ORANG-ORANG BLOOMINGTON,
kumpulan cerpen Budi Darma,
Sinar Harapan, 1980, 188 halaman
BUKU ini kumpulan cerita pendek Budi Darma yang pertama, meski
ia sudah sejak sekitar duapuluh tahun yang lalu menulis cerpen.
Tujuh cerita yang dikumpulkan ini sama sekali tidak dimaksudkan
untuk memberikan gambaran perkembangan kepengarangannya, sebab
semuanya merupakan hasil tulisan Budi Darma sewaktu masa
studinya di Universitas Indiana, Amerika Serikat. Kumpulan ini
diawali sebuah prakata yang mencoba menjelaskan beberapa hal
yang berkaitan dengan kelahirannya.
Prakata yang berjudul Mula-muula adalah Tema itu tampaknya
ditulis agak tergesa-gesa, namun mencatat satu dua hal yang
boleh dicatat. Budi menjelaskan, bahwa sebelum ke Bloomington
cerpen yang ditulisnya adalah absurd, sedang cerpen periode
Bloomington realistis. Ia mengakui tetap bercerita mengenai
kekerasan hidup, "seperti dalam cerpen-cerpen saya sebelumnya,"
tulisnya, " . . . mungkin karena konsep saya mengenai manusia
sudah tegas dan jelas." Ia menambahkan bahwa "pada dasarnya
manusia selalu dalam proses mencari identitas dirinya, dan
terjatuh-jatuh karena kesulitannya berhubungan dengan
sesamanya."
Benang Halus
Budi Darma juga beranggapan bahwa menulis pada dasarnya proses
kekecewaan. Ia menyetujui kesimpulan Falukner: " . . . seorang
seniman terus bekerja, berusaha lagi. Seorang seniman percaya
bahwa setiap kali dia berusaha dia akan berhasil. Namun dia
tidak akan berhasil dan keadaan ini justru sehat."
Namun Budi tidak menganggap dirinya pengarang eksperimental. Ia
tampaknya yakin, setiap tahap dalam perkembangannya menghasilkan
karya yang utuh, tidak setengah-setengah, sedang pengarang
eksperimental tidak pernah mencapai tahap yang matang dan bulat.
Yang juga boleh dicatat dari prakata buku ini adalah pendapat
Budi Darma bahwa "yang diperjuangkan setiap pengarang pada
hakekatnya adalah tema. Yang lain-lain, seperti misalnya bahasa,
plot, karakterisasi, dan sebagainya, hanya dapat ada untuk
mendukung tema." Dan tema dalam pengertian Budi Darma ternyata
erat sekali hubungannya dengan yang disebutnya "kepribadian
wawasan" -- sesuatu yang membentuk seseorang menjadi pengarang.
Dalam karya seorang pengarang yang baik ada "benang emas halus
yang menghubungkan satu karya dengan karya lainnya", dan benang
halus inilah yang membentuk kepribadian wawasan tersebut.
Yang menarik dalam cerpen Budi Darma adalah penokohan:
penciptaan tokoh dan hubungan yang dijalin antara tokoh itu
dalam masing-masing cerpen. Lima di antara cerpen itu berjudul
nama orang, satu cerpen berjudul Laki-laki Tua Tanpa Nama, dan
sebuah lagi Keluarga M. Sekilas cerpen-cerpen itu memberi kesan
bahwa pengarang sangat menekankan pentingnya penciptaan tokoh,
dan hanya sedikit memberi perhatian kepada unsuur lain seperti
alur dan tema. Tokoh itu tampak menonjol terutama karena
dukngan latar yang digarap teliti.
Tetapi bila kita perhatikan baik-baik peran pencerita, ternyata
Budi terutama tidak bermaksud sekedar menciptakan tokoh-tokoh
yang bisa lama tersangkut dalam pikiran kita. Tokoh-tokoh itu
sebenarnya diperlukan sebagai sangkutan suatu konsep yang oleh
pengarang disebut "proses mencari identitas diri"
Semua pencerita adalah orang pertama dan boleh dikatakan semua
si aku dalam semua cerpen tidak jauh berbeda satu dengan yang
lain. Si aku dalam Laki-laki Tua Tanpa Nama adalah tokoh yang
tidak henti-hentinya mencoba mencari tahu tentang seorang
pendatang baru dalam lingkungannya. Si aku dalam Joshua
Karabish mencoba memahami wawasan dan kepribadian seorang
sahabatnya. Si aku dalam cerpen lainnya pun tokoh-tokoh yang
mencoba mengenal lebih baik orang-orang di lingkungannya. Usaha
mengenal lingkungan lebih baik ini pada dasarnya lerwujudan
usaha si aku untuk mengenal dirinya sendiri, usaha manusia yang
memang tidak akan pernah ada titiknya.
Jelas dalam cerpen-cerpen itu bahwa tokoh di luar si aku
mencerminkan dan meragakan berbagai masalah yang menggelisahkan
si aku. Yang menggelisahkan itu adalah kesendirian dan keinginan
berkomunikasi, dan itulah benang halus yang menghubungkan semua
cerpen Budi Darma -- baik yang terkumpul dalam buku ini maupun
yang diterbitkan sebelumnya dalam berbagai majalah.
Cerita Detektif
Dalam prakatanya Budi menjelaskan bahwa cerpen-cerpennya yang
dulu adalah absurd, yang sekarang realistis. Anggapan ini tidak
sepenuhnya benar, karena dalam kumpulan cerpen Orang-orang Dari
Bloomington ini masih terasa suasana absurd itu. Tokoh, alur,
dan latar, dijalin demikian rupa sehingga menyarankan suatu
suasana yang sering "melesat ke dunia sana", untuk meminjam
istilah Budi sendiri. Tokoh yang misterius dan alur
terpatah-patah secara mendadak menyebabkan pembaca tidak bisa
sepenuhnya berpihak di "dunia sini". Namun, dibanding
cerpen-cerpennya terdahulu, dunia kata yang diciptakan Budi
Darma bukan sepenuhnya dunia jungkir balik.
Kesan di atas menunjukkan bahwa Budi sebenarnya tidak sepenuhnya
meninggalkan gaya berceritanya yang lama. Dan gaya demikian itu,
yang tidak akan bisa menghasilkan karya realistis mutlak, adalah
akibat wajar dari wawasan dan tanggapan pengarang terhadap
hidup. Bahkan boleh dikatakan gaya bercerita Budi sering terasa
lebih efektif untuk cerpen yang disebutnya absurd dalam
cerpennya yang baru ini ada kesan tunggal nada dan tidak jarang
berbau cerita detektif.
Namun tidak pelak lagi, berdasar cerpennya yang lalu dan kini,
Budi Darma adalah salah seorang penulis cerpen kita yang sudah
menguasai teknik penulisan dengan baik dan memiliki wawasan yang
rnatang. Ia tidak lagi bisa ditinggalkan lalam pembicaraan
tentang perkembangan sastra Indonesia modern.
Sapardi Djoko Damono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini