Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Langit di atas Desa Bantala, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, membakar ubun-ubun. Namun semangat masyarakat untuk mengikuti Festival Lamaholot tak berkurang. Lagu adat Labagolek membuka atraksi seni dan budaya dalam festival yang digelar pada pertengahan September lalu itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu atraksi yang menarik adalah Sadok Nonga. Dalam bahasa lokal Lamaholot, "sadok" berarti tinju dan "nonga" berarti bakul yang terbuat dari anyaman daun lontar untuk menampung padi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kaum laki-laki, baik tua maupun muda, saling tinju di sekitar lumbung kebun adat. Adapun para pembawa nonga mengiringi pertarungan dengan tari hedung dan sesekali menyauti teriakan para petinju yang sedang memprovokasi lawan. Namun tinju adat ini bukan untuk mencari siapa yang terkuat. Sadok Nonga adalah ekspresi sukacita dan syukur atas hasil panen yang berlimpah.
Sejumlah anak anak mengikuti atraksi Sadok Nonga dalam festival budaya Lamaholot Flores Timur 2019 di Lewolema, Larantuka, 11 September 2019.
Selain diramaikan Sadok Nonga, Festival Lamaholot dimeriahkan oleh pembuatan tenun khas Flores oleh kaum hawa, permainan kote (gasing) oleh anak-anak, hingga lomba memanah tradisional bernama leon tenada. Lazimnya leon tenada digelar setelah rampungnya pembangunan rumah adat hone koko.
Berbagai kegiatan dalam Festival Lamaholot diharapkan dapat mempererat ikatan berbagai suku dalam etnis Lewolema sekaligus melestarikan warisan leluhur yang terancam terkubur.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo