Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SOAL bicara yang nyikut sana nyikut sini, Butet Kartaredjasa biangnya. Banyak orang dibuat jantungan dan sakit hati, tapi lebih banyak lagi yang terpingkal-pingkal oleh cocot kencono alias ”mulut tak ternilai” pria yang tak lulus kuliah ini.
Rabu pekan lalu, di Taman Ismail Marzuki, si Cocot Kencono merayakan ulang tahunnya yang ke-47 secara tidak biasa. Dia menggelar monolog berjudul Mas Celathu—tokoh utama buku perdana Butet, yang ikut diluncurkan malam itu. Judul bukunya Presiden Guyonan. Isinya 54 kolom sketsa sosial karya Butet yang dimuat secara tetap di sebuah koran Jawa Tengah. ”Langsung cetak ulang. Banyak permintaan,” ujar sang penulis dengan bangga.
Kok, memilih judul itu? ”Ketimbang jadi presiden beneran yang keputusannya jadi guyonan, mending jadi presiden guyonan sekalian. Malah bisa menghibur,” kata Butet. Dia sudah pernah menjadi Presiden di acara Republik Mimpi, yang sempat diputar sebuah televisi swasta. Hitung-hitung, dua kali sudah Butet menjadi ”presiden”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo