Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JIKA sekali waktu Anda melintasi Lawean, Solo, dalam keadaan haus, mampirlah ke Restoran Museum Samanhoedi. Ada aneka jus dengan nama-nama serba militan. Umpama, jus revolusibo alias Revolusi Bolsyevik. Lalu jus sadisbo, kependekan Sarekat Dagang Islam Bogor-cikal-bakal Sarekat Islam. Atau jus gedebuk, ini sebutan lidah orang Jawa untuk Hindenburg, bekas Gubernur Jenderal Belanda.
Nama boleh provokatif, tapi rasa minuman itu konvensional belaka. Jus radikal, misalnya, berwarna hijau karena berbahan buah melon. Juicy merah atau juicy putih bahannya dari stroberi dan sirsak. "Maksud saya adalah mengenalkan sejarah, bukan prokomunis" kata Krisnina Maharani, 48 tahun, penggagas minuman bernama nyentrik itu sembari tertawa.
Nama restoran diambil dari nama tokoh Sarekat Islam, yang berasal dari Lawean, Haji Samanhoedi. Nina-sebutan Krisnina, istri mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Akbar Tandjung-mulai membuka restorannya pada 10 November lalu, bertepatan dengan Hari Pahlawan. "Dijamin ketagihan," kata wanita yang lahir dan dibesarkan di Lawean ini. Wah, promosi sejarah atau minuman?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo