Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Absurditas Si Juki dalam Serial

Setelah sukses dalam bentuk komik strip, buku, hingga film, si Juki mahasiswa abadi hadir kembali dalam bentuk serial animasi. Menjadi serial animasi Indonesia pertama di platform streaming, Si Juki Anak Kosan mencampuradukkan keseharian mahasiswa dan keabsurdan imajinasi.

6 Februari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tampilan tayangan serial animasi Si Juki Anak Kosan di Disney Hotstar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUNIA si Juki adalah dunia antara. Pemuda bermata bulat menonjol dan gigi tonggos itu berangkat dari karakter tipikal mahasiswa kelas menengah yang tinggal di kos dan berupaya mencukupkan uang saku bulanan dengan rutin makan mi instan. Namun situasi riil sehari-hari si Juki dapat melompat menjadi sesuatu yang sama sekali edan ketika dia, di antaranya, leluasa berjalan-jalan di dasar Jakarta yang terendam banjir setinggi Monumen Nasional atau memiliki hewan peliharaan seekor, eh, sebuah mesin fotokopi.

Dalam serial Si Juki Anak Kosan, absurditas itu mendapat ruang seluas-luasnya. Sebanyak 13 episode dalam serial ini mengangkat keseharian si Juki yang dengan wajar saja mencampuradukkan cerita mahasiswa sehari-hari dengan dunia imajinasi tanpa batas. Suatu waktu dia risau karena himpunan mahasiswa bikinannya terancam dibubarkan. Pada lain waktu dia mengubah teman-temannya menjadi hewan bermodal aplikasi telepon seluler. Tak ada garis pemisah antara kenyataan dan fantasi. Format animasi dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mewujudkan keedanan apa pun yang hendak ditampilkan.

Misalnya, dalam episode Poci si Photocopy dikisahkan Juki mengadopsi sebuah mesin fotokopi menjadi hewan peliharaan. Mesin itu bertingkah seperti anjing lucu hingga memancing kecemburuan Coro, seekor kecoa yang sudah lama menjadi sahabat karib Juki. Episode ini berakhir mengharukan, meski haru yang gendeng karena Poci kemudian menemukan keluarga mesin fotokopinya yang hilang. Mungkin tawa akan muncul bukan karena kelucuan, melainkan karena begitu tak masuk akalnya jalan cerita itu.

Jalan cerita yang absurd didukung pula oleh visualisasi penuh fantasi. Episode 7 yang berjudul Dunia Banjir Juki menyajikan salah satu tampilan visual paling imajinatif. Diceritakan, geng Juki beserta semua warga tak mengutuk kehadiran banjir. Mereka justru merayakannya dengan mengadakan Festival Banjir. Mereka bahkan mendemo seorang pejabat yang memberi janji manis akan mengenyahkan banjir. Hampir semua adegan dalam episode ini digambarkan berlangsung di Jakarta yang menjadi kota di dalam air. Warga bergerak melayang seperti ikan, pedagang menjajakan aksesori ekor duyung, dan ada pusat rongsokan kapal bekas di tengah kota yang menjual kapal sisa perang hingga Titanic (dipelesetkan menjadi Ta.Panic). Cerita kemudian berkembang menjadi kisah superhero dengan berbagai aksi tak masuk akal tatkala si Juki menyelamatkan penduduk kota dengan memastikan banjir tetap merendam kota.

Tak ada alur runut dalam serial ini. Kita dapat secara acak menonton episode mana pun dan tak akan kehilangan arah cerita. Tiap episode berdiri terpisah dan berdurasi pendek saja, berkisar 12-14 menit. Durasi singkat ini memungkinkan penyampaian lelucon yang pas dan cukup: cerita sudah berakhir sebelum jadi membosankan.

Jelas bahwa humor adalah tujuan utama dalam setiap cerita. Lelucon hadir dalam aneka ragam bentuk. Selain dari plot dan dialog, kejenakaan dihadirkan lewat penggambaran yang dilebih-lebihkan hingga bermacam-macam simbol, akronim, dan pelesetan nama-nama produk populer. Misalnya, kampus si Juki adalah Universitas Pendidikan Kekinian atau Udik dan aplikasi berbagi gambar yang si Juki gunakan disebut Nistagram. Namun tak semua lelucon yang muncul mampu menggelitik.

Meski tak benar-benar kentara, sesekali si Juki juga berupaya melontarkan kilasan kritik atau satire akan persoalan-persoalan sosial-politik. Sekalipun bagian ini tak begitu didalami, toh kita tetap dapat menangkap suara tajam itu. Misalnya dalam episode 2 berjudul Pilter Unyu, si Juki dan teman-temannya berubah menjadi kawanan hewan. Hewan-hewan itu kemudian menggelar pemilihan umum yang berakhir ricuh. Atau tatkala Juki menyinggung bahwa kelompok mahasiswa paling populer di kampus adalah Jamuran alias “jajaran mahasiswa hobi demo bayaran”.

Dalam perjalanannya, karakter Juki memang terus mencoba relevan, termasuk dengan bersikap kritis atas isu politik yang sedang hangat. Tatkala tahun lalu ada gonjang-ganjing perkara anggota staf khusus milenial presiden, lewat akun Instagram @jukihoki, si Juki melontarkan keinginan untuk menjadi salah satu anggota staf khusus. Dia mengunggah surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo dan mempromosikan diri sebagai orang yang tepat menjadi anggota staf khusus karena mengerti nasib anak kos yang susah bertahan hingga akhir bulan.

Serial Si Juki Anak Kosan menjadi satu lagi capaian dari properti intelektual rekaan Faza “Meonk” Ibnu Ubaidillah yang telah berusia lebih dari satu dekade itu. Karakter si Juki pertama kali dimunculkan Faza pada 2010 lewat Facebook. Si Juki kemudian berkembang menjadi komik populer dalam platform Webtoon, dicetak menjadi buku, dijadikan game, bahkan difilmkan.

Si Juki boleh disebut karakter animasi kita yang paling sukses secara komersial. Si Juki The Movie yang rilis pada akhir 2017 ditonton lebih dari 630 ribu orang, sebuah capaian tertinggi film animasi Indonesia yang umumnya kesulitan untuk sekadar mencapai angka 100 ribu penonton. Adapun akun Instagram @jukihoki kini memiliki 821 ribu pengikut dan banyak unggahannya merupakan iklan berbayar. Capaian itu yang meyakinkan Faza untuk meneruskan si Juki menjadi sebuah serial. “Inisiasi untuk serial ini sudah dimulai sejak filmnya diterima dengan baik,” ujar Faza dalam wawancara telepon, awal pekan lalu.

Kepopuleran si Juki agaknya tak lepas dari kelihaian Faza mengadaptasi karakter mahasiswa abadi ini agar terus relevan dengan zaman. Kendati sudah lahir satu dekade lalu, si Juki mengikuti tren yang sedang berkembang pada kelompok muda. Dalam serial ini, misalnya, dia akrab dengan filter media sosial dan aplikasi terbaru lainnya. Di sisi lain, Juki tak meninggalkan kekhasan “manis” mahasiswa kos, seperti kebiasaan berutang makan di warung Tegal dan dinamika organisasi mahasiswa.

Faza mengiyakan bahwa dirinya tak berkeberatan untuk berkompromi dan beradaptasi dengan pasar. “Keleluasaan itu yang membuat Juki terus bertahan,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tampilan tayangan serial animasi Si Juki Anak Kosan di Disney Hotstar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk serial ini, Faza dan timnya menggodok satu musim selama kurang-lebih dua tahun. Serial ini mulai ditayangkan pada 29 Januari di Disney+ Hotstar. Si Juki menjadi serial animasi pertama Indonesia yang masuk saluran over the top tersebut. Berbeda dengan film, pada produksi serial ini Faza menyerahkan penyutradaraan kepada Daryl Wilson. “Karena kami sedang merencanakan film animasi Juki yang kedua, produser ingin saya konsentrasi di film,” kata Faza.

Meski begitu, Faza tetap bertindak sebagai supervisor utama. Dia terlibat dari pemilihan pengisi suara hingga penentuan cerita mana yang akan digarap berdasarkan usul yang diajukan tim penulis. Tim produksi serial ini berjumlah 216 orang, yang terdiri atas tim penulis, desainer, pembuat story board, dan animator lokal.

Serial ini dikerjakan paralel bersama beberapa proyek si Juki lain, termasuk rencana film kedua yang seharusnya dirilis pada akhir tahun lalu. Namun pandemi Covid-19 memperlambat kerja tim produksi. Faza menyebutkan produktivitas timnya turun hingga 80 persen karena tak memungkinkan mengumpulkan banyak orang dalam satu studio. Pengerjaan animasi juga menuntut spesifikasi komputer yang mumpuni dan kecepatan Internet memadai yang belum tentu dapat dipenuhi oleh anggota tim produksi yang bekerja dari rumah. Rencana rilis film pun harus mundur hingga waktu yang belum ditentukan.

MOYANG KASIH DEWIMERDEKA


Si Juki Anak Kosan

Kreator: Faza Meonk
Sutradara: Daryl Wilson
Pengisi Suara: M. Marzuki, Mo Sidik, Rizal Firdhana, Gempita Adrian, Miftahul Janah
Jumlah episode: 13
Produksi: Falcon

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Moyang Kasih Dewi Merdeka

Moyang Kasih Dewi Merdeka

Bergabung dengan Tempo pada 2014, ia mulai berfokus menulis ulasan seni dan sinema setahun kemudian. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ini pernah belajar tentang demokrasi dan pluralisme agama di Temple University, Philadelphia, pada 2013. Menerima beasiswa Chevening 2018 untuk belajar program master Social History of Art di University of Leeds, Inggris. Aktif di komunitas Indonesian Data Journalism Network.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus