Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGI koreografer dan penari Eko Supriyanto, 48 tahun, bersimbah keringat karena berjam-jam menari di panggung sudah biasa. Tapi menari langsung di hadapan dosen penguji di depan panggung adalah pengalaman baru baginya. Pada Ahad tiga pekan lalu, di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, ia mementaskan koreografi Salt untuk ujian disertasi doktoral bidang penciptaan seni di Institut Seni Indonesia Surakarta. Koreografi itu merupakan penutup dari trilogi Cry Jailolo, Bala Bala, dan Salt.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah menarikan Salt, yang berdurasi hampir satu jam, dengan kostum seperti rok dan celana pendek rancangan Oscar Lawalata, Eko rehat sejenak. Ia lalu kembali dengan setelan jas hitam di depan promotor dan pengujinya. Mereka adalah seniman Rahayu Supanggah, Sardono W. Kusumo, Pande Made Sukerta, musikus Nyak Ina Raseuki, pengamat tari Sal Mugiyanto, Profesor Sri Rochana W., Profesor Nanik Sri Prihatini, dan Profesor Guntur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eko Supriyanto: Mandi Keringat Dua Kali
Eko berusaha menjawab pertanyaan dengan tenang, sesekali melontarkan canda. "Padahal biasanya setelah gembrobyos di panggung saya terima fee, ini malah masih jadi pesakitan," ujar Eko, tertawa. Ia lulus summa cum laude. Ini gelar doktor keduanya setelah doktor bidang pengkajian seni pertunjukan ia peroleh dari Universitas Gadjah Mada pada 2014. Ia menulis disertasi tentang tari kontemporer Indonesia periode 1990-2010.
Koreografer tari untuk pembukaan Asian Games 2018 ini menciptakan karyanya tersebut saat terlibat dalam Festival Jailolo di Halmahera Barat, Maluku Utara. Eko Pece-sapaan akrabnya-terpaksa belajar menyelam hingga mendapatkan sertifikat untuk kedalaman 40 meter. Dari situ, terciptalah koreografi itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo