Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"GOTHIC banget, ya, gue suka,” kata seorang pengunjung di Portico Terrace Bistro ketika melihat tiga boneka kecil yang tergantung di langit-langit kafe yang terletak di Senayan City itu.
Ia tengah mendongak, memandang karya Vonny Ratna Indah. Perupa muda yang pernah menetap di Korea Selatan itu membuat tiga boneka tali berwujud perempuan. Boneka-boneka marionette yang diberi nama Ayu, Dewi, Shinta itu tampak feminin. Namun, bila kita lihat wajah mereka—terutama bibir—secara keseluruhan rautnya terasa menyeramkan. Tali-tali yang menguasai tubuh ketiga boneka itu seakan menggambarkan kebebasan yang terbelenggu.
”Makin keren kalau bonekanya dibuat segede orang, ya,” ujar pengunjung itu lagi. Inilah pameran para perupa muda di restoran di Senayan City, Jakarta, sepanjang 10 Februari hingga 22 Maret mendatang. Selain Vonny, ada tujuh perupa yang terlibat dalam pameran ini. Mereka adalah Agra Satria, Sun Wahyu, Ika Putranto, Shawnee Putti, G. Prima Puspita Sari, Mira Yasmin Sandytia, dan Tisa Granicia.
Pameran bertajuk Love Lies (secret) ini digagas oleh kurator Mia Maria. Karya mereka tersebar di seluruh penjuru restoran, di lantai, di dinding kaca, dan di atas rak di antara puluhan botol anggur merah. Seperti pameran di Plaza Indonesia, inilah pameran yang menjadi bagian dari perkembangan seni rupa mutakhir di Jakarta: mengambil lokasi tempat nongkrong anak muda. Portico—dikenal sebagai restoran yang menyediakan wine—tiap hari buka sampai pukul dua malam.
Sebagai restoran, ruang Portico tak teramat besar. Maka karya yang disajikan berformat kecil-kecil, dan memang tak mengubah suasana kafe. Bahkan pengunjung bisa bertanya-tanya, apakah botol wine milik restoran yang ditumpuk-tumpuk dengan formasi seperti segitiga itu bagian dari instalasi atau bukan.
Toh, tetap ada karya yang menarik. Karya Sun Wahyu, misalnya, yang berjudul Scenery of Tomorrow. Sebuah kotak berukuran 120 x 30 x 30 sentimeter ditaruh di lantai. Ada lubang di situ. Begitu kita membungkuk—mengintip—kita bisa melihat puluhan lampu berkelap-kelip. Namun, yang mengejutkan, kita bisa melihat wajah sendiri, karena di sisi lain kotak dipasang cermin.
Sedangkan Agra Satria mencoba mengungkap masalah yang dianggap tabu dibicarakan, seks. Ia menggantung sebuah lukisan yang menggambarkan Pinokio—boneka kayu berwujud bocah laki-laki—tengah duduk berselonjor kaki dengan seekor anak rusa. Pinokio itu sambil tersenyum nakal menusuk bokong si anak rusa dengan hidungnya yang memanjang. Lust, demikian judul lukisan itu. Melalui karyanya, Agra ingin menyentil sikap para orang tua yang menceritakan dongeng-dongeng tak masuk akal ketika seorang anak bertanya seputar masalah seksual.
Sudah empat kali kafe Portico mengadakan pameran. Para pengunjung restoran, yang sebagian besar anak muda, tampak rileks—ngewine. Ada yang tak tahu bahwa obyek-obyek yang disajikan di resto itu merupakan materi pameran. Ada yang tertarik berdiri mengamati, ada yang duduk, memesan makanan, dan menoleh sepintas lalu saja.
Nunuy Nurhayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo