Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Seribu Picassco Di New York

Pameran besar 1.000 karya picassco yang berupa lukisan, gambar dan patung di museum senirupa modern new york. maka gedung berlantai tiga terpakai penuh.

26 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONON, inilah pameran senirupa terbesar dan terpenting yang pernah diadakan Picasso: A Retrospec tive. Selama hampir 4 bulan, 22 Mei - 16 September tahun ini, Museum Senirupa Modern New York mengetengahkan hampir 1.000 karya Picasso. Lukisan, gambar dan patung, dengan media bermacam-macam pula: cat minyak, cat air, tinta cina, kayu, perunggu, besi dan lain-lain. Biaya penyelenggaraan hampir US$2 juta (Rp 1,2 milyar). Ide muncul pertama kali di kepala William Rubin, 52 tahun, direktur Departemen Senirupa Modern museum tersebut. Tahun 1972 dia mengunjungi Picasso di villanya, di Mougins, Prancis. Di lantai bawah villa itu Rubin kaget. "Saya seperti dijungkir balik, pusing. Begitu banyak karya seni berharga ditaruh dalam ruang sesempit itu," tuturnya kepada wartawan The New York Times. Waktu itulah terpikir oleh Rubin, "apabila karya-karya itu digabungkan dengan karya-karya Picasso yang ada di luar, jadilah sebuah pameran besar." Setelah menimbang masak-masak, setahun kemudian gagasan itu ditawarkannya ke museumnya. Beberapa bulan kemudian Picasso dimintai persetujuan. Entah bagaimana cara Rubin mengatakannya, seniman yang biasanya rewel itu hanya mengangguk. Picasso sendiri tak sempat menyaksikan pameran terbesarnya ini. Jumlah seribu, dari seluruh karya Picasso yang sekitar 45 ribu, meman bukan apa-apa. Tapi itu diseleksi oleh Rubin -- dengan bantuan Dominiquc Bozo, orang Prancis calon direktur Mueum Picasso. Dan museum tcrakhir ini akan didirikan di Paris 1982 nanti. Apa lagi 300 karya memang belum pernah dipamerkan di Amerika Serikat. Dan sekitar 30 buah sama sekali belum pernah dipamerkan di mana pun. "Sebelum ini, penilaian terhadap Picasso didasarkan atas karya-karya terpisah. Pameran yang juga menyertakan sebagian besar karya yang belum pernah kita lihat, mungkin saja akan mengubah pandangan kita, mengubah literatur tentang Picasso, dan memaksa kita mengadakan penilaian ulang," kata Rubin. Rakhmat Tuhan Museum berlantai tiga itu terpakai semuanya. Secara urut, periode demi periode karya Picasso ditampilkan. Pertama, karya-karya 'akademis'nya, yang dibuatnya ketika berusia 13 - 18 tahun. Di situ antara lain tergantung Ilmu dan Amal (IX97). Beberapa pengamat mengakui keunggulan teknik lukisan tersebut. Seorang perempuan terbaring sakit, dan di sampingnya duduk seorang dokter dan seorang jururawat menggendong seorang anak. Orang akan mengatakan pelukisnya mempunyai hari depan cerah, apabila pelukis itu berusia 30 tahun. Tapi ternyata pelukisnya baru berusia 15 tahun, baru duduk di Sekolah Senirupa Barcelona, Spanyol, maka tak urung orang kaget: ini benar-benar rakhmat Tuhan. Dan hampir semua karya Picasso remaja, memberi kesan begitu. Berikutnya Periode Biru. Periode yang ditandai dengan suasana sendu ini, memang terutama melukiskan orangoran yang malang. Sebuah lukisan, La Vie(1903), semula adalah potret diri Picasso. Kemudian diubah menjadi potret temannya, yang juga hijrah ke Paris dari Barcelona, dan kemudian bunuh diri karena cinta. Komunisme Setelah itu menyusul karya-karya Periode Merah Jambu, lalu patung-patungnya yang terpengaruh patung primitif Arika. Kemudian periode kubismenya, karya-karya yang berbau surealisme dan karya-karya di zaman Perang Dunia II dan sesudahnya. Yang perlu dicatat, setelah Paris lepas dari cengkeraman Jerman, Picasso menyatakan diri masuk komunisme. Tapi tak secoret garis pun dalam lukisannya kemudian mencerminkan realisme sosialis. Ia tetap seorang pelukis yang merdeka. Ini bisa dilihat di ruang terakhir, yang memamerkan karya-karyanya dari tahun 40-an sampai 1973. Lukisan terkenal, Guernica (1937), terpaksa ditempatkan menyebal dari urutan kronologis. Dengan ukuran 7,8 x 3,5 meter lukisan ini memang memerlukan tempat khusus. Lukisan ini dibuat untuk paviliun Spanyol di Pasar Malam Dunia di Paris, 1937. Melukiskan pengeboman Jerman atas kota Basque di kawasan Guernica, Spanyol. Mungkin ini lukisan masterpiece terakhir yang melukiskan penderitaan manusia karena percaturan politik. Catatan tentang Gulag, misalnya, tak diwujudkan dalam karya senirupa, tapi sebuah novel. Agaknya pun ini kali terakhir (Jueruica bisa dipamerkan di luar Spanyol. Lukisan yang dibuat ketika Picasso berusia 55 tahun itu telah diserahkannya kepada pemerintah Spanyol. Dan pameran besar ini bisa terlaksana berkat kerjasama museum senirupa di berbagai penjuru (antara lain Jepang, Cekoslowakia, Belanda, Jerman Barat) dan sejumlah kolektor, termasuk ahli waris Picasso yang belum beberapa lama ini telah membagi-bagi peninggalan pelukis itu. Hanya satu yang meleset: koleksi museum senirupa di Moskow tak jadi datang. Museum Moskow yang sedianya akan meminjamkan 12 karya, membatalkannya--karena Amerika Serikat menolak ikut serta dalam Olympiade.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus