.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepulangan putri sulungnya, Martha (Irma Rihi) yang bekerja sebagai migran di Malaysia membawa trauma. Ia depresi akibat kekerasan yang dialaminya. Perlakuan yang tak menyenangkan kembali dialami Martha ketika tiba di kampungnya.

Kemalangan Martha membuat Mama Orpa tertekan, karena kejadian beruntun yang menimpa putrinya. Orpa dan keluarganya harus menghadapi diskriminasi dan bertahan dengan kondisi yang tidak berpihak kepada mereka. 

Tentang Women From Rote Island

1. Sumbangan

Tim produksi menjelaskan 2,5 persen hasil penjualan tiket film Women from Rote Island akan disalurkan kepada para perempuan penyintas kekerasan seksual.

"Film ini tidak hanya bercerita tentang tragedi, tetapi juga kekuatan perempuan dan keinginan untuk membawa perubahan. Semoga film ini bisa menjadi penyemangat untuk mereka agar berani dan bisa bersuara serta bisa menjadi pengingat untuk terus berjuang mendapat keadilan dan dukungan," kata Rizka Shakira selaku produser Women from Rote Island.

2. Kekerasan Seksual

Women From Rote Island menceritakan tentang kekerasan seksual, termasuk keadaan sistem hukum, kondisi sosial, hingga budaya patriarki yang merintangi upaya untuk mendapat keadilan kepada para korban.

Film karya Jeremias Nyangoen ini menunjukkan stigmatisasi terhadap isu kekersan seksual membuat korban dan keluarga memilih diam dan berdamai. Tetapi, pelaku bisa bebas berkeliaran dan mengulangi perbuatannya. Di sisi lain, kondisi psikologis korban yang depresi dihadapkan dengan tekanan lain, seperti pemasungan karena dianggap meresahkan. Korban seperti tidak dibiarkan mengungkapkan dukanya.

3. Pemeran

Sutradara Jeremias Nyangoen ini mengajak para pemeran asli Rote yang baru pertama kali bermain film.  Ia sengaja mencari orang lokal untuk mempertahankan logat bahasa demi mendapat orisinalitas cara berkomunikasi warga Rote. Film ini memperkenalkan antara lain Irma Rihi, Linda Adoe, Sallum Ratu, dan Van Jhoov.

"Mereka mengambil peran penting dalam membawa karakter-karakter ini hidup dan memberikan penampilan yang luar biasa,” kata Jeremias Nyangoen.

4. Naskah

Film berdurasi 106 menit ini bermula dari peristiwa yang sesungguhnya terjadi di Rote dan banyak daerah NTT. Jeremias harus melalui riset panjang dan mendalami dinamika sosial di Rote. Butuh waktu setidaknya satu tahun delapan bulan untuk menulis naskah dan menemukan lokasi syuting yang tepat. Selama  kurun waktu tersebut Jeremias harus bolak-balik Jakarta dan NTT sambil menjalankan proses casting para pemeran.

5. Penghargaan

Film Women From Rote Island diproduksi oleh Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema ini berhasil menjadi kuda hitam dalam perhelatan Festival Film Indonesia (FFI) 2023. Film ini mendapat penghargaan Film Cerita Panjang Terbaik mengungguli nominasi lain seperti 24 Jam Bersama Gespar, Budi Pekerti, Like & Share, dan Sleep Call.

Women From Rote Island dinilai memenuhi semua unsur baik estetika, eksplorasi teknis, hingga kekuatan gagasan yang disampaikan dengan berani. Film Women From Rote Island juga meraih beberapa penghargaan bergengsi lainnya, yakni Sutradara Terbaik (Jeremias Nyangoen), Penulis Skenario Terbaik (Jeremias Nyangoen), dan Pengarah Sinematografi Terbaik (Joseph Christoforus Fofid).

INTAN SETIAWANTY | ISTIQOMATUL HAYATI | ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus