Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tua-tua keladi, makin tua tambah jadi. Itulah Marsekal (purnawirawan) Chappy Hakim, 58 tahun, mantan Kepala Staf Angkatan Udara. Justru setelah jabatannya copot, putra Abdul Hakim ini—salah seorang pendiri kantor berita Antara—kian menggali aneka talenta.
Sejak dulu, Chappy punya bakat menulis. Ketika berpangkat kolonel, ia sempat menjadi kontributor sebuah majalah dirgantara. Chappy mengulas kecelakaan Hercules di Condet tahun 1991, yang menewaskan seluruh awak dan penumpangnya, dengan amat menarik. Maklum, dia sendiri pilot Hercules. Bapak dua anak ini juga menulis buku berjudul Pelangi Dirgantara, yang kini sudah sampai cetakan keempat.
Terakhir, karyanya tambah berat. Autobiografi. Murni, hasil tulisannya. ”Saya susun sendiri,” katanya dengan bangga. Biografi setebal 350 halaman itu terbit Februari silam, bersamaan dengan masa purna tugasnya. ”Saya tertolong karena terbiasa membuat catatan kecil selama tugas,” kata pria yang pandai bermain saksofon ini.
Kini buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Ken Conboy, seorang pengamat militer asing yang cukup dikenal. Pekan ini, buku itu ia bagikan kepada sahabat-sahabat asingnya, terutama para duta besar dan atase pertahanan. ”Ini diplomasi udara juga, tapi lewat buku,” ujarnya kepada wartawan Tempo Arif Kuswardono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo