Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Simbiosis Kiai-Blater

Pola relasi kiai-blater semula kultural. Kini berkembang secara ekonomis-politis.

20 September 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai dan Blater sebagai Rezim Kembar di Madura
Penulis: Abdur Razaki
Penerbit: Pustaka Marwa, Yogyakarta, 2004
Tebal: xxvi + 214 halaman

Madura adalah koeksistensi dua kekuatan: para kiai yang punya kredibilitas religius, dan para blater (jagoan) yang menguasai dunia hitam. Madura, seperti dicitrakan sosiolog Kuntowidjojo, lebih banyak dilekatkan dengan Syaikhona Kholil, masjid, dan pesantren. Namun, buku Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai dan Blater sebagai Dua Rezim Kembar di Madura memberi gambaran lebih lengkap.

Ada blater yang menyukai sabung ayam, judi, ilmu kebal, dan tak berkompromi jika sudah bertalian dengan "kehormatan diri". Dan buku itu—tesis pengarang pada Pascasarjana UGM—tidak berhenti di situ. Ia mengurai relasi kuasa kiai dan blater dalam dinamika masyarakat Madura.

Mereka dari dunia berbeda, tapi dalam praksisnya terjadi dialektika cukup rumit dan unik. Masing-masing, misalnya, mengakui kewalian Kiai Cholil berdasarkan kepentingan sendiri. Kiai mengikat batin, meruap berkah, dan memperoleh pengukuhan keulamaannya. Blater tak suka khoul, tapi suka bersemadi di makam Kiai Kholil demi kemampuan magis. Kini, pola relasi yang semula bersifat kultural itu lalu berkembang secara ekonomi-politik.

Ada kalanya koeksistensi malah saling meneguhkan. Demi perlindungan, seorang anak blater sengaja dipilih sebagai kepala sekolah agama. Wakil blater ada di dalam sekolah, tapi proses belajar-mengajar tak terusik. Pemilihan klebun (kepala desa) didominasi blater, tapi restu kiai dibutuhkan untuk menarik suara warga. Sebaliknya, kiai yang punya akses partai politik dalam pemilihan bupati juga membutuhkan beking keamanan dari blater.

Ya, di mata pengarang, hubungan keduanya simbiosis yang cukup kompleks, unik, bahkan menegangkan. Tapi, tak salah jika adanya motif ekonomi-politik telah melibatkan kiai-blater bersama-sama meraih kekuasaan dan kekayaan. Di wilayah ekonomi-politik ini, tampak kesucian kiai dilucuti. Namun, yang penting, buku ini menyenandungkan pemikiran baru atas koeksistensi kiai-blater sebagai elite sosial yang sudah mengakar di Madura

Nur Mursidi
peminat masalah sosial-keagamaan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus