Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa yang diproduksi oleh MVP Picture dengan durasi 117 menit, resmi meluncurkan poster dan trailer pada Selasa malam, 30 April 2024. Film ini juga akan segera tayang serentak di bioskop Indonesia pada Rabu, 22 Mei mendatang.
Beberapa Adegan Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa Sengaja Dipotong
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sutradara Hanung Bramantyo mengatakan, film yang diadaptasi dari novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin Dahlan itu mulanya hadir delam dua versi. Novelnya sendiri bercerita tentang kekerasan seksual seorang perempuan bernama Kiran di sebuah Pondok Pasantren.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Versi yang pertama itu dikatakan Hanung merupakan 21 tahun ke atas, yang juga sempat ditayangkan pada penayangan spesial. Namun, untuk memperluas segmentasi penonton, ia harus memotong beberapa adegan atau scene di dalamnya untuk ditayangkan versi reguler di bioskop dengan batas usia penonton 17+ atau 17 tahun ke atas.
"Kita potong beberapa bagian untuk versi reguler di bioskop, namun pemotongan bagian itu tidak akan melunturkan makna dan pesan yang akan kita sampaikan dalam film ini," kata Hanung dalam Konferesni Pers di Epicentrum XXI, Jaakarta Selatan pada Selasa malam, 30 April 2024.
Target Penonton Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa
Hanung mengatakan, ada hal yang mendasarinya, mengapa harus melakukan pemotongan dan memperluas segmentarsi penonton. Sebab kata Hanung, kaum yang rentan dalam kasus-kasus kekerasan seksual adalan usia-usia muda dimulai dari 17 tahun ke atas.
"Karena ternyata kasus-kasus yang menimpa Kiran itu justru terjadi di usia-usia ABG. Jadi para korban dan penyintas ini berada di posisi ambigu, bingung. Dari situ kemudian kita memang menghadirkan film ini sebagai penyampai pesan juga," kata Hanung melanjutkan.
Pergantian Judul Tuhan, Izinkan Aku Berdosa
Tak hanya pemotongan adegan saja, Hanung juga mengatakan, film ini sempat mengadopsi judul asli dari karya novelnya yaitu Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur. Namun, ia juga harus mengubah judulnya menjadi Tuhan, Izinkan Aku Berdosa dikarenakan penggunaan kata pelacur yang terkesan negatif di kalangan masyarakat Indonesia.
"Iya, penggunaan kata pelacur itu berkonotasi negatif di Indonesia, karena masih memegang teguh adab dan kesopanan, yang juga nantinya akan berimpact ke film ini. Jadi kita menggantinya dengan alasan judul saat ini bisa diterima oleh masyarakat," katanya.
Alasan kedua, ia mengatakan, pergantian judul ini juga dikarenakan medium novel dan film yang digarapnya sedikit berbeda. "Kalau cuma sebatas Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur dengan epilog Kiran menjadi seorang pelacur saja, karena seperti di ending bukunya. Namun, kita menciptakan bagaimana proses setelahnya, makanya karena sudah jauh dari novelnya kita ambil judul ini," kata Hanung.