SETELAH melampaui dua kali masa jabatan, akhirnya H. Asnawi
Mangku Alam menyerahkan jabatan sebagai Gubernur Sumatera
Selatan kepada H. Sainan Sagiman 12 September tadi. Adapun
mengenai Asnawi Mangku Alam sendiri dikabarkan akan segera
menduduki jabatannya yang baru di Jakarta. Tapi sebagai
gubernur, berhasilkah dia membangun Sumatera Selatan selama
lebih dari 10 tahun?
Asnawi sendiri ternyata menunjuk dirinya sebagai orang yang
paling tidak puas terhadap kerjanya membangun daerah ini. "Masih
banyak yang harus dilakukan di daerah ini," ucapnya suatu kali
kepada TEMPO. Ia menyebut misalnya upayanya untuk membangun
mental masyarakat daerah ini. Hal ini, kata bekas gubernur itu,
penting tapi juga paling sulit. Sebab apa pun juga yang kita
lakukan, misalnya membangun saran pisik, akan tak banyak
artinya jika tak disertai sikap mental sewajarnya dari
masyarakat.
Sikap demikian dimaksudkannya adalah rasa turut bertanggungjawab
dari para warga daerah atas segala pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah. Asnawi mengambil contoh pembuatan SD Inpres di
beberapa desa. Katanya, karena rasa tanggungjawab dari warga
desa yang masih kurang, maka mereka acuh saja terhadap
(misalnya) pemeliharaannya. "Hampir dalam tiap pidato saya ke
pedalaman-pedalaman saya kemukakan soal ini," tuturnya, "bahwa
sikap demikian tak akan menolong mereka sendiri."
Menurut Asnawi pembangunan untuk bersikap wajar inilah yang
tampaknya menjadi beban berat bagi penggantinya kelak.
Masyarakat, katanya mengambil contoh lain, akan mengeluh karena
jalan yang dibuat untuk mereka telah rusak dalam waktu relatif
singkat tanpa mereka sadari bahwa warga masyarakat sendiri
telah turut mempercepat proses kerusakannya. "Kesadaran tentang
hal ini lambat merata di daerah ini," katanya pula.
Angkutan Sunai
Namun demikian, sampai saat ini Asnawi masih tetap dianggap
sebagai gubernur yang paling banyak berbuat untuk daerah ini.
Setidak-tidaknya dalam hal pembangunan secara fisik. Masalah
terberat yang ia hadapi di awal masa jabatannya adalah kerusakan
hampir seluruh dari 6.000 km jalan yang tersebar di daerah ini.
Akibatnya daerah-daerah produksi utama terkurung karena tak ada
alat transportasi. Bahkan beberapa minggu setelah pelantikannya
yang pertama kali, Asnawi harus mengatasi kelaparan yang terjadi
di Prabumulih, Musi Banyuasin, Lahat dan beberapa wilayah
lainnya. Dalam waktu singkat kelaparan ini berhasil diatasinya.
Oleh karena itu jika selama masa jabatannya hampir 5.000 km
jalan di daerah ini telah dapat dilalui kendaraan bermotor,
agaknya bidang inilah yang paling menonjol sebagai kerja Asnawi
selama menjadi gubernur. Selain itu adalah menganeka-ragamkan
perkebunan rakyat sehingga penduduk daerah ini tak hanya
tergantung pada satu jenis tanaman saja. Sebelum Pelita,
Sumatera Selatan dikenal sebagai penghasil utama karet. Tapi
hingga saat ini, kopi, lada, cengkeh dan kelapa sawit serta
buah-buahan termasuk di antara tanaman rakyat yang telah meluas
di propinsi ini.
Selain sikap mental seperti yang disebutkan Asnawi tadi, bukan
berarti tak banyak kerja yang menunggu Gubernur Sainan Sagiman.
Satu hal yang segera menarik perhatian bekas Koordinator
Pertamina Wilayah II (Plaju) ini adalah peranan angkutan sungai.
"Selain sarana darat," katanya kepada TEMPO di Palembang, "saya
melihat peranan angkutan sungai tak kalah pentingnya bagi
kelancaran hubunan di daerah ini." Ia mengingatkan sebutan
"Batanghari Sembilan" untuk daerah ini, "berarti ada 9 sungai
penting yang dapat dimanfaatkan untuk lalu-lintas." Dengan kata
lain, Sainan akan membenahi sungai-sungai itu untuk sarana
perhubungan.
Sebagai orang yang pernah membawahi Palembang Rice Estate (milik
Pertamina), Sainan Sagiman melihat bahwa beras dapat menjadi
hasil penting bagi propinsi ini. "Jika sawah pasang surut dan
sawah-sawall sudah beririgasi, ditambah dengan Palembang Rice
Estate sudah berproduksi dengan baik, Sumatera Selatan akan
menjadi lumbung beras," begitu janjinya. Di luar kepala ia
menyebut seluruh areal dari masingmasing jenis pertanian dan
perkebunan yang ada di daerah ini ia rupanya menaruh minat besar
dalam bidang ini sehingga dengan cepat telah menghafalnya.
Sainan, lahir di Plaju 5 tahun lalu, adalah pensiunan Brigjen
Al. Berputera 8 orang, setiap pagi ia melakukan gerak jalan.
"Saya hanya main golf untuk pergaulan," ungkapnya tentang
olahraga ini. Ia juga dikenal sebagai muslim yang taat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini