ACHMADI, 54 tahun, bekas menteri dalam Kabinet 100 Menteri dulu,
tetap membujang, "Belum ketemu jodoh yang tepat," ujarnya,
selain juga mengaku tidak punya pekerjaan.
Sebagai orang yang pernah sangat dekat dengan Bung Karno, ia
punya banyak kenangan, Antara lain ketika sebagai menteri
transmigrasi, koperasi dan pembangunan masyarakat desa ia
berkunjung ke Yugoslavia, 1961, Di KBRI sana, ia bertemu dengan
dua orang mahasiswa-cewek dan cowok -- yang bekerja di situ.
Kedua muda-mudi itu bertutur, mereka sudah bertunangan 5 tahun.
Achmadi - yang kemudian jadi menteri penerangan -- tertegun.
"Kenapa tidak menikah saja?" tanyanya. Pasangan asal Sumatera
Barat -- yang namanya tak diingat lagi -- itu lantas menjawab
bukan tak berhasrat, melainkan tak diperbolehkan oleh Duta
Besar. Alasannya, "ada peraturan yang melarang perkawinan antar
mahasiswa kita yang sedang belajar di luar negeri," kata Achmadi
lagi.
Merasa iba, sang menteri langsung menemui BK -- yang waktu itu
sedang mandi. Pintu diketuk, dan BK mempersilakannya masuk. "Ada
peristiwa penting yang harus segera dilaporkan?" tanya BK.
Setelah Achmadi menuturkan nasib kedua sejoli tadi, BK langsung
memutuskan -- ketika itu tanpa pakaian -- bahwa perkawinan harus
segera dilangsungkan.
KH Saifuddin Zuhri yang juga ikut rombongan, sebagai menteri
agama, segera dipanggil untuk jadi penghulu. BK sendiri jadi
saksi. Tak jelas bagaimana reaksi sang Dubes - yang namanya juga
tak diingat Achmadi lagi. Yang pasti, pengantin itu menangis
terisak-isak. Tidak menyangka seorang presiden ikut campur dalam
urusan mereka, bahkan jadi saksi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini