Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tertawa bersama kartu

Kini beredar kartu natal yang lucu, karya para kartunis antara lain: si jon, g.m. sudarta, dede. maka di toko-toko buku yang menjual kartu natal sering terdengar tawa anak remaja.

26 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH ucapan selamat atau rasa syukur memang tak harus dilakukan dengan gaya serius. Selamat Natal dan Tahun Baru umpamanya, tak harus dilakukan dengan suasana bak nyanyian Malam Kudus. Tapi semenjak kartu Natal pertama dibuat--di Inggris, 1843, dan hanya dicetak seribu lembar--boleh dikata jenis kartu Natal gambarnya ya itu-itu juga. Maria di kandang domba memangku Yesus yang baru lahir. Tiga oraqg Majusi melintas padang pasir mencari "raja Yahudi yang malam itu baru saja dilahirkan." Sebuah gereja lengkap dengan loncengnya. Atau seperti kartu Natal yang pertama dulu, menggambarkan sebuah pesta keluarga. Padahal, mungkin saja sebuah ucapan yang ada 'bumbu'-nya bisa terasa lebih akrab. Itulah yang dilakukan beberapa kartunis kita, antara lain Si Jon, G.M. Sudarta -- bapaknya Oom Pasikom -dan seorang bernama Dede. Coba, bila anda seorang cewek menerima kartu Natal yang ada kalimatnya begini: "Selamat Natal buat seorang yang cantik, manis, menarik, ramah berbudi, tapi . . ." Dan di lipat keduanya ada tulisan lanjutannya "agak . . ." Di bawah tulisan ada gambar seorang cewek yang menempelkan jari telunjuk miring di keningnya. Atau bila anda menerima kartu yang bertuliskan: "Saya juga ingin mengucapkan selamat tahun baru" -- dan gambarnya seekor gorila bertengger di dahan. Makanya, di toko-toko buku yang menjual kartu Natal sering terdengar cekikikan anak remaja. Pembeli kartu Natal jenis kartun ini memang mereka. Kecuali cocok dengan selera puber, juga harganya palin miring-- Rp 150 - Rp 250 selembar. Tokoh Sinterklas pun jadi bulan-bulnan. Sudarta menggambar Sinterklas sobek celananya digigit anjing seorang nona manis. Si Jon menggambar tokoh itu berteriak kesakitan terjepit dalam cerobong tungku pemanas rumah. Lalu ada Sinterklas asyik menikmati majalah. Wah, ternyata di balik majalah ia tak sendirian: bersama cewek cakep. Ini memang tak begitu orisinal. Kartun-kartun di berbagai majalah luar maupun dalam negeri sudah sering menjadikan tokoh ini bernasib konyol. Periode awal kartu Natal lucu, di sini memang didominasi Si Jon. Ada dua belas disain dibuatnya. Yang menyangkut kehidupan remaja mungkin yang paling pas--maklum ia ilustrator majalah Gadis. Misalnya, sebuah kartu bergambar seorang cewek sedang menunggu cowok di bawah pohon terang. Kok lama amat, ya, cowok gua belum datang. Si Jon memang kurang ajar. Entah bagaimana awalnya, ternyata si cowok tercantel di pohon terang. Tapi mengapa, umpamanya, cowok itu tak berteriak minta tolong ceweknya yang ada di bawah? Tanya saja sama Si Jon. Tak jelas, apakah semangat humor ini herkat acara-acara Lembaga Humor Indonesia dengan pameran-pameran kartunnya, sejak tiga tahun lalu. Mungkin juga ini berkat ide-ide yang ditelurkan kelompok Senirupa Baru Indonesia dan Persegi (Persekutuan Seniman Gambar Indonesia). Terutama yang kedua itu, yang mulai menggebrak dunia senirupa pada 1976, pamerannya memang banyak menyuguhkan gambar yang melebarkan mulut. Kecuali yang lucu, sudah dimaklumi kartun bisa juga mengritik. Tapi kartu Natal jenis ini belum banyak. Yang lumayan yang menggambarkan seorang wanita naik kerbau yang dituntun seorang laki-laki. Ada dialog dengan bahasa Betawi. Kata si perempuan, ia bingung hendak melahirkan di mana, habis semua hotel dan penginapan penuh. Jawab yang lelaki, "Puskesmas kan masih banyak . . ." Kritik terhadap kemewahan? Tak jelas siapa pembuatnya. Sesungguhnya kartu ucapan selamat jenis lucu telah dibuat Si Jon untuk kartu Idul Fitri yang lalu. "Tapi agak susah membuat lelucon Idul Fitri, mas," tutur Si Jon yang Islam ini. Memang. Gambar seorang anak kecil menangis digendong seekor anjing yang membawa botol dot, misalnya, atau dua anak kecil berpacaran, yang dulu dibikinnya, lantas apa hubungannya dengan Lebaran? Memang, tradisi Idul Fitri jauh berbeda. Tapi dari kartu itulah kemudian ada produsen yang memperoleh ide. Dan hasilnya bisa dilihat di toko-toko buku di bulan Desember ini. Ada juga kartu yang ditujukan kepada yang non-Kristen. Sebuah kartu, di lipatan pertama bertuliskan pemberitahuan, bahwa si pengirim memang tahu yang dikirimi kartu tak berhari Natal. Tapi ia ingin juga mengucapkan selamat. Ialah, ketahuan di lipat kedua: Selamat Tahun Baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus