SEBUAH ucapan selamat atau rasa syukur memang tak harus
dilakukan dengan gaya serius. Selamat Natal dan Tahun Baru
umpamanya, tak harus dilakukan dengan suasana bak nyanyian Malam
Kudus.
Tapi semenjak kartu Natal pertama dibuat--di Inggris, 1843, dan
hanya dicetak seribu lembar--boleh dikata jenis kartu Natal
gambarnya ya itu-itu juga. Maria di kandang domba memangku Yesus
yang baru lahir. Tiga oraqg Majusi melintas padang pasir mencari
"raja Yahudi yang malam itu baru saja dilahirkan." Sebuah gereja
lengkap dengan loncengnya. Atau seperti kartu Natal yang pertama
dulu, menggambarkan sebuah pesta keluarga.
Padahal, mungkin saja sebuah ucapan yang ada 'bumbu'-nya bisa
terasa lebih akrab. Itulah yang dilakukan beberapa kartunis
kita, antara lain Si Jon, G.M. Sudarta -- bapaknya Oom Pasikom
-dan seorang bernama Dede.
Coba, bila anda seorang cewek menerima kartu Natal yang ada
kalimatnya begini: "Selamat Natal buat seorang yang cantik,
manis, menarik, ramah berbudi, tapi . . ." Dan di lipat keduanya
ada tulisan lanjutannya "agak . . ." Di bawah tulisan ada gambar
seorang cewek yang menempelkan jari telunjuk miring di
keningnya. Atau bila anda menerima kartu yang bertuliskan: "Saya
juga ingin mengucapkan selamat tahun baru" -- dan gambarnya
seekor gorila bertengger di dahan.
Makanya, di toko-toko buku yang menjual kartu Natal sering
terdengar cekikikan anak remaja. Pembeli kartu Natal jenis
kartun ini memang mereka. Kecuali cocok dengan selera puber,
juga harganya palin miring-- Rp 150 - Rp 250 selembar.
Tokoh Sinterklas pun jadi bulan-bulnan. Sudarta menggambar
Sinterklas sobek celananya digigit anjing seorang nona manis.
Si Jon menggambar tokoh itu berteriak kesakitan terjepit dalam
cerobong tungku pemanas rumah. Lalu ada Sinterklas asyik
menikmati majalah. Wah, ternyata di balik majalah ia tak
sendirian: bersama cewek cakep. Ini memang tak begitu orisinal.
Kartun-kartun di berbagai majalah luar maupun dalam negeri sudah
sering menjadikan tokoh ini bernasib konyol.
Periode awal kartu Natal lucu, di sini memang didominasi Si Jon.
Ada dua belas disain dibuatnya. Yang menyangkut kehidupan remaja
mungkin yang paling pas--maklum ia ilustrator majalah Gadis.
Misalnya, sebuah kartu bergambar seorang cewek sedang menunggu
cowok di bawah pohon terang. Kok lama amat, ya, cowok gua belum
datang. Si Jon memang kurang ajar. Entah bagaimana awalnya,
ternyata si cowok tercantel di pohon terang. Tapi mengapa,
umpamanya, cowok itu tak berteriak minta tolong ceweknya yang
ada di bawah? Tanya saja sama Si Jon.
Tak jelas, apakah semangat humor ini herkat acara-acara Lembaga
Humor Indonesia dengan pameran-pameran kartunnya, sejak tiga
tahun lalu. Mungkin juga ini berkat ide-ide yang ditelurkan
kelompok Senirupa Baru Indonesia dan Persegi (Persekutuan
Seniman Gambar Indonesia). Terutama yang kedua itu, yang mulai
menggebrak dunia senirupa pada 1976, pamerannya memang banyak
menyuguhkan gambar yang melebarkan mulut.
Kecuali yang lucu, sudah dimaklumi kartun bisa juga mengritik.
Tapi kartu Natal jenis ini belum banyak. Yang lumayan yang
menggambarkan seorang wanita naik kerbau yang dituntun seorang
laki-laki. Ada dialog dengan bahasa Betawi. Kata si perempuan,
ia bingung hendak melahirkan di mana, habis semua hotel dan
penginapan penuh. Jawab yang lelaki, "Puskesmas kan masih banyak
. . ." Kritik terhadap kemewahan? Tak jelas siapa pembuatnya.
Sesungguhnya kartu ucapan selamat jenis lucu telah dibuat Si Jon
untuk kartu Idul Fitri yang lalu. "Tapi agak susah membuat
lelucon Idul Fitri, mas," tutur Si Jon yang Islam ini. Memang.
Gambar seorang anak kecil menangis digendong seekor anjing yang
membawa botol dot, misalnya, atau dua anak kecil berpacaran,
yang dulu dibikinnya, lantas apa hubungannya dengan Lebaran?
Memang, tradisi Idul Fitri jauh berbeda.
Tapi dari kartu itulah kemudian ada produsen yang memperoleh
ide. Dan hasilnya bisa dilihat di toko-toko buku di bulan
Desember ini.
Ada juga kartu yang ditujukan kepada yang non-Kristen. Sebuah
kartu, di lipatan pertama bertuliskan pemberitahuan, bahwa si
pengirim memang tahu yang dikirimi kartu tak berhari Natal. Tapi
ia ingin juga mengucapkan selamat. Ialah, ketahuan di lipat
kedua: Selamat Tahun Baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini