Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ruang pertemuan Hotel Twin Plaza di kawasan Slipi, Jakarta, seperti ajang reuni para bekas Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Selain mantan Kapolri dari angkatan generasi muda seperti Jenderal (Purn.) Bimantoro dan Dibyo Widodo, terlihat Awaluddin Djamin dan Mohammad Hasan. Di luar itu, ada mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal (Purn.) Poniman, mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Hasnan Habib, bekas Kepala Staf Kopkamtib Widjojo Sujono, dan mantan Gubernur DKI Ali Sadikin.
Empunya hajatan Sabtu dua pekan lalu itu Widodo Budidarmo. Pejabat Kapolri periode 1974-1978 ini merayakan ulang tahunnya yang ke-77. Peringatan ini ditandai pula dengan peluncuran biografinya yang berjudul Semua karena Kuasa dan Kasih-Nya. "Ini buku penting. Saya ingin semua polisi membaca buku ini agar bisa meneladani sikap beliau," kata Kapolri Jenderal Da'i Bachtiar.
Mungkin tak banyak lagi orang dari generasi muda yang mengenal nama Widodo. Namun, dalam sejarah kepolisian, pria kelahiran Surabaya ini termasuk sosok penting. "Ia orang yang sederhana dan tekun bekerja," kata Mohammad Hasan, Kapolri periode 1971-1974, yang merekomendasikan Widodo untuk menjadi Kapolri.
Widodo memulai kariernya di Kesatuan Polisi Air dan Udara. Ia pernah memimpin sendiri pengambilan 10 kapal patroli RI yang dibuat di Jepang. Ketika itu, kapal yang dikemudikannya nyaris tenggelam dihajar ombak selepas dari perairan Jepang. Dari Kesatuan Polisi Air dan Udara, Widodo diangkat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara, kemudian menjadi Kapolda Metro Jaya.
Adalah Hoegeng Imam Santoso, kala itu Kapolri, yang meminta Widodo menjadi Kapolda Sumatera Utara. Hoegeng menilai Widodo bersih dan sulit disogok. "Di sana banyak penyelundupan. Tugas Mas Wid memberantasnya," kata Hoegeng. Widodo melaksanakan instruksi Hoegeng. Operasi pemberantasan penyelundupan ia gelar. Anak buahnya ada yang tewas karena menangani penyelundupan yang melibatkan oknum TNI. Bertahun-tahun Widodo memberikan bantuan secara pribadi kepada keluarga anak buah yang tewas itu.
Seperti Hoegeng, Widodo tak memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk menyogok dirinya. Setiap Lebaran atau Natal, ia memilih tidak di rumah. Ia tahu acara seperti itu kadang digunakan orang tertentu untuk memberikan sesuatu yang menurut dia bukan pemberian wajar.
Pada 1977, terkuak penyelewengan Rp 6 miliar di Kepolisian RI yang melibatkan Letjen Siswadji, Deputi Kapolri. Sejumlah pejabat tinggi Pertahanan dan Keamanan meminta urusan itu diselesaikan secara internal. Tapi Widodo menolak. Ia memilih penyelesaian kasus itu secara hukum. "Biar masyarakat tahu mana yang benar dan mana yang salah," kata Widodo. Siswadji belakangan divonis 8 tahun penjara.
"Kita belum kalah, tapi dikalahkan, karena kita tahu Tempo memang tidak bersalah."
?Todung Mulya Lubis, pengacara Tempo, mengomentari putusan hakim yang Kamis pekan lalu memvonis Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Bambang Harymurti satu tahun penjara.
"Pemecatan fungsionaris Golkar tindakan gegabah. Ini justru menumbuhkan gelombang negatif dari Golkar sendiri."
?Muladi, salah seorang anggota Golkar, Rabu pekan lalu, mengomentari tindakan Dewan Pimpinan Pusat Golkar yang memecat sejumlah fungsionaris Golkar, termasuk dirinya, karena mendukung calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
TEMPO DOELOE
20 September 1946
Festival Film Cannes Pertama
Festival Film Cannes yang pertama dibuka di Kota Cannes, Prancis. Seharusnya pembukaan berlangsung 7 tahun sebelumnya, September 1939, di tempat yang sama, tapi tertunda karena pecahnya Perang Dunia II. Kini Festival Film Cannes menjadi ajang seleksi film bergengsi, bahkan dianggap sejajar dengan Academy Award di Amerika.
21 September 1949
Mao Bentuk Pemerintah Cina Baru
Mao Zedong, Ketua Partai Komunis Cina, menyatakan bahwa pemerintahan baru negeri itu sepenuhnya akan berada di bawah kendali Partai Komunis.
22 September 1955
TV Swasta Pertama Inggris
Setelah 18 tahun Inggris hanya memiliki stasiun TV pemerintah, BBC, satu stasiun TV swasta, Independent Television Authority (ITA), untuk pertama kalinya mengudara. Sejak hari ini, tak ada lagi monopoli siaran TV oleh BBC.
23 September 1949
Amerika Akui Nuklir Soviet
Setelah bertahun-tahun percaya diri bahwa Amerika hanya satu-satunya pemilik bom nuklir, hari ini Presiden Amerika Harry S. Truman harus mengumumkan kepada dunia bahwa musuh mereka, Uni Soviet, ternyata telah berhasil menguji coba bom nuklirnya.
24 September 1976
Diskriminasi di Rhodesia Berakhir
Ian Smith, Perdana Menteri Rhodesia, sebuah negeri yang menganut paham apartheid, setuju untuk menghapus diskriminasi terhadap kaum kulit hitam. Ian Smith setuju karena desakan yang sangat kuat dari Amerika Serikat.
25 September 1959
Eisenhower dan Khrushchev Bertemu
Di tengah suasana Perang Dingin yang mencekam, Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev bertemu dengan Presiden Amerika Dwight D. Eisenhower. Pertemuan ini meningkatkan harapan bakal meredanya Perang Dingin. Namun harapan itu sia-sia karena 8 bulan kemudian, Mei 1960, terjadi insiden tertembaknya pesawat mata-mata U2 Amerika oleh Uni Soviet.
26 September 1973
Trans-Atlantik Perdana Concorde
Concorde, pesawat supersonik komersial tercepat, untuk pertama kalinya menyeberangi Samudra Atlantik dengan rute Washington-Paris dalam waktu 3 jam 32 menit. Dengan kecepatan rata-rata 1.535 kilometer per jam, waktu tempuh Concorde ini hanya separuh dari waktu tempuh rata-rata yang diperlukan oleh pesawat jet biasa dengan rute yang sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo