Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Debut Joe Taslim di Korea

Aktor Indonesia, Joe Taslim, terlibat dalam film kolosal produksi Korea Selatan. Kembali mengisi peran antagonis.

14 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Hyuk Jang dalam The Swordsman produksi Opus Picture. Imdb

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH paceklik film hampir setahun lamanya, The Swordsman datang sebagai pembuka yang menggoda. Penyebabnya tak lain nama aktor Indonesia, Joe Taslim, yang terpampang sebagai salah satu aktor dalam film kolosal arahan sutradara Choi Jae-hoon itu. Joe memang sudah unjuk gigi dalam sejumlah film mancanegara, yakni Fast & Furious 6 (2013) dan Star Trek Beyond (2016). Tapi menjadi ­ahjussi—sebutan untuk paman di Korea Selatan—dalam film kolosal? Jangan-jangan Joe hanya kebagian sekelumit dialog dan nongol untuk pamer kemampuan gelut dalam beberapa menit saja?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

The Swordsman sebetulnya sudah mulai digarap pada 2017, baik untuk pembacaan naskah maupun pengambilan gambar. Namun jadwal rilisnya tertunda karena terhambat problem keuangan, di samping pandemi Covid-19. Para kru kabarnya kesal lantaran rumah produksi Opus Pictures memprioritaskan pelunasan honor pemain ketimbang mereka. Walhasil, film ini baru tayang di Korea Selatan pada 17 September 2020—sempat masuk lima besar film terlaris. Sementara itu, di Indonesia, The Swordsman menjadi pembuka Festival Film Korea-Indonesia (KIFF) 28-31 Oktober lalu di Bandung. Film ini juga menjadi salah satu tontonan perdana di bioskop pada era normal baru.

Hyuk Jang dan Joe Taslim (kanan) beradu akting dalam The Swordsman (Geom Gaek). koreanfilm.or.kr

Cerita The Swordsman (Geom-gaek) berkisar pada intrik politik di Korea setelah jatuhnya Raja Gwanghaegun dari Dinasti Joseon pada abad ke-17. Dalam situasi tak menentu, peralihan kekuasaan dinasti Cina dari Ming ke Qing menambah keruwetan di kalangan aristokrat. Para preman berkeliaran di tengah masyarakat, menculik orang sesukanya untuk dijual atau dijadikan budak. Teror itu terus berlangsung karena baik kesatria maupun bangsawan Joseon tak melawannya.

Salah satu pendekar Joseon, Tae Yul (diperankan Jang Hyuk yang karismatik), termasuk yang memilih jalan sunyi. Dia menyepi ke pegunungan bersama putrinya, Tae Ok (Kim Hyun-soo). Namun, di tengah hidup yang adem tenteram itu, tiba-tiba saja penglihatan Tae Yul memburuk. Ta Ok tak tega melihat ayahnya menderita. Dia akhirnya turun gunung mencari obat untuk Tae Yul, dan gara-gara itu justru tersangkut dalam urusan politik kerajaan. Jalan cerita selanjutnya sudah bisa kita tebak. Tae Yul, dengan kondisi mata yang nyaris buta, keluar dari persembunyiannya. Dia memburu geng pendekar Dinasti Qing yang menyekap putrinya, kembali bertarung, dan menebas banyak nyawa.

Bagi Choi Jae-hoon, The Swordsman adalah debutnya sebagai sutradara, setelah belasan tahun berkubang di industri ini. Choi sangat rapi dalam urusan ornamen, seperti pakaian dan riasan yang memperkuat karakter setiap tokoh. Ia juga berupaya membuat dialog dan kutipan filosofis yang relevan sampai kapan pun. Misalnya, saat Tae Yul dihadapkan pada pertanyaan tentang nasionalismenya, dia menyebut sang putrilah definisi bangsa buatnya. Bukan picisan, tapi Choi menggariskan bahwa masa depan Korea dan bangsa lain berada di tangan anak muda seperti Tae Ok.

The Swordsman

Alih-alih terbenam di alur cerita, rasa penasaran terhadap film ini justru lebih kepada kapan Joe Taslim muncul. Sementara dalam Star Trek Beyond dan Fast & Furious 6 Joe hanya menjadi pemeran pendukung, tidak demikian di The Swordsman. Joe mendapat porsi besar, bahkan menjadi tokoh antagonis utama yang senyum culas dan tatapan matanya membuat geregetan. Dia memerankan Gurutai, jawara dari Kekaisaran Qing yang dicitrakan bengis dan jago beradu pedang.

Gurutai adalah antitesis dari Tae Yul, yang irit omong dan karismatik. Ia flamboyan, doyan membual, dengan gerak-gerik dan ekspresi menjengkelkan. Di belakangnya ada geng beranggota tiga jagoan tangguh yang lebih banyak nongkrong di rumah bordil. Ada juga seorang perempuan bule berambut pirang yang hingga akhir film tak jelas apa gunanya. Keberadaannya semacam mengakomodasi stereotipe bahwa perempuan adalah sosok dekoratif di antara para lelaki yang doyan baku hantam. Walau demikian, bila ditengok latar waktunya, peran pacar Gurutai ini bisa jadi lumrah adanya.

Setelah Gurutai muncul, tensi film mulai naik. Dia seperti menyibak satu demi satu karakter tokoh dalam film ini sekaligus membuka peta politik transisi yang penuh gejolak. Namun, sayangnya, plot The Swordsman terlalu bersahaja. Jangankan kejutan, kita bahkan tak merasakan ketegangan apa pun dari kecamuk konflik antardinasti ataupun momen penculikan anak para aristokrat. Tak ada juga kisah percintaan yang sendu atau hubungan ayah-anak yang mengharu-biru di sini.

Jadi mari nikmati saja perkelahian di dalamnya yang penuh cipratan darah tapi sekaligus indah. Visualisasi pertarungan dalam The Swordsman terasa brutal. Adegan gelut yang intens dua jawara kadang disorot sangat dekat dan mulus sehingga penonton ikut merasakan kengeriannya. Salah satu yang memukau adalah saat Tae Yul beraksi bak ninja dalam menghabisi puluhan prajurit musuh. Dengan pedangnya, Tae Yul menebas gelombang senapan liar dalam perkelahian beberapa menit saja. Epik!

Adegan itu berujung pada duel puncak antara Tae Yul dan Gurutai. Sebagai pamungkas, perkelahian itu sayangnya tak berlangsung lama. Padahal koreografi adu pedang di antara keduanya mendebarkan dengan konflik yang khas: sang pendekar protagonis sempat ambruk sebelum akhirnya balik menghajar si antagonis yang sudah kewalahan. Untuk aksi klimaks ini, Jang Hyuk membuktikan kelasnya sebagai aktor (Voice, Iris 2) yang saat bermain dalam film laga tak mau menggunakan pemeran pengganti. Seperti Joe Taslim, Jang Hyuk dulu atlet profesional, tapi di cabang olahraga taekwondo.

Adapun permainan pedang dan kelihaian dalam seni bela diri menjadi kredit bagi Joe Taslim, 39 tahun, di The Swordsman. Padahal ini pertama kalinya aktor kelahiran Palembang tersebut berjibaku dengan pedang dalam film. Demikian pula kemampuannya berbicara dalam bahasa Korea lawas yang meyakinkan dan tak pernah tersendat. Demi fasih berbahasa Korea, Joe, yang mengawali kariernya sebagai atlet judo, berlatih selama tiga bulan dan menenteng buku saku bahasa Korea ke mana-mana.

Setelah The Swordsman, Joe masih menyimpan proyek film lain yang diproduksi di luar negeri. Rencananya, dia memerankan karakter Sub-Zero dalam film Mortal Kombat, yang diadaptasi dari permainan video yang tersohor. Tokoh itu dikisahkan mempunyai kemampuan bela diri yang dahsyat dan bisa mengendalikan es. Sedangkan di dalam negeri, Joe tergabung di waralaba Jagat Sinema Bumilangit sebagai Mandala. Seperti halnya Gurutai, Mandala juga seorang kesatria yang piawai mengayunkan pedang.

ISMA SAVITRI

The Swordsman (Geom-gaek)

Sutradara: Choi Jae-hoon
Produksi: Opus Pictures
Pemain: Jang Hyuk, Joe Taslim, Kim Hyun-soo
Rilis: 28 Oktober 2020

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Isma Savitri

Isma Savitri

Setelah bergabung di Tempo pada 2010, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini meliput isu hukum selama empat tahun. Berikutnya, ia banyak menulis isu pemberdayaan sosial dan gender di majalah Tempo English, dan kini sebagai Redaktur Seni di majalah Tempo, yang banyak mengulas film dan kesenian. Pemenang Lomba Kritik Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 dan Lomba Penulisan BPJS Kesehatan 2013.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus