Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Cita-cita Mulia dalam Sekeping Biskuit

Memberdayakan petani kopi sembari menyediakan pilihan makanan sehat untuk masyarakat. Dua hal itu menjadi misi sekelompok mahasiswa Universitas Padjadjaran yang mendirikan usaha rintisan Sa.co Bites. Mereka meramu produk makanan ringan bergizi dan bernutrisi tinggi.

31 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Produk pertama Sa.co Bites, biskuit berbahan dasar kopi dan saffron karya sejumlah mahasiswa Universitas Padjajaran.. Dok. Sa.co

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sekelompok mahasiswa Unpad membuat biskuit dari bahan tepung kulit kopi dan rempah kuma-kuma.

  • Selain menyediakan makanan sehat, mereka membantu petani kopi.

  • Proposal bisnis mereka menjadi salah satu pemenang Hibah Inovasi Pre-Startup Mahasiswa Unpad

SABAN akhir pekan, dalam beberapa bulan terakhir sekelompok mahasiswa lintas fakultas Universitas Padjadjaran berkumpul di salah satu rumah di Antapani, Bandung. Di sana, mereka bukan belajar kelompok atau mengerjakan tugas, melainkan sibuk memanggang biskuit. Mereka lalu mengemasnya dalam kemasan-kemasan kecil untuk dikirim ke pemesan dan kedai kopi di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap kali produksi, mereka bisa membuat ratusan keping biskuit berbahan tepung kulit kopi dan rempah kuma-kuma alias safron. Produk biskuit ini diberi nama Sa.co Bites--inisial bahan baku produk mereka: safron dan coffee (kopi). Produk ini lahir lewat kompetisi Hibah Inovasi Pre-Startup Mahasiswa Unpad (HIPSMU) yang berlangsung sejak Mei sampai November 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ide Sa.co Bites muncul ketika Adhitya Gustiana Maulidan, mahasiswa Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad, mendapat info soal HIPSMU dari dosen pembimbing tugas akhirnya. “Dosen saya, Ibu Diah Chaerani, menyarankan untuk mengikuti kompetisi ide bisnis ini,” kata Adhitya, Chief Executive Officer Sa.Co Bites, kemarin. “Tapi waktu itu saya belum punya ide membuat konsep bisnis apa.”

Adhitya, yang sebelumnya kerap menginisiasi gerakan sosial, kemudian mengajak dua teman kampusnya, Muhammad Naufal Rendyanto (sebagai chief research officer) dan Rayyan Al Muddatstsir Fasa (chief financial officer). Mereka lalu memikirkan konsep usaha rintisan bertema sosial dan lingkungan. Dosen FMIPA Diah Chaerani pun menjadi supervisor tim ini di HIPSMU. 

Ketika sedang menggodok konsep usaha pada Mei lalu, situasi pandemi Covid-19 tengah gawat akibat tingginya angka penularan virus corona. “Dari sana, kami tergerak membuat produk makanan sehat, yang bisa jadi pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi di masa pandemi.”

Para mahasiswa Unpad pengembang usaha rintisan Sa.co Bites, produsen produk biskuit nabati, dari kiri: Muhammad Naufal Rendyanto, Suyus Aira Yasmine Aldriana, Adhitya Gustiana Maulidan. Dok. Sa.co

Namun, karena mereka mahasiswa ilmu eksakta yang jauh dengan ilmu masak-memasak, Adhitya mengajak temannya, Suyus Aira Yasmine Aldriana, yang berkuliah teknologi pangan di Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad. Aira, yang didapuk menjadi chief marketing officer, mengajak rekan satu jurusannya, Georgina Jeanette, untuk bergabung menjadi chief product officer. Ternyata, Georgina pernah mengikuti kompetisi produksi makanan dari bahan baku tepung kulit kopi.

Tepung bubuk kopi mereka pilih jadi bahan baku utama Sa.co Bites karena tim ini juga punya cita-cita mulia lainnya: mengatasi persoalan lingkungan. Mereka memandang, tingginya konsumsi biji kopi di Tanah Air belum diikuti pemanfaatan produk sisa perkebunan kopi. Kebanyakan kulit kopi hanya diolah untuk menjadi kompos, pakan ternak, atau bahan baku minuman teh kaskara. “Tapi itu pun belum masif.”

Tim Sa.co Bites mendatangi petani kopi di Jatiroke, Jatinangor, yang dekat dengan kampus mereka. Mereka menggandeng pengolah lahan kopi untuk memasok kulit kopi, sehingga mendatangkan nilai tambah lain bagi petani. “Tidak hanya menjadi solusi untuk mengurangi limbah kulit kopi yang tak terpakai, kami juga berupaya memberdayakan petani.”

Bahan rempah kuma-kuma dipilih karena mereka yakin punya banyak manfaat bagi kesehatan, seperti antioksidan, menambah kekebalan tubuh, sampai mencegah kanker. Begitu juga kulit kopi, yang punya banyak guna bagi tubuh, seperti menjaga sistem imun, mengatasi sembelit, serta mencegah penuaan dan sejumlah penyakit.

Agar produk Sa.co Bites punya nilai kesehatan lebih, Adhitya dan kawan-kawan  membuat resep biskuit tanpa memakai produk turunan susu, telur, dan gluten. Pemanisnya pun memakai gula kelapa yang aman bagi penderita diabetes.

Kemasan produk biskuit Sa.co Bites. Dok. Sa.co

“Produk kami, selain dipasarkan untuk umum, juga menyasar para konsumen yang tubuhnya intoleran terhadap gluten, seperti penderita penyakit autoimun seliak (celiac disease) dan penyandang autisme,” Adhitya menjelaskan.

Kombinasi bahan tepung bubuk kopi, safron, dan bahan nabati lain mereka racik menjadi biskuit renyah berbentuk bundar berukuran 4 sentimeter berbobot 4 gram. Mereka menjual biskuit ini dalam kemasan 200 gram seharga Rp 30-35 ribu. Ada juga kemasan satuan dengan berat per keping biskuit 20 gram. Khusus produk kemasan satuan, mereka pasarkan melalui kedai kopi Jalan Sayang dan Kafe Rumahan di Jatinangor.

Sejauh ini, Sa.co Bites dalam kemasan 200 gram dijual lewat sistem pemesanan (pre-order). Sejak mulai berproduksi pada akhir Agustus, mereka sudah menerima puluhan pemesanan dari beberapa kali sesi pre-order. Targetnya, mereka bisa menjual 800 kemasan sampai rangkaian HIPSMU berakhir.

“Kami juga mulai menyediakan stok barang untuk memenuhi permintaan lewat platform marketplace.” Adhitya dan kawan-kawan mengaku bersyukur karena tanggapan konsumen terhadap cita rasa produk mereka positif dan permintaan terus berdatangan.

Setelah cukup sukses lewat satu produk, Sa.co Bites tengah mengembangkan varian biskuit kopi dan safron dengan rasa lain. Mereka juga tengah mencoba memproduksi makanan dan minuman lain, dengan tetap mengusung konsep healthy food. “Kami akan mempertahankan karakter produk kami yang plant-based (berbahan nabati), bebas produk turunan susu, tanpa telur, dan bebas gluten.”

Tak tertutup kemungkinan, Adhitya menambahkan, ke depan mereka juga membuat camilan untuk target pasar spesifik, misalnya kelompok masyarakat yang tak bisa mengkonsumsi bahan pangan tertentu. Untuk mendorong usaha rintisan ini semakin berkembang, tim Sa.co Bites belakangan mengajak rekan-rekan mereka yang lain untuk bergabung. “Sekarang tim kami sudah beranggotakan sebelas orang.”

Mahasiswa Unpad pengembang Sa.Co Bites, Rayyan Al Muddatstsir dan Georgina Jeanette. Dok. Sa.co

Adapun di kompetisi HIPSMU, proposal bisnis Sa.Co Bites berhasil lolos ke tahap seleksi final dan terpilih menjadi salah satu pemenang. Mereka mendapat dana hibah untuk dijadikan modal usaha. “Meski kompetisi ide bisnis, kami tetap harus merealisasi konsep itu.” Adhitya juga bercita-cita agar usaha ini tak hanya berhenti di perhelatan HIPSMU, melainkan jadi usaha yang berkelanjutan.

“Memang, salah satu cita-cita saya sejak masih SMA adalah punya usaha kuliner berjaringan yang tersebar di mana-mana,” kata Adhitya. Ia berharap suatu saat Sa.co Bites bisa menjadi merek dan produsen makanan sehat yang punya banyak cabang toko kue maupun kafe.

Dikutip dari keterangan di situs Unpad, Direktur Inovasi dan Korporasi Unpad, Diana Sari, menjelaskan kompetisi HIPSMU 2021 diikuti oleh 120 proposal. Berdasarkan hasil seleksi tahap pertama, terjaring 49 kelompok mahasiswa yang berkesempatan melaju ke seleksi tahap kedua.

Di tahap kedua, setiap perwakilan kelompok berkesempatan mempresentasikan ide bisnisnya di hadapan para juri. Diana mengatakan, tahun ini tim juri tidak hanya dari kalangan Unpad, tapi juga dari para praktisi usaha rintisan, baik yang berafilisasi dengan Unpad maupun yang memang binaan Unpad. “Dari 49 kelompok tersebut, 27 kelompok berhasil menjadi pemenang HIPSMU.”

Besaran pendanaan untuk setiap kelompok bervariasi, bergantung pada nominal yang diajukan serta pertimbangan dari para juri praktisi. Untuk usaha yang masuk kategori scale up, atau sudah berjalan minimal 6 bulan, dana hibah yang diberikan mencapai Rp 25 juta. Sedangkan untuk kategori usaha rintisan, dana hibah yang diberikan paling banyak sampai Rp 15 juta.

Melalui dana ini, setiap kelompok akan didorong untuk mengembangkan usahanya. Dalam pelaksanaannya, setiap kelompok didampingi dosen pembimbing. Tidak hanya itu, peserta juga akan mengikuti sejumlah pelatihan yang digelar oleh Pusat Inkubator Bisnis/Oorange Unpad. “Diharapkan, hingga akhir November mendatang, setiap usaha rintisan bisa mulai berjalan dengan output yang juga harus ada.”

PRAGA UTAMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Praga Utama

Praga Utama

Bergabung dengan Tempo pada 2011 sebagai periset foto, beralih menjadi reporter pada 2012. Sejak 2024 bertugas di desk Investigasi & Wawancara.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus