Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Evani Jesslyn: Cinta pada Sesapan Pertama

10 April 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Evani Jesslyn ibarat mengalami fase "dari benci menjadi cinta" terhadap kopi. Dara kelahiran 18 Agustus 1990 ini awalnya tak suka minum kopi karena rasanya pahit. Lalu, suatu waktu, ketika ia tinggal di San Jose, California, Amerika Serikat, para kolega mengajaknya ke sebuah kedai kopi. "Saya sempat mencicipi kopi yang rasanya enak banget dan ternyata biji kopinya dari Indonesia," kata Evani dalam acara #ngopidikantor pada pembukaan pameran mural dan seni instalasi "Para Perempuan Kartini" di Gedung Tempo, Jakarta, Selasa pekan lalu.

Sesapan pertama itu mengubah jalan hidup lulusan University of California, Berkeley, ini. Evani kadung jatuh cinta pada kopi Nusantara dan bertekad mempelajarinya langsung di Indonesia. Ia pun rela keluar dari perusahaan audit di Amerika yang menggajinya US$ 50-100 ribu per tahun.

Banting setir menjadi barista, Evani tak mau setengah hati menekuninya. Ia mengambil kelas sertifikasi barista dan Q Graderpenilai kopi. Per Februari lalu, ia telah memiliki brevet dari Specialty Coffee Association of America dan Speciality Coffee Association of Europe. Bahkan, pada 2016, ia menjadi satu-satunya wakil Asia dalam pertunjukan bakat internasional Barista & Farmer yang diselenggarakan di Brasil. Evani menyisihkan sekitar 300 pesaing dari pelbagai negara.

Kini ia sibuk membesarkan Strada Coffee, kedai kopi yang dirintisnya sejak 2012 di Semarang. Cabang kedua akan dibuka di Sunter, Jakarta Utara, bulan depan. Ia juga berbagi pengetahuannya tentang kopi secara rutin di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Pertama Karangturi, Semarang. "Saya mengajar karena tak terima dengan anggapan kebanyakan warga Semarang yang menyebutkan kopi impor lebih enak," tuturnya.

Setelah menjalani beberapa sesi kelas, Evani menemukan fakta menggembirakan bahwa lebih banyak murid perempuan tertarik pada kopi. "Karena perempuan memang pencicip rasa yang baik," dia berujar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus