ROJALI DAN ZULEHA
Cerita, Skenario, dan Sutradara: Nya' Abas Akup.
Pemain: Titiek Puspa, Aedi Moward, Nanu Moeljono, dan Lydia
Kandou.
Semula Rojali jatuh hati pada Saloma, penyanyi dang-dut,
penggoda iman. Cinta anak pedagan tuak itu, tentu saja, tak
pernah kesampaian. Maklum kedudukan Saloma sudah seperti meteor
di langit ketujuh. Sedang Rojali masih tinggal di lorong kampung
becek, dan menganggur.
Bunuh dirikah Rojali? Film Rojali dan Zuleha bukanlah kisah
serius seperti legenda Romeo dan Juliet. Tapi dari kisah
tersebut Nya' Abas Akup agaknya menggarap komedi ini.
Rojali (Nanu Moeljono) kemudian dituturkan jatuh cinta pada
Zuleha (Lydia Kandou). Status sosial kedua remaja itu --
kebetulan keduanya anak tunggal -- jauh berbeda. Ibu Rojali
(Titiek Puspa), seorang janda, hanyalah pedagang tuak, sambil
membuka warung nasi. Sedang Pak Edi (Aedi Moward), ayah Zuleha,
pegawai negeri kaya. Konon mendiang ayah Rojali adalah teman
seperjuangan ayah Zuleha.
Ayah Zuleha tidak menyetujui hubungan kedua remaja itu. Apalagi
setelah diketahuinya Rojali adalah anak janda yang dimusuhinya.
Tak jelas apa pangkal permusuhan. Hanya disebut sekilas janda
itu dituduh menyerobot tanah miliknya. Rojali juga harus
menghadapi saingan. Yaitu pengusaha muda, yang sering dipanggil
boss. Ia selalu membawa sejumlah pengawal (berkaca mata hitam,
berambut crew cut, yang senantiasa menenteng walkie-talkie) bila
bertandang ke rumah Zuleha.
Nya' Abas Akup di sini mengejek. Tokoh-tokoh dalam film tersebut
pada hakikatnya adalah barisan badut. Coba saja dengan volume
suara sember Zuleha, dan penampilannya. Anak kampung yang
barusan memasuki kelas gedongan itu seperti sebuah karikatur.
Juga sang boss. Sedang Rojali dengan segala kenaifannya mewakili
kelompok jelata.
Sikap Abas terhadap Rojali dan Zuleba tidaklah selapang ketika
menghadapi filmnya terdahulu, Inem Pelayan Sexy. Kalau dulu
sekedar berolok, Abas kini melampiaskan amarah, kebenciannya.
Dalam menyindir, Abas terasa mengulang, seolah mulai kehabisan
bahan. Ketika pesta dan tahun Zuleha, misalnya, sekelompok
nyonya terlibat mempercakapkan kemampuan suaminya membuat kolam
renang, dan lapangan bola di dalam rumah.
Sekalipun demikian, olok-olok segar masih muncul. Suatu malam,
misalnya, Rojali dengan tambang memanjat tembok rumah, dan
merayu Zuleha. "Wahai Rojali, kata-katamu panas seperti tuak
yang dijual ibumu," sahut Zuleha dari balkon rumah. "la seperti
membakar dan melelehkan tubuhku."
Selain suka membanyol, Abas juga tukang kritik. Diceritakannya
kemudian ibu Rojali berhasil menemukan surat tanahnya. Ternyata
ayah Zuleha yang sesungguhnya merampas haknya. Dengan sebuah
demonstrasi (agak konyol) ayah Zuleha diusir orang kampung. Dan
hubungan Rojali-Zuleha pun putus di jalan.
Sekali ini sang sutradara meninggalkan banyak teka-teki.
Tampaknya ia lebih mementingkan pesan ketimbang cerita yang
utuh.
Eddy Herwanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini