Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam cerita Sukri itu, ada adegan bunuh diri. Hamsad tak menyia-nyiakan peluang untuk membuatnya jadi dramatis. Maka, ia menyiapkan pisau yang bisa masuk ke gagangnya saat ditusukkan. Di dalam gagang itu ada kantong berisi obat merah. Agar aman, Hamsad juga menggunakan pelindung di bagian dada berupa parutan kelapa dari seng.
Begitulah, ketika "Sukri" ini dihampiri dua algojo yang merentap bajunya hingga koyak, Hamsad lantas menghunjamkan senjata tajamnya. Namun, celaka, Hamsad tak lagi sesigap ketika pertama kali membaca Sukri pada 1982. Tusukannya meleset dan pisau menembus dadanya setengah sentimeter. Darah muncrat bercampur obat merah. Suasana pun senyap. Penonton baru bernapas lega setelah dengan nyeri yang sangat Hamsad berhasil melanjutkan cerita. "Inilah risikonya berkesenian," ujar Hamsad sembari menunjukkan lukanya yang sudah mengering.
Sementara Hamsad kalem, sang istri yang justru cemas. Maka, pada pertunjukan hari kedua, adegan tusuk ini dihilangkan. Sekaligus menghilangkan kemungkinan terpotongnya honor karena dipakai untuk mengobati lukahonor tampil Hamsad sebagian sudah terpakai untuk membeli peralatan panggung. Namun, nasib baik masih mau berpihak pada seniman ini. Buktinya, pekan lalu, ia baru saja mendapat order jadi pembawa acara kagetan peluncuran majalah Sastra. "Lumayan honornya. Lagi pula, pekerjaan ini sama sekali tidak berbahaya," ujar pemimpin redaksi majalah sastra Horison ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo