Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TINJU adalah dunia Daud Yordan. Lelaki 32 tahun ini menghabiskan hampir separuh hidupnya berurusan dengan samsak, sarung tinju, dan pertarungan berdarah. Dia mencetak sejarah sebagai petinju pertama Indonesia yang menjadi juara dunia di tiga kelas berbeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namanya kian mencorong setelah mengalahkan petinju Afrika Selatan, Michael Mokoena, dalam perebutan sabuk juara dunia kelas ringan super versi Asosiasi Tinju Internasional di Batu, Jawa Timur, 17 November lalu. Sebelumnya, dia pernah menjadi juara dunia kelas ringan dan bulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beringas kala bertarung, Daud ternyata ramah di luar ring. Nada bicaranya halus. Dia selalu menyambut sapaan dan ajakan para suporter untuk berfoto bersama. “Itu cara saya menghargai mereka,” kata Daud kepada Tempo pada awal Desember lalu.
Dia bahkan bisa menghentikan aktivitasnya sejenak demi melayani rombongan orang yang mengajaknya berfoto dan mengobrol. Daud menyalami mereka satu per satu. “Saya tak merasa terganggu. Toh, mereka datang baik-baik, ya, kita sambut dengan baik juga,” ujarnya.
Dalam suatu kesempatan di Jakarta, seseorang yang menyapanya ternyata berasal dari Ketapang, Kalimantan Barat, daerah asal Daud. Perkenalan singkat itu pun berubah menjadi obrolan seru. “Jauh-jauh ke Jakarta, ketemunya orang sekampung juga,” katanya, tergelak.
Daud juga menjaga penampilan, terutama rambutnya, yang sudah mulai memutih. Dia beberapa kali mengecat hitam rambutnya. “Biar kelihatan tetap muda,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo