Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ancaman dalam piring

Penelitian mengenai efek samping penggunaan vetsin yang berlebihan, dilakukan oleh dr. iwan budiarso. menurutnya bisa merusak saraf. para produsen vetsin mengeluh. karena omsetnya menurun. (ksh)

6 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH bisa diduga keterangan Dr Iwan Budiarso tentang vetsin atau Monosodium Glutamate (MSG) di TVRI awal April berakibat panjang. Pertengahan Mei kalangan produsen bumbu masak mengeluh produksinya jatuh sampai 20% gara-gara kata-kata Iwan bahwa Vetsin bisa merusak saraf. Seberapa benarnya keluhan begitu masih harus mereka buktikan. Tapi nampaknya Departemen Kesehatan yang bertanggungjawab terhadap pengawasan penyedap masakan itu tak terpengaruh. Dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR-RI tanggal 25 Mei, Menteri Kesehatan dr. Suwardjono Suryaningrat menyatakan vetsin tetap "termasuk bahan makanan yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan dengan batas penggunaan 120 mg per kg berat badan. Kecuali untuk makanan bayi di bawah umur 12 minggu." Ini katanya "sesuai dengan rekomendasi badan kesehatan dunia (WH0) dan badan pangan dunia (FAO). Iwan Budiarso, 48 tahun, Doktor dalam bidang toksikologi dan patologi kelahiran Klaten itu tidak memperdebatkan Nilai Ambang Keamanan (Safety Level) yang sudah dipatok oleh WH0/FAO. Tapi dia cemas betul melihat kecenderungan pemakaian vetsin yang berlebihan sekarang ini. "Terutama untuk bayi," kata dosen dan peneliti di Bagian Patologi, FK Universitas Tarumanegara, Jakarta itu. Terangsang Menurut ceritanya sejak 1973 dia mulai terangsang untuk melakukan penelitian. Sasarannya terutama sekolah-sekolah. Ia ingin mengetahui berapa banyak penjaja bakso biasanya memberikan vetsin. Tiap kali pedagang bakso hendak menuangkan bumbu masak katanya, langsung dia tahan. Dan jumlah vetsin itu dia bungkus. "Dari penelitian itu saya tahu bahwa pemberian vetsin bervariasi antara 400 mg sampai 600 mg sekali makan," katanya. Lantas dia mengambil takaran terendah 400 mg sebagai Nilai Ambang Batas (Safety Margin ). Dia perhitungkan dengan rekomendasi WHO/FAO yang 120 mg untuk setiap kg berat badan buat orang dewasa dengan berat rata-rata 50 kg, maka ambang batasnya masih cukup longgar yaitu 5 kali. Tapi buat bayi umur 1 tahun dengan berat badan 10 kg makaambang batasnya hanya 1. "Itu berarti jika kita membubuhi lebih dari 400 mg sekali makan, maka bayi tersebut bisa dikatakan telah memperoleh dosis berlebih dan bisa keracunan," katanya. Menurut sebuah penelitian, ulas Iwan, vetsin yang berlebihan bisa mengakibatkan berkurangnya sel-sel otak sebanyak 10 - 20%. Yaitu sel-sel otak muda yang hendak tumbuh. Seperti diketahui, katanya, pada bayi 50% otak telah terbentuk, sedangkan sisanya berkembang kemudian. "Nah pada bagian-bagian yang mau berkembang itulah vetsin menghambat pertumbuhan," ulasnya. Sejak 1970 Amerika Serikat melarang penggunaan vetsin dalam makanan bayi. Cendol Vetsin Ketika berkeliling di Jawa dan Bali, Iwan Budiarso sering menjumpai pemakaian vetsin dengan takaran yang melonjak. Dulu takaran yang dipakai adalah sendok kecil sebesar korek kuping, sekarang yang dipakai terkadang sendok makan yang berisi 7000 mg. Sedang makanan bervetsin menjadi-jadi. "Saya pernah lihat orang jual dawet (cendol), lho, santannya pakai vetsin. Pisang goreng, tepungnya dikasih vetsin juga," katanya. Tak jelas sejak kapan bumbu masak mulai dipakai peradaban manusia. Sedangkan bahan bakunya berubah terus. Sampai 1920 bahan bakunya ganggang laut. Kemudian setelah 1960 dibuat dari gandum dan kedelai. Sejak 1965 sampai sekarang yang banyak dipakai adalah gula tetes atau molasse. Terakhir di Jepang bahan bakunya diambil dari sisa minyak bumi (Normal Paraffin). Vetsin berjasa besar dalam Perang Dunia II ketika tentara sekutu kekurangan bahan makanan, seperti daging dan sayur. Hanya berkat vetsin tentara waktu itu bisa tetap makan lahap. Akibat sampingnya baru dilaporkan tahun 1968 oleh Dr. Ho Man Kwok dengan ditemukannya gejala-gejala penyakit yang kemudian dikenal sebagai Chinese Restaurant Syndrome. Gejala penyakit itu mulai kira-kira 15 - 30 menit setelah orang makan makanan di restoran Cina yang memang banyak menggunakan vetsin. Penderita merasa bibir, leher, punggung dan lengan menjadi semutan. Lalu disusul dengan perasaan panas pada bagian tubuh bagian atas. Berkeringat, kepala pusing dan mual-mual. Pada orang yang peka sekali terkadang gejala penyakit tadi dibarengi dengan sesak napas dan nyeri di bagian dada. Persis seperti kena serangan jantung. Setelah laporan mengenai "gejala penyakit restoran Cina" tersebut para ahli ramai meneliti efek samping MSG terhadap binatang dan manusia. Binatang yang jadi percobaan di berbagai negara meliputi kera, kelinci dan tikus. Sedangkan kerusakan yang diakibatkannya sebagian besar adalah pada sel-sel saraf. Di samping itu ada juga yang membuktikan rusaknya tulang punggURg, mandul dan mengakibatkan kegemukan . Iwan Budiarso mengembangkan ke penelitian terhadap anak ayam dan bebek. Dia menemukan perdarahan pada ouk dan hati, pengapuran pada jantung dan sendi-sendi lutut, malahan ada yang cacad. Tetapi para produsen vetsin keberatan terhadap penelitiannya karena dosis yang digunakan dianggap terlalu tinggi. Apakah efek samping yang dilihat Dr Iwan pada binatang itu akan terjadi juga pada manusia? Seorang pengusaha vetsin menampiknya dengan mengatakan makanan apa saja kalau terlalu banyak akan menimbulkan efek samping. "Memang interpolasinya terhadap manusia haruslah hati-hati. Kenyataannya memang belum ada bukti-bukti efek samping dari vetsin. Tapi kalau percobaan terhadap binatang menunjukkannya, kita sepantasnya harus waspada," kata Iwan Darmansjah, Kepala bagian Farmakologi FKUI, yang punya reputasi di konperensi-konperensi internasional termasuk di WH0 mengenai efek samping obat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus