Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Surat

Dari mencegah Jakarta tenggelam hingga menangkal ular secara alami.

28 Desember 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mencegah Jakarta Tenggelam

BEBERAPA kawasan pesisir di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang, dan Demak, berisiko hilang karena air laut yang naik dan penurunan muka tanah. Perlu ada solusi selain yang sedang dijalankan pemerintah sekarang, seperti pembuatan tanggul laut raksasa. Salah satunya penghijauan daerah sekitar pantai untuk mencegah abrasi. Namun upaya penghijauan ini tidak dengan mudah mengurangi laju penurunan tanah di Indonesia. Hal ini lantaran laju penurunan tanah tidak hanya disebabkan oleh pemanasan global, tapi juga aktivitas ekstraksi air tanah yang terus terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, daerah Jakarta menanggung beban penurunan muka tanah karena laju pembangunan yang meningkat. Eksploitasi air tanah bisa menimbulkan bahaya banjir, yang diperparah ancaman kenaikan permukaan air laut. Beberapa studi di Mekong, Vietnam, menyatakan pada 2050 bagian Delta Mekong akan mengalami penurunan hingga 1 meter jika ekstraksi air tanah terus dilakukan. Karena itu, pengolahan air limbah untuk digunakan sebagai sumber air konsumsi menjadi solusi lain yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah di setiap provinsi di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini, kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Medan, telah memiliki sistem instalasi pengolahan air limbah berskala besar. Sistem ini bertujuan mengolah air limbah agar layak buang sehingga bisa mengurangi pencemaran air tanah dan sungai. Namun, di Jakarta, air limbah yang dihasilkan industri dan perkantoran masih belum bisa diolah hingga layak dikonsumsi. Meskipun pada 2018 pemerintah DKI Jakarta mengumumkan inovasi pengolahan air limbah tinja menjadi air bersih, ternyata inovasi tersebut pun tidak ditujukan untuk mengolah air limbah menjadi air layak konsumsi.

Pengolahan air limbah menjadi air layak konsumsi telah diterapkan di beberapa negara, seperti Singapura, Amerika Serikat, dan Australia. Di Singapura, teknologi air olahan limbah yang diproduksi Dewan Utilitas Publik Singapura dikenal dengan nama NEWater dan olahan tersebut layak dikonsumsi. Sistem pengolahan air limbah pun dijalankan di Amerika untuk mengatasi kondisi kekeringan yang berulang kali terjadi dan perubahan pada pasokan air. Sistem yang diterapkan di daerah tersebut dinamai Groundwater Replenishment System (Sistem Penambahan Air Tanah). Adapun di Queensland, Australia, sudah ada beberapa skema untuk mendaur ulang air, seperti skema penggunaan ulang air yang dikeluarkan Dewan Regional Toowomba dan skema air daur ulang koridor barat di Queensland Tenggara.

Karena itu, diperlukan kesadaran serta aturan dan sanksi yang tegas terutama bagi para pelaku bisnis dan industri agar lebih dulu mengolah limbah supaya memenuhi standar sanitasi sebelum membuangnya. Apabila metode pengolahan ini dapat diterapkan di kawasan perkantoran dan industri di Indonesia, terutama di Jakarta, penggunaan air bisa menjadi lebih hemat, kebutuhan makhluk hidup akan air bersih terpenuhi, dan limbah air pun berkurang. Dengan demikian, ekstraksi air tanah yang sampai sekarang terus dilakukan dapat berkurang dan hal tersebut akan sangat membantu mengurangi beban penurunan muka tanah dalam keadaan pemanasan global saat ini.

Sherry Anastasya

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

 


 

Teror Ular

BANYAK berita yang menyebutkan bahwa ada “serangan” ular, bahkan kobra, ke permukiman. Sebetulnya itu bukan serangan. Ular-ular itu sedang mudik ke bekas habitatnya. Dulu mereka tinggal di wilayah yang kini menjadi permukiman. Jadi menyebut kedatangan mereka sebagai serangan sungguh tidak arif karena justru kita yang menyingkirkan mereka dulu karena kita membutuhkan tempat tinggal dan berteduh.

Keberadaan ular menandakan sebuah lingkungan masih seimbang karena ia menjadi predator bagi hama, seperti tikus. Tikus akan meruyak di sebuah wilayah jika sudah tak ada ular. Maka, ketika bertemu dengan ular, kita sebaiknya tak membunuhnya. Memang, ular bisa menjadi bahaya bagi manusia, meskipun bahaya itu bukan karena insting hendak menyerang, melainkan lantaran hendak mempertahankan diri dari sesuatu yang mereka anggap sebagai ancaman. Hewan tak akan mengganggu jika tak diganggu.

Karena itu, alih-alih dibunuh, lebih baik mereka dicegah masuk ke rumah. Tentu saja gunakan cara alami, memakai tanaman yang bisa mencegah mereka mendekat. Serai, bunga marigold, bawang, dan vetiver adalah contoh tanaman alami yang bisa mencegah ular mendekat karena akarnya menghasilkan minyak yang tak mereka sukai.

 

Herman Hermawan

Bogor, Jawa Barat

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus