Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGI Wakil Direktur Utama BCA ini, resep mengelola bank swasta terbesar di Indonesia cukup dengan SRI: simpanan, reserve (cadangan), dan investasi. Anak bungsu Robert Budi Hartono, pemilik Grup Djarum yang menjadi orang terkaya di Republik, ini mempraktikkannya hingga ke kamar tidur.
Tiap hendak tidur, Armand hanya menyalakan mesin penyejuk udara sampai ia menjelang terlelap. Setelah kamar adem, ia mematikannya sampai pagi. "Panas dikit tak apa," katanya ketika memberi kuliah umum di Binus Business School, Jakarta, Selasa malam dua pekan lalu. "Dari situ kita bisa saving, kan?"
Apa tak diprotes istri? "Kalau dia memprotes, tinggal saya tunjukkan tagihan listriknya," ujar ayah dua anak ini, terbahak. Armand, kelahiran Semarang 42 tahun lalu, menolak disebut orang yang hemat. "Saya marah kalau disebut hemat. Saya ini pelit," katanya. Pelit menjadi modalnya mengurus bank swasta terbesar di Indonesia yang beraset Rp 740 triliun itu.
Soalnya, Armand menghitung dengan cermat tiap investasi. Apalagi di zaman disrupsi seperti sekarang. Menurut dia, untuk menghadapi era digital dengan perubahan serba cepat ini, tak ada hal selain mencoba segala inovasi. BCA pun membangun VIRA- asisten virtual yang berbasis kecerdasan buatan- kendati teknologi ini belum populer di Indonesia.
Prinsipnya, jika toh inovasi itu gagal atau pasar tak membutuhkannya, ia sudah mencobanya dan kelak tahu mengapa investasi itu jeblok dan memperbaikinya. Karena itu, kata Armand, menjadi pelit itu penting agar bisa menabung untuk kelak diinvestasikan. Ia mempraktikkannya hingga ke kamar tidur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo